“Kenapa sih kamu menulis?”
Jujur saja, pertanyaan ini sempat membuat saya garuk kepala saat mendengarnya. Menanyakan alasan menulis kepada saya rasanya tak jauh beda dengan bertanya kepada ikan. “Ikan, kenapa sih kamu berenang?”
Saya jadi gamang. Nggak tahu mau jawab bagaimana. Sementara teman-teman lain yang mendapat pertanyaan serupa di kelas Growth Blogger kelihatan sangat lancar menjawab alasan menulis dengan kata-kata indah dan puitis, saya malah bingung sendiri.
Mau jujur rasanya nggak enak, karena khawatir bakal dianggap terlalu klise. Tapi kalau mau memaksakan diri merangkai kata indah penuh basa-basi kok rasanya kok nggak nyaman juga.
Jadi kenapa sih saya menulis?
Karena menulis adalah saya. Kalau saya nggak menulis, saya nggak tahu saya ini siapa. Sama seperti ikan yang hidup untuk berenang dan berenang untuk hidup. Menulis, bagi saya, pun begitu adanya.
Saya hidup untuk menulis, dan menulis membuat saya bisa bertahan hidup. Sesederhana itu.
Jangan paksa saya melakukan kegiatan lain. Saya sudah pernah coba. Saya mencoba jadi karyawan kantoran, mencoba berjualan, mencoba menjahit, bahkan saat kuliah dulu saya juga nyambi jadi pramusaji di restoran cepat saji. Semua tak pernah bertahan lama.
Tapi jangan salah juga, saya suka kok mencoba hal baru. Saya suka menjahit, berkebun dan jualan. Tapi sulit untuk menjadi ahli dibidang lain selain menulis.
Ah, saya bukannya mau jumawa dengan bilang kalau tulisan saya bagus. Biarpun sudah puluhan tahun menulis, saya tetap saja masih butuh banyak belajar. Cuma masalahnya, hanya bidang ini yang bisa membuat saya menikmati hidup.
Nikmat mengerjakannya dan akhirnya bisa menikmati hasilnya pula.
Kapan mulai menulis?
Saya mulai menulis sejak SD. Dulu saya kontributor tetap buat mading (majalah dinding) sekolah. Beberapa kali pula ikut lomba mengarang di tingkat daerah, tapi jarang menang.
Setelah lulus SMA, saya masuk jurusan komunikasi. Saya belajar ilmu jurnalistik dan setelah lulus, saya pun mengajukan lamaran sebagai reporter ke berbagai media.
Salah satu koran lokal di Solo menerima saya sebagai reporter. Dari situlah saya makin merasa bahwa menulis adalah bagian dari diri saya.
Selepas menikah dan memiliki anak, saya berhenti bekerja. Blog pun jadi pelarian kerinduan menulis. Awal menulis blog, saya nggak niat serius. Pokoknya asal bisa menulis dan menumpahkan unek-unek. Itu sudah cukup.
Hei…siapa sangka sekarang saya malah kebablasan menulis di blog. Sampai ikut kelas Growth Blogger pula. Niat banget.
Memangnya nulis blog seru?
Dibilang seru ya seru….tapi dibilang susah ya susah juga. Makanya, yuk langsung simak daftar alasan kenapa saya menulis di blog :
1. Bisa berekspresi sebebas mungkin
Menulis di blog pribadi berbeda dengan menulis untuk media, khususnya media cetak. Di blog, kita bisa bebas menulis dengan gaya bahasa sendiri. Nggak seperti di media mainstream, yang gaya bahasanya harus dibuat seragam.
Di blog pribadi, kita bisa menuliskan berbagai tema sekehendak hati. Mau menulis tentang kesehatan boleh, gaya hidup boleh, tulisan advertorial melulu juga nggak masalah. Beda kalau di koran, tulisan kita harus dibahas dulu di rapat redaksi, harus disunting dulu oleh redaktur.
Tidak semua berita yang sudah diliput dan ditulis bisa serta merta naik cetak lho. Ada masanya ketika tekanan politik membuat berita yang sudah capek-capek diliput malah batal tayang.
Biar begitu, menulis di blog tetap butuh etika dan tata krama. Karena bagaimanapun tulisan di blog sudah memasuki ruang publik. Sebagai blogger, kita juga punya tanggung jawab moral untuk menyampaikan informasi yang valid. Itu sebabnya, blogger juga perlu mempersenjatai diri dengan kemampuan self-editing.
2. Buat cari duit
Pada gilirannya, urusan perut adalah motivasi terbaik buat terus menulis di blog. Awalnya saya juga nggak terlalu berharap bakal menjadikan blog sebagai ladang penghasilan.
Saya cukup tahu diri, tulisan dan tampilan blog masih apa adanya. Pengunjung blog ibusegalatau.com juga belum banyak. Apa iya ada yang mau mengajak saya kerja sama?
Eh, ternyata ada juga lho beberapa brand yang percaya dan mengajak kerja sama. Syukurlah.
3. Portofolio online
Di masa serba digital seperti sekarang, konon banyak perusahaan mencari informasi calon karyawan atau rekan mereka melalui media sosial. Nah, blog adalah cara terbaik untuk mengarsipkan semua karya dan memamerkan prestasi kita.
Blog ibusegalatau.com pun saya manfaatkan untuk tujuan yang sama. Buat menyimpan tulisan dan prestasi yang pernah saya buat. Jadi kalau nanti ada yang tanya soal hasil karya saya, tinggal sodorkan saja link blog ini.
4. Buat menampung unek-unek dan melepas stress
Saya suka drama korea. Tapi kadang, saya bisa ikut stress sendiri kalau nonton drakor. Apalagi kalau nggak ada teman buat diajak diskusiin soal dramanya. Makanya setiap kali selesai nonton drakor, saya nggak tahan buat spill kritik dan membahas drama yang baru ditonton.
Nah, blog inilah tempat saya menumpahkan pendapat dan pemikiran tentang drama kesukaan.
Seperti sat setelah nonton drama comeback Ji Chang Wook yang mengecewakan beberapa waktu lalu. Haduuhhh hati rasanya gondok banget. Mau nulis di status FB atau twitter kok rasanya nggak bakal bisa tuntas. Akhirnya saya umbar saja semua kekesalan itu di blog. Jadi lega deh.
5. Blog adalah alat legitimasi buat kepo
Tahu nggak sih kenapa saya dulu suka jadi wartawan? Karena wartawan bisa bertanya apa saja, ke siapa saja, tentang apa saja.
Lalu enaknya lagi, narasumber yang kita kasih pertanyaan, diakui atau tidak, biasanya bakal merasa teritimidasi dan merasa harus jawab. Asyik kan jadi bisa tahu banyak hal.
Blogger memang nggak punya privilege (hak istimewa) sebesar itu. Tapi sebagai blogger, kita masih “dimaafkan” kalau bersikap sedikit kepo.
Misal nih saat saya menghadiri beberapa event, saya pernah menghampiri narasumber dan bertanya beberapa hal yang sebenarnya agak diluar konteks acara. Dan itu hal yang masih sangat wajar. Narasumber juga menjawab dengan hormat seperti layaknya menghadapi jurnalis. Jadi saya nggak perlu jadi jurnalis buat kepo. Ini nih yang bikin saya makin cinta dengan dunia blogging.
Walau udah cukup lama membuat blog, harus diakui saya tuh masih bodoh banget soal ngeblog. Jangan tanya soal daleman blog deh sama saya. Nggak bakal ngerti.
Bertahun-tahun ngeblog, yang saya pikir cuma pokoknya nulis. Entah tulisannya bisa terindeks google atau nggak, saya nggak ambil pusing waktu itu.
Tapi makin kesini, saya sadar dunia blog ternyata terus berkembang. Kalau nggak mau ketinggalan, berarti saya harus terus meng-upgrade ilmu. Sekadar pengalaman nulis doang nggak cukup. Harus ditunjang pula dengan kemampuan pendukung lainnya.
Inilah alasan kenapa saya nekat mendaftar di kelas Growth Blogger yang digawangi Coach Irwin.
Rada gentar juga sebenarnya. Soalnya konon kelas blog yang satu ini menyeramkan. Berlaku seleksi alam, lengah sedikit langsung terdepak. Hiii seram.
Terdampar di kelas elite
Mulai awal September ini, saya jadi punya kesibukan baru. Ikut kelas Growth Blogger yang diadakan oleh Growthing.id. Sebuah kelas online yang akan membimbing para blogger meningkatkan skill dan kualitas blogging.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya kelas ini seram. Seleksi masuknya saja super ketat. Harus mengisi puluhan pertanyaan di form. Beberapa pertanyaan malah kerasa seperti pertanyaan jebakan. Tapi untung saya bisa lolos. Entah saya yang lagi beruntung, atau penyeleksinya khilaf.
Begitu masuk, atmosfer kelas juga nggak jauh beda. Saya merasa ini seperti pelatihan khusus buat melatih pasukan elite. Coach Irwin yang membimbing kami langsung mewanti-wanti peserta agar mempersiapkan diri sebaik mungkin. “Siapkan obat sakit kepala karena materi bisa bikin mabok,” kurang lebih begitu kata pakar SEO ini.
Gimana saya nggak terintimidasi coba?
Kelas pertama Growth Blogger adalah kelas menulis bertema "Mahir Menulis dan Editing Blogpost" yang dimentori oleh Monica Anggen.
Mbak Monica ini terkenal lho di kalangan blogger.
Meski belum pernah langsung bertatap muka, saya sudah sering mendengar namanya di circle komunitas blogger.
Selain blogger kawakan, Mbak Monica juga penulis.
Sejumlah bukunya, mungkin pernah kalian lihat juga di toko buku. Nggak Usah Kebanyakan Teori Deh…!, 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes, 99 Cara Perbedaan Mengelola Waktu Miliarder vs Orang Biasa, adalah beberapa buku best sellernya.
Di kelas perdana kemarin, Mbak Monica memaparkan tips dan trik cara menulis di blog. Beberapa poin penting yang saya dapat dari bahasan itu antara lain struktur penulisan yang harus memperhatikan kaidah 5W+1H, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan runut.
Selain itu, tulisan di blog juga harus berbobot. Artinya tulisan harus dibuat lengkap, punya manfaat dan dibuat dengan setulus hati. Dan yang terpenting, jangan plagiat.
Mengikuti bahasan Mbak Monica saat itu, saya rasanya seperti kilas balik ke masa kuliah. Pembahasan ini mirip dengan mata kuliah ilmu jurnalistik dasar yang diajarkan dosen dulu. Hanya, Mbak Monica menggunakan bahasa yang lebih membumi. Jadi lebih mudah dicerna, bahkan oleh mereka yang awam sekalipun. Jadi makin semangat deh buat menulis di blog.
Nah gimana, sekarang sudah pada paham kan alasan saya menulis di blog?
Semoga jadi tambah tahu ya.
Memang blog sarana untuk mengeluarkan unek-unek dan kalo udah nulis pasti rasanya plong.
BalasHapusSama! Saya pertama kali mengenal dunia menulis itu pas SD. Dulu saya nggak tau kalo apa yang saya lakuin disebut dengan menulis. Lah menulis kan bisa juga seperti mengerjakan PR wkwk
BalasHapusMaksud saya tuh, menulis fiksi dan non fiksi gitu. Nah bedanya, kalo saya menulis dari hasil mengumpulkan karya orang lain. Kalo mbaknya udah berani kirim karya ke mading ya🙈
Maaakk sini coba ajak gw bahas drakor 😂
BalasHapusEh iya selamaaatt sudah naik ke kelas elite gilak warbyasak sih. Gw menantikan ilmu2 baru dari lo yaa di blog ibu segala tau ini 😎
Yah gitu dah. gw kan ibusegalatau..kudu belajar terus biar tau macem2. hahahaha
HapusWah, dunia tulis menulis memang habitat mbak widya ya..pantesan tulisannya enak dibaca..ngaliir..apalagi pas nulis review kosmetik, jadi bikin pengen nyobain juga. Wah, toss mb, dulu saya tahunya blogging cuma nulis saja. Ternyata banyak PRnya..
BalasHapusWah dari SD sudah nulis, keren. Aku baru jaman-jaman SMP suka nullisnya. Nulis diary. Hehehehe
BalasHapusKadang nyesel juga sempet vakum ngeblog padahal bisa buat sarana curhat yang paling oke.
Seriusan mba mirip materi jurnalistik?
BalasHapusMirip dengan lanjut kuliah dong jadinya, nambah ilmu, nambah teman, nambah pengalaman tapi yang beda ga nambah gelar heheee
Samaan kita Mbak. Nulis di blog buat portofio oine.
BalasHapusKeren banget sih udah aktif nulis sejak SD. Pasti udah rajin baca juga. Aku aja nulis diary ga bisa penuh, hhaa.
BalasHapusHuwaaaa...mbak wid lolos ya? Selamat berpusing ria ya mbak. Saya angkatan pertama kelas DA. Gak tau kalo di growth ini belajar dan materinya sama apa nggak. Tp kayaknya yg kali ini mmg lbh ketat ya.
BalasHapusSemoga kelas ini bisa meningkatkan ilmu blogging dan semangat menulis kita ya mbak.
Pantesan blog ibusegalatau mantab jiwa. Aku malah kemarin sempat kelikiran apa ikut webinar jurnalistik biar tulisannya makin layak.
BalasHapusSejauh ini sih, niatannya pengen berbagi ilmu. Biar ilmu terutama parenting ngga sia-sia.
Ada juga sih yang nulis bahas hobi, siapa tau ketemu temen yang sehobi dan bisa berbagi cerita
Wah.. mantap, kelasnya elite berisi orang-orang terpilih. Semiga sukses ya mbak... Semangat semangat semangat
BalasHapusDulu pernah nulis blog... tapi krn sibuk jd lupa... pen nulis lg deh...
BalasHapusMenulis itu sama dengan menginspirasi berdasarkan apa yang ada di pikiran penulis. Inspirasi tidak mulu cocok ama semua pembaca.
BalasHapusBuat aku seseorang yang menulis caption/status sosmed, atau sekedar status di messenger applikasi adalah penulis.
Semangat kak semoga sukses terus blognya
BalasHapusHalo Mbak Wid, saya suka ih itu alasan kalo blog alat legitimasi buat kepo. Saya suka gitu soalnyaaaa. haha. Karena biasanya orang suka share tentang dia sendiri di blog ya. Enaknya kalo di blog, bisa berselancar dan nemu hal2 unik gt. gatau kenapa ini blm nemu di medsos lain
BalasHapusSetujuuu.... nulis blog emang gitu
BalasHapusi love blogging. Selamat masuk kelas mbak
BalasHapuswahh terima kasih mbak sudah menginspirasi aku untuk menulis kembali.. :)
BalasHapusJadi pengen nulis lagi di blog. Dah lama dia seperti rumah kosong
BalasHapusMantap. Jam terbang menulis mu udah banyak Mbak.
BalasHapusKalau aku yang ditanya "kenapa menulis" sih jawabannya "karena iseng". Etapi lama kelamaan jadi suka nulis beneran 🤭.
.
Awalnya nulis kuliner buat cerita aja kalau pernah makan ini, makan itu gitu sih.
Eehh malah sekarang nulis lip Cream 😂. Semangat Mbak 👍😎
Pengen bgt nuliss..tapi gk tau gmn cara memulainya?
BalasHapusDan sbnrnya supaya tulisan kt menarik itu hrs ada unsur apa di dalamnya?
Menulis adalah cara terbaik untuk berteriak dalam diam
BalasHapusMenulis adalah cara terbaik untuk berteriak dalam diam
BalasHapusIya enaknya blog itu bebas kita isi apa saja, mau review, curhat, apa saja boleeh...
BalasHapusterdampar di kelas elite :D semoga kita lulus semua ya mbak
BalasHapusSaya suka dengan legitimasi kepo. Sifat alamiah kepo dan untungnya blogger dapat hak itu tanpa bikin Narsum kesal
BalasHapusYess blog sekarang udah jadi diary online :) udah ga perlu pakai gembok2 lagi
BalasHapusIni ya sik bener legitimasi buat kepo, buat stalking terhormat ya mba hehe :)
BalasHapusEYD sudah ganti jadi PUEBI Mbak sekarang hehe *dateng2 protes.
BalasHapusAku suka tulisanmu.. runut banget, keep on writing ya Mbak :)
Ohh gt ya. Makasi masukannya mbak.. Nanti kuedit. 🙏🏻🙏🏻
HapusSama dong mulai kenal tulis-menulis zaman SD. Paling senang kalau pelajaran Bahasa Indonesia dan diminta mengarang. Yang lain selembar aja kurang, aku minta nambah kertas sama gurunya, wkwk.
BalasHapusMenulis jadi tempat untuk melepaskan uneg-uneg tuh aku setuju banget sih, Mak. Poin yang lain, dapet duit dari ngeblog, itu jadi bonus. ❤❤
BalasHapuswah kepo juga ni aye bacaan asyik, sampai lama saya mampir dimari...buat cari duit juga mpok hehehe
BalasHapus