Menggapai Mimpi di Masa Pandemi bersama ASUS Vivobook 15 A516

review-asus-vivobook-15-a516

Di kali pertama saya mengabarkan kepada orang tua bahwa saya hamil, ada satu wejangan Ibu yang selalu saya ingat. “Bersiap ya, Nak. Setelah punya anak nanti duniamu akan berubah.” 

Ya, bukan ucapan selamat, bukan air mata haru menyambut cucu pertama, Ibu malah seperti memberi peringatan untuk saya. Mungkin, itu karena beliau tahu betapa tingginya ego saya di usia yang mendekati 30 tahun. 

Yup, sebagai anak pertama saya terlatih untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Wajib memberi contoh yang baik untuk adik-adik. Saya sangat kompetitif sampai kadang lupa menikmati hidup. 

Dalam kepala saya saat itu, dunia seperti berputar mengelilingi saya. Tentu saja, dalam cerita hidup saya, tokoh utamanya adalah saya yang sudah sepatutnya mendapat spotlight. Memang apa salahnya? 

Tapi rupanya momentum itu tiba. Momentum saat tokoh utama dalam cerita hidup saya ternyata bukan saya. Dia adalah anak. 

“Anak itu seperti matahari dalam tata surya. Dia jadi sentral dalam hidup kita, orang tuanya. Lihat deh, nanti saat anakmu lahir, semua mimpi dan ambisimu jadi nggak terasa penting lagi. Bukan karena mimpi kita hilang. Tapi karena tujuan hidup kita berubah. Anaklah yang utama,” begitu penjelasan Ibu. 

Saya sempat tercenung. “Ibu dulu juga begitu?” 

“Iya, Ibu dulu begitu. Dulu Ibu pengin jadi perawat. Tapi keburu punya anak, jadi Ibu putuskan mau jadi ibu saja,” tutur beliau lagi. 

Jujur, saat itu sebenarnya saya kurang sepakat. Memangnya apa yang salah dari ibu yang punya impian dan ingin mengejar mimpinya. Toh selama ada dukungan dari suami, semua bisa diatur. Memiliki anak sambil mengejar mimpi. 

Tahun 2013, setelah Narend lahir…. 

Saya akhirnya mengamini nasihat Ibu. Setelah punya anak, rasanya seperti ada dua matahari dalam hidup saya. Satu matahari yang ada di luar sana, satu lagi matahari yang sedang terlelap dalam pelukan saya. Matahari yang tangan mungilnya sesekali mencengkram jari saya. Seperti hendak memastikan agar saya tak kehilangan cahayanya. 

Dan dunia saya pun berubah. Tidak seperti niat awal yang berencana mulai kerja setelah melahirkan. Setelah kelahiran Narend, anak saya, saya putuskan untuk berkarya dari rumah. 

Toh jelek-jelek gini, saya bisa menulis. Pasti ada “sesuatu” yang bisa saya raih dengan menulis di rumah. 

Lalu apa itu berarti saya nggak lagi punya mimpi? Punya dong! 

Hanya, mimpi saya berubah. Mimpi saya kini adalah menemani anak saya mengenali dirinya, menemukan impiannya, serta mendorongnya untuk meraih impiannya. Mimpi saya adalah mengantar Narend mencapai mimpinya. 

Impian Narend 

Saya nggak tahu dengan cara pandang orang tua lain, tapi menurut saya dan suami, anak perlu menemukan passion-nya sedini mungkin. 

Itu sebabnya kami berusaha maksimal untuk mengenalkan Narend pada berbagai hal. Kami mengenalkan bela diri, mengenalkan musik, dan sebagainya. Makin banyak hal yang ia coba, makin mudah ia menemukan passion di masa mendatang. 

Di usia 2 tahun, Narend mulai menunjukan ketertarikan pada seni pertunjukan wayang. Kami pun mulai mengajaknya mengunjungi pengrajin wayang, sesekali berlatih di sanggar wayang. Rencananya, saat masuk SD, sekitar usia 7 tahun, Narend bakal mulai berlatih rutin ke sanggar. 

Selain wayang, Narend juga suka menggambar, dan keterampilan kriya. Belakangan, ia terlihat juga mulai tertarik untuk membuat vlog. Kemampuannya mempresentasikan sesuatu lumayan bagus kok. 

Melihat antusiasmenya belajar, saya jadi ikut semangat. Jelang kelulusan TK, saya sudah mempersiapkan berbagai rencana untuk Narend. Mulai dari ikut kelas menggambar, berlatih di sanggar dan mengunjungi berbagai tempat menarik supaya dia bisa leluasa berlatih membuat video. 

Namun pandemi keburu menghadang.. 

Rencana yang telah disusun rapi jauh-jauh hari jadi amburadul. Boro-boro melancong untuk membuat video, berlatih ke sanggar saja hanya bisa dilakukan sebulan sekali dengan prosedur kesehatan yang ketat. Harus pakai masker dan sebagainya. Membuat Narend kelihatan kurang nyaman dan leluasa saat berlatih. 

Tapi mau bagaimana lagi? Pandemi memang sudah waktunya datang. Bahkan orang paling berkuasa di muka bumi pun tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi saya. 

Pilihannya tinggal satu. Beradaptasi. 

Untung saja, pandemi datang di era digital yang canggih ini. Peluang kerja dan belajar bisa didapat secara daring. Narend pun mengikuti beberapa kelas online. Ia “sekolah” melalui aplikasi belajar dan berlatih wayang dengan mengikuti video YouTube. Sejauh ini semua bisa berjalan lancar meski banyak keterbatasan. 

review-asus-vivobook-15-a516

Satu-satunya kendala yang sering bikin emosi jiwa paling-paling soal kemampuan laptop saya yang mulai ngos-ngosan

Ya saya maklum sih, laptop ASUS X441S saya ini usianya sudah 5 tahun. Setiap hari dia menemani saya membuat artikel untuk majalah, untuk blog, termasuk juga menemani nonton drama korea. 

Setahun terakhir kerja laptop ini makin keras dan intens. Selain harus meladeni kebutuhan saya, si laptop juga harus mengikuti berbagai kelas online yang diikuti Narend. 

Untung aja nih laptop nggak minta gaji. Nggak kebayang deh uang lemburnya pasti besar. Kerjanya sekitar 12 jam sehari. Parah banget. 

Makanya si laptop mulai kepayahan. Kadang dia ngambek. Diajak multitasking lambaaaat banget. Kalau kecapekan tetiba mati sendiri. Saya sedih, nggak tega lihat laptop ini. Tapi saya masih tetap sayang. 

Mungkin saya memang perlu laptop baru yang lebih muda. Biarlah laptop lama ini istirahat sejenak, supaya nggak kepayahan lagi. 

Melihat lebih luas melalui ASUS Vivobook 15 A516 

Makin tinggi impian, makin berliku jalan untuk sampai ke sana. Ada banyak rintangan yang kadang memaksa kita jeda sejenak di satu titik. Tapi apa itu berarti kita harus mengganti impian kita? Haruskah kita berhenti memimpikan hal besar? 

Ya nggak dong. 

Saya ingat video wawancara Joko Anwar di kanal Youtube Vincent Desta. Di kesempatan itu, Joko bercerita tentang lika-likunya meraih impian jadi sineas. 

Joko, menurut penuturannya, bukan dari keluarga berada. Ia tak bisa selalu punya uang untuk beli tiket bioskop. 

Btw, jangan bayangkan bioskop masa kecil Joko seperti bioskop zaman sekarang ya. Bioskop dulu itu bioskop kampung yang tampilannya nggak semewah bioskop sekarang. Tiketnya juga nggak terlalu mahal sebenarnya, tapi tetap saja ia tak mampu. 

Supaya bisa nonton film, Joko kecil, harus kucing-kucingan menonton dari ventilasi bioskop. 

Joko juga menempuh pendidikan film secara formal. Nggak punya duit katanya. Makanya ia memutuskan jadi wartawan supaya ada peluang buat masuk ke circle perfilman. 

Dia lalu membuat berbagai resensi film, yang akhirnya membawanya pada kesempatan menulis skenario film Arisan. Berlanjut pada menggarap film Janji Joni. 

Lalu apa inti dari kisah Joko? 

Kata Joko, mencapai impian besar pasti ada rintangan. Yang perlu kita lakukan hanyalah melihat gambaran impian itu dengan dari sudut pandang yang lebih luar, lebih lebar. Karena mungkin dari sana, kita bisa melihat peluang kecil yang mengantar kita menuju impian.

Jadi kalau satu jalan nggak berhasil, kita bisa cari jalan memutar lain untuk sampai ke tujuan. Nggak apa kan, toh kita tetap sampai ke tujuan. 

Perkataan Joko Anwar itu seketika terlintas lagi di pikiran saat saya melihat tagline ASUS Vivobook 15 A516. "Bigger Dream, Wider Screen" 

review-asus-vivobook-15-a516

Insting saya langsung berkata, inilah laptop yang saya butuhkan untuk menggapai impian. 

Begini kata ASUS menggambarkan Vivobook 15 A515 ini : 
“Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.” 
Saya sepakat dengan ASUS. Urusan desain cantik, kecepatan, keamanan dan ketahanan jelas jadi pertimbangan utama saat memilih laptop. 

Jadi, apa saja sih keistimewaan ASUS Vivobook 15 A516 hingga layak dipilih sebagai pendamping menggapai impian? 

Wider Screen for Bigger Dream 

review-asus-vivobook-15-a516

Sudah dibilang bahwa untuk menggapai impian kita butuh melihat dari sudut pandang yang lebih luas bukan? 

Persis sama seperti ASUS Vivobook 15 A516 yang memiliki layar Full HD 15,6 inch dengan sudut pandang 178 derajat. Jadi walau dilihat dari samping sekalipun, tampilan layar masih terlihat jelas. 

Nggak usah ragu kalau sesekali ingin bekerja di luar atau membelakangi jendela karena laptop ini memiliki lapisan anti-glare yang dapat mengurangi pantulan sinar lampu atau matahari yang bikin silau. Jadi bisa bekerja dan belajar dengan nyaman dimanapun, kapan pun. 

Walau layarnya luas, ASUS Vivobook 15 A516 punya body ramping. Tebalnya hanya 2 cm kurang sedikit, tepatnya 1,99 cm. Hal itu karena laptop ini memiliki screen to body ratio 83%. Dan bobotnya hanya 1,8 kg. Jadi gampang ditenteng kemana-mana. 

Cepat-Tepat dan Efisien 

review-asus-vivobook-15-a516

Anak 90-an pasti tahu dulu ada lomba cepat tepat di TVRI. Lomba ini dulu mengadu para siswa dari seluruh penjuru Indonesia untuk menjawab soal dengan cepat dan tepat. 

Bukan, saya bukan mau membahas lomba jadul itu, hanya sekadar mengingatkan bahwa kecepatan dan ketepatan adalah hal yang penting diterapkan untuk menggapai mimpi besar. Sekadar tepat nggak cukup, kita juga harus bertindak cepat supaya nggak kehilangan momentum dan kesempatan. 

Serta satu lagi, harus efisien. Jangan buang energi untuk sesuatu yang nggak penting. Kalau ada yang nyinyir dengan mimpi besar kita. Abaikan! 

Sama seperti ASUS Vivobook 15 A516, laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.

Dengan prosesor Intel® Core™ i5 generasi ke-10 dan grafis diskrit NVIDIA® MX330, ASUS VivoBook 15 A516 bekerja sangat cepat dan efisien untuk keperluan multitasking. Ditambah dengan RAM DDR4 sebesar 8GB yang bikin kerja multitasking makin mulus. 

Store More, Do More 

review-asus-vivobook-15-a516

Meraih impian besar perlu diawali dengan kemampuan menerima kritik dan pujian sama baiknya. Hal ini lah yang sering saya ingatkan ke Narend. Tidak usah patah hati kalau dikritik dan tak perlu tinggi hati saat ada yang memuji. 

Baik kritik maupun saran adalah amunisi yang perlu disimpan, dan dikeluarkan pada waktu yang tepat. Makanya kalau ingin mencapai impian besar harus punya hati seluas samudera juga. 

Seperti daya penyimpanan ganda yang dimiliki ASUS VivoBook 15 A516. Dengan storage SSD PCIe® mencapai 256GB dan HDD hingga 1TB, kita bisa mendapat keunggulan kinerja data yang supercepat dan kapasitas penyimpanan besar. 

Software Original 

Hal sederhana tapi nggak sepele yang nyatanya sering saya abaikan adalah software original ini. Maksud hati ingin harga yang lebih murah. Apalah daya ternyata software bajakan ternyata menyebabkan banyak kerepotan di kemudian hari. 

ASUS Vivobook 15 A516 ini sudah dilengkapi dengan pre-install Windows 10 asli. 

Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda. 

Constantly Connected 

review-asus-vivobook-15-a516

Sama seperti hidup, dimana kita perlu terhubung dengan orang lain untuk membuka kesempatan dan pengetahuan yang lebih luas, ASUS VivoBook 15 A516 juga dilengkapi dengan port USB-C® 3.2, yang didesain dapat diputar balik yang membuat menghubungkan perangkat semudah mungkin. Kecepatan transfer data jadi 10 kali lebih cepat dari koneksi USB 2.0. 

Selain itu laptop ini juga dilengkapi fitur konektivitas lain seprti USB Type A, HDMI dan combo audio jack. Sementara untuk keperluan koneksi wireless, ASUS Vivobook 15 A516 juga dibekali WiFi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 4.1. Super lengkap untuk keperluan saya dan Narend. 

Sebenarnya masih banyak lagi keunggulan ASUS Vivobook 15 A516 yang bikin saya kesengsem dan makin mantap memilihnya, seperti kemudahan akses dengan sensor sidik jari dan Windows Hello. Yang bikin laptop ini lebih aman dan tetap memudahkan karena sistem keamanan yang sangat personal. 

Lalu hadirnya fitur Link My ASUS yang membuat konektivitas laptop dan smartphone jadi lebih sederhana. 

spesifikasi-asus-vivobook-15-a516

Saya paham ditengah pandemi, segala aktivitas belajar menjadi makin jauh dari ideal. Kesempatan untuk memberi pengalaman langsung untuk pembelajaran anak juga makin terbatas. Namun dengan dukungan dari gadget yang mumpuni seperti ASUS Vivobook 15 A516 kesempatan untuk menggapai mimpi itu kini terbuka lebar lagi, meski ditengah situasi pandemi. 

Bukan kah begitu? Semoga jadi tambah tahu ya. 

2 komentar

  1. semoga laptop lama bisa pensiun dengan tenang berkat kedatangan laptop baru ya Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...belum beruntung nih kak ternyata.. Ntar aja lah cari job rada banyak dulu.. hihihi.

      Hapus