Emak Milenial : Kerja Online Dari Rumah, Transaksi Keuangan pun Online

Tulisan saya ini mungkin bakal jadi curhatan rada panjang yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Tapi nggak apa lah ya, blog saya sendiri ini. Kalau mau skip baca dari sekarang, silahkan. Tapi kalau punya banyak waktu senggang dan penasaran kira-kira curhatan nggak penting apa yang bakal saya ceritain, monggo dilanjutkan bacanya…

Jadi begini, saya nih sebenarnya mulai nge-blog sekitar lima tahun lalu. Usia blog ini persis sama dengan usia anak saya. Mulanya menulis karena pasca melahirkan saya suka begadang. Bukan karena anak saya rewel tiap malam, dia sih anak yang super anteng. Kalau nangis, paling cuma karena popok basah atau lapar. Selebihnya woles.

Anaknya woles, tapi entah kenapa saya malah susah tidur tiap malam. Akhirnya jadilah saya mulai nulis di blog. Tulisannya juga masih kacau balau sih, nggak pernah dikasih ilustrasi atau gambar pendukung. Polos aja, isinya tulisan doang.

Semenjak hamil, saya memang sudah resign dari pekerjaan sebagai jurnalis media lokal di Solo. Fisik saya saat hamil memang payah sih. Badan lemas, vertigo dan selalu ngantuk. Kata orang itu mungkin bawaan jabang bayi. Tapi begitulah, ketimbang kerjaan amburadul dan mengecewakan banyak orang, saya pilih mengundurkan diri saja.

Kenapa tidak cuti? Sekali lagi, aturan tenaga kerja di Indonesia tercinta ini memang hanya mengatur cuti hamil dan melahirkan selama total 3 bulan. Sebenarnya bisa diambil terpisah sih, misal cuti 1,5 bulan untuk cuti hamil dan sisanya untuk cuti melahirkan. Tapi dengan kondisi saya saat itu, yang dibutuhkan adalah cuti 12 bulan atau paling sedikit 9 bulan. Mana ada perusahaan yang mau karyawannya cuti begitu lama. Jadilah saya memutuskan resign. Pun, suami mengamini keputusan ini.

Setelah resign, otomatis sumber keuangan hanya berasal dari suami. Saya bukannya nggak bersyukur, tapi sebagai perempuan yang terbiasa memiliki pengahsilan sendiri, bergantung hidup pada orang lain itu rasanya sedih. Ada rasa sungkan kalau ingin beli skincare atau facial. Bahkan untuk jajan bakso saja bimbang.

“Duh, kudu dihemat banget nih. Nggak enak kalau terlalu boros.” 

Lama-lama gerah juga kalau nggak punya penghasilan begitu, makanya saya lantas cari peluang. Usaha atau pekerjaan apa yang kira-kira bisa dikerjakan dari rumah dan diatur sendiri waktunya. Saya sempat mencoba menekuni usaha souvenir pernikahan. Modal kain flannel dan benang, saya lantas membuat boneka untuk souvenir pernikahan. Lumayan sih, tapi capeknya nggak ketulungan. Lha mau gimana, semua dikerjain sendiri.

Lalu, sempat juga tergiur mencoba bisnis Multi Level Marketing (MLM) gegara lihat iklan dan status ibu-ibu muda yang sering muncul di lini masa Facebook. Promonya terasa menggiurkan, modal kecil dan kerja online di rumah. Bisa sambil tetap fokus mengurus keluarga dan rumah tapi juga bisa mendapat gaji bulanan yang nilainya wooww. Pas dijalanin, ternyata ya nggak semudah itu sih. Kerja online di rumah itu tetap menyita waktu, apalagi kalau harus menjawab pesan-pesan yan masuk. Ribet dah. Saya nggak cocok dengan kerja rayu merayu dan cari downline begitu. Tersiksa rasanya. Jadi saya mundur.

Sampai akhirnya saya membuat blog ini dan kembali belajar menulis lagi. Tapi mengurus blog ternyata berbeda dengan pekerjaan jurnalis. Sebagai jurnalis yang bernaung di media massa mainstream, kita dituntut fokus untuk memproduksi berita yang akurat dan faktual. Maka urusan diluar itu, seperti mengatur layout, mencari iklan, mencari gambar ilustrasi atau membuat infografik sudah diurus oleh orang yang lebih ahli. Menurut saya, itu lebih sederhana.

Sebaliknya, mengurus blog rasanya sama seperti memiliki media sendiri. Semua harus ditangani sendiri. Bisa aja sih meminta bantuan orang lain untuk mengatur tetek bengek lainnya, tapi nggak gratis kan? Sementara blog ini belum tentu bisa langsung menghasilkan.

Jujur saja, selama memiliki blog, mindset saya sebagai jurnalis sulit dilepas. Saya cenderung abai dengan desain, tidak peduli dengan  dan nggak mau ambil pusing soal gambar dan infografik. Payah banget deh. Makanya, meski blog ini sudah lumayan tua, jumlah kunjungannya masih segitu-gitu aja. Sedih aku tuh..

Heran, biar begitu saya kok enggan untuk mengabaikan blog ini begitu saja. Jadi, saya cari informasi gimana caranya supaya blog ini bisa memberi penghasilan buat saya. Biar dikit-dikit nggak apa deh. Konon, ada banyak cara supaya blog kita bisa menghasilkan sih. Tapi butuh proses lama juga sih. Brand atau klien kan nggak mungkin mau berpromo di blog saya yang postingannya berkala begini. Kala-kala ada postingan, kala-kala nggak. Dasar blogger malas!

Tapi baru-baru ini, saya dapat info tentang bisnis afiliasi. Sederhananya begini, saya sebagai blogger disebut publisher, lalu ada pihak pemilik brand atau penjual barang yang disebut pengiklan. Nah, tugas saya sebagai publisher adalah mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk membeli brand tersebut, dan kita bakal dibayar oleh pengiklan berdasarkan komisi jumlah atau nilai total transaksi yang terjadi. Kalau nggak salah, ini disebut Cost per Action (CPA). Ketimbang Adsense atau content placement, bisnis afiliasi ini paling sesuai untuk blog saya yang masih bau kencur. Saya pun mendaftar sebagai publisher Accesstrade.

Tahu nggak apa itu Accesstrade?

Singkat cerita, Accesstrade adalah platform affiliasi yang bertindak sebagai penghubung antara pemasang iklan dengan pemilik website yang ingin memasang iklan di web atau blog-nya. Perusahaan ini berpusat di Jepang dan sudah masuk ke Indonesia sejak 2013. Sama seperti usia blog ini. Lah, kemana aja saya kok baru tahu yang beginian.

Sistem Accesstrade ini memberi pencatatan yang detail dari setiap jumlah kunjungan, jumlah klik hingga jumlah transaksi. Sebagai publisher, kita bisa memantaunya secara berkala di dashboard akun Accesstrade.

Lantas sebagai publisher, apa yang harus kita lakukan untuk mendapat komisi? Pertama, daftar dulu sebagai publisher Accesstrade di link ini. Atau klik banner di bawah.


Selanjutnya, ikuti panduan untuk mendaftar dan daftarkan blog/ situs yang kita miliki. Selanjutnya, pihak Accesstrade akan mereview dulu kelayakan situs yang didaftarkan. Mereka akan mengirimkan notifikasi terkait hal ini, apakah situs kamu diterima sebagai publisher atau tidak. Berdasarkan pengalaman saya, review-nya nggak terlalu njelimet kok. Buktinya blog bau kencur macam ibusegalatau.com ini saja diterima. Jadi selama blog/ situs kamu nggak berbau porno, judi dan rekan-rekan se-genk nya, kelihatannya tetap berpeluang besar untuk diterima sebagai publisher.

Setelah terdaftar sebagai publisher, kita bisa lanjut apply campaign yang tersedia. Pilihannya cukup banyak mulai dari kecantikan, marketplace, travel, hingga produk keuangan. Tinggal disesuaikan dengan niche blog atau artikel yang mau dibuat. Oia, bagian campaign itu, juga dipaparkan secara gamblang syarat dan nilai komisi yang bisa didapat. Beberapa campaign juga membolehkan self conversion. Maksudnya, kita sendiri bisa membeli atau ber-transaksi melalui banner affiliasi di blog kita sendiri. Jadi tetap bisa dapat komisi. Lumayan kan?

Oke, sepintas lalu cara ini tampaknya mudah untuk mendapat penghasilan. Nyatanya? Ya tetap butuh usaha. Pasalnya, hanya dengan memasang banner iklan di blog kan tidak serta merta mendorong pembaca kita untuk tertarik ng-klik dan bertransaksi.

Ujung-ujungnya kita tetap perlu menata blog agar artikel yang kita buat disukai google, syukur-syukur bisa masuk halaman pertama Google. Makin disukai google, makin besar kesempatan blog untuk dikunjungi. Dan semakin banyak pengunjung, semakin besar pula kemungkinan transaksi melalui banner affiliasi. Dan semakin banyak transaksi melalui link affiliasi, berarti makin besar pula komisi yang kita dapat. Yah begitulah, ujung-ujungnya duit juga.

Nah, makanya saat Accesstrade mengadakan event AT Caravan bertema SEO Revolution di Hotel Horaios Jogja, akhir Juli silam, saya langsung memutuskan untuk daftar. Mumpung event-nya dekat, mumpung pembicara yang hadir juga Didik Arwinsyah, pakar SEO yang mumpuni. Sayang banget kalau disia-siakan.
Tapi belajar dan mendengarkan paparan mas Didik Arwinsyah selama kurang lebih 2 jam saja ternyata sukses bikin saya puyeng. Kliyengan dengan berbagai trik dan tips yang dia bagi, tapi sekaligus penasaran buat belajar lebih banyak lagi. Dalam kesempatan itu, mas Didik memberi paparan langkah-langkah dasar SEO, semacam tips agar artikel kita bisa disukai google. Saya coba sarikan beberapa poin ya. Jadi menurut beliau, SEO Revolution Strategic itu mencakup beberapa poin.yang harus dibangun secara berkesinambungan.
Didik Arwinsyah, pakar SEO memaparkan tentang SEO Revolution dalam event AT Caravan Jogja, 28 Juli 2018

  • Riset : Riset yang dimaksud adalah riset kata kunci (keyword) popular. Keyword popular ini dibagi dalam empat kategori yaitu Short Tail Keyword, yaitu keyword yang hanya terdiri dari dua kata, Long Tail Keyword, keyword yang terdiri dari 3 kata atau lebih, Keyword Abadi, keyword yang selalu dicari dan Keyword Musiman, keyword yang sedang trend karena event atau isu tertentu. 
  • Onpage : Onpage meliputi hal-hal seperti title blog, Tagline, Meta deskripsi, dan artikel. Menurut Mas Didik, supaya artikel kita disukai google ada beberapa hal yang harus kita penuhi, seperti artikel hrus original, panjang artikel sekitar 5000 karakter, artikel sebaiknya memiliki pembahasan yang berbeda (unik). 
  • Link Building : Meliputi penempatan back link yang baik. Misalnya, untuk internal link, semakin banyak akan semakin baik tapi harus dengan judul sama. 
  • Pondasi : Di bagian ini, Mas Didik menekankan tentang pentingnya update artikel secara berkala dan konsisten. Selain itu disarankan juga untuk memilih satu niche dan menyusun kategori dengan rapi. 
  • Evaluasi : Bentuk evaluasi ini bisa dengan memeriksa link-link yang masuk, apakah berkaitan dengan situs yang "tidak disukai google" seperti link pejudian, atau porno. Bisa juga dengan memeriksa lagi trend kata kunci atau artikel blog yang mendapat kunjungan paling banyak.

Dua jam belajar SEO memang nggak cukup. Tapi setidaknya saya sadar ada banyak pekerjaan rumah yang harus saya lakukan untuk memperbaiki performa blog ini.

Trus kalau kerjanya sudah online dari rumah, transaksi keuangannya juga harus pakai yang digital dong. Kalau jadi emak milenial tuh nggak boleh setengah-setengah.
Yang namanya emak milenial tuh ngrumpi online, belanja online, mau pesen makan juga online, kerja juga online dari rumah, sekarang buka rekening tabungan juga sudah bisa online. Nggak perlu deh ribet-ribet menyambangi kantor Bank, antre berjam-jam di CS, tanda tangan ini itu, trus mau ngaktifin kartu ATM musti bolak balik mesin ATM lalu balik lagi ke CS. Haduuuhhh buang waktu banget deh.

Saya juga nggak mau tanggung-tanggung jadi emak milenial. Selepas mengikuti kelas SEO Revolution itu, saya langsung rumpi-rumpi soal cara membuka rekening Digibank by DBS yang kebetulan juga mensponsori kegiatan AT Caravan itu.

Jadi, Digibank by DBS ini apa?

Digibank ini adalah layanan keuangan dalam bentuk digital. Kita bisa membuka rekening, transfer uang, dan melakukan transaksi keungan lain melalui aplikasi ini. Tidak hanya itu, digibank untuk memudahkan kita untuk top up Go-Pay, dan beli tiket bioskop hingga membeli layanan online streaming seperti Viu melalui aplikasi Digibank.
Serius, saya baru tahu ada cara buka rekening dengan cara sesederhana itu lho. Untuk membuka rekening Digibank, kita hanya perlu mengunduh aplikasi Digibank by DBS di PlayStore atau AppStore. Setelah itu, klik bagian BUAT REKENING dan isi form.

Selanjutnya, Digibank akan mengirim kode OTP ke nomor telepon yang kita daftarkan. Kode ini nanti ditunjukkan ke agen Digibank untuk verifikasi e-KTP dan verifikasi sidik jari dengan mesin biometric. Udah gitu aja! Gampang banget kan?

Oh iya, sekedar informasi saja ternyata tidak semua aplikasi rekening disetujui lho. Digibank lebih menyukai calon nasabah yang berprofesi sebagai pegawai, professional atau wiraswasta. Kalau mendaftar dengan menuliskan profesi sebagai ibu rumah tangga atau mahasiswa ada kemungkinan pengajuan kita untuk membuka rekening bakal ditolak. Mungkin itu untuk memastikan agar rekening Digibank tetap aktif ya.

Lalu bisa ngapain aja dengan rekening Digibank?

Banyaaaaak banget Selain buka rekening nggak pakai ribet, kita juga bisa transfer uang ke rekening bank mana aja, sejumlah berapa aja tanpa limit dan tanpa biaya tambahan seperti yang diterapkan bank-bank konvensional itu. Males banget kan, transfer ke rekening bank lain, duit kita kepotong Rp 6.500.

Digibank juga bebas biaya administrasi per bulan. Dan bunga tabungannya mencapai 3% lho. Untuk tarik tunai bisa dilakukan di ATM manapun tanpa dikenai biaya tambahan. Termasuk bila kita melancong ke Singapura, kartu ATM Digibank juga bisa dipakai untuk tarik tunai melalui mesin ATM disana secara gratis, tanpa biaya tambahan lagi.

Hal lain yang saya suka dari Digibank adalah fitur Virtual Assistant yang bisa diakses 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Selain itu Digibank juga memiliki fitur spending tracker, yaitu fitur untuk mengatur budget keuangan kita.

Lalu apakah Digibank aman?

DBS Indonesia sendiri telah terdaftar dan dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank ini juga tercatat sebagai anggota Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sementara itu, aplikasi Digibank juga diatur agar secara otomatis log out bila tidak aktif dalam beberapa menit. Itu sebabnya kita wajib selalu mengingat username dan password yang didaftarkan tiap kali log in. Digibank juga memiliki fitur fingerprint log in untuk meminimalisir akun kita dibuka oleh orang lain.
Enak kan jadi emak-emak milenial. Kerja online dari rumah, dan sekarang semua transaksi keuangan pun online dari rumah.

Semoga jadi tambah tahu ya.

7 komentar

  1. Noted mak..kerjaa kita kan sama yee. Baru tahu soal digibank. Enak juga ya kalau mau transfer gak ada limit dan gak ada biaya tambahan. Apalagi dah dijamin LPS, tenang lah kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang semua fee masukin ke rek digibank aja mak. Ntar kalo mo transfer2 atau bayar ini itu gampang. Trus ada promo ngopi jg lho.... Kan bisa buat traktir aq 🙊🙊

      Hapus
  2. Noted mak..kerjaa kita kan sama yee. Baru tahu soal digibank. Enak juga ya kalau mau transfer gak ada limit dan gak ada biaya tambahan. Apalagi dah dijamin LPS, tenang lah kita.

    BalasHapus
  3. acaranya menarik. sayang gak sempet ikutan. apalagi belajar SEO, RR besar banget dan mesti tekun dikerjakan biar blog tetp hidup dan ramai.

    BalasHapus
  4. Mbaaa... curhatmu keceeee.. komplit plit plit hehehe.... daaannn pastinya bermanfaat bangettt.. Aku baru inget kalo di AccessTrade baru sebatas mendaftar doank, belum aku terusin ngapa-ngapainnya :D :D :D Thanks for reminder (secara tidak langsung) ini :)

    BalasHapus
  5. DBS baru ya di Indonesia jadi baru tau juga tentang Digibank ini :D memudahkan banget untuk transaksi, ya.
    Acaranya oke banget ya, mak. Komplit dah!

    BalasHapus