Skill yang Bisa Dipelajari dari Para CEO Ganteng di Drama Korea

Skill bisnis ala CEO Ganteng di drama korea

Siapa sih yang kebawa baper kalau lihat para CEO (Chief Executive Officer) ganteng di drama korea?

Semacam manusia sempurna tanpa cela gitu. Udah good-looking, tinggi semampai, tampilannya stylish dengan pakaian dan aksesoris branded, kulit mulus glowing. Dan yang terpenting, mereka punya harta berlimpah, kekuasaan tak terbatas dan kebucinan maksimal. 

Nggak salah deh ucapan Kang Tae Moo, waktu nge-gombalin Shin Ha Ri, “Mau tahu persamaan black card ini dengan cintaku? Kedua sama-sama tak terbatas.” 

Oh My God....

Bikin iri sekaligus mendamba. Pengen rasanya ditaksir sama CEO ganteng kayak gitu. 

Penggambaran CEO seperti ini dalam drama memang nggak salah. Namanya juga cerita fiksi, ya harus pilih pemeran dengan penampilan menawan dong. Kalau nggak, nanti penonton ribut karena pemainnya kurang ganteng. Repot kan, jadi serba salah. 

Tapi di sisi lain, penggambaran stereotype CEO ala drama tanpa sadar sudah merasuk ke pikiran banyak orang. Pikiran yang menganggap bahwa sosok ideal seorang CEO haruslah setampan dan memiliki aura mahal seperti yang ada di drama.

CEO-Ganteng-di-drama-korea

Trus kalau ada CEO dengan wajah dan dan penampilan yang sederhana bagaimana? 

Saya pernah ngalamin sendiri nih. Waktu itu, saya dan beberapa sahabat lagi asyik ngobrol random. Ngalor-ngidul mulai dari ngomongin harga skincare sampai bicara soal trend bisnis. Saat obrolan kita mulai masuk ke pembahasan soal beberapa CEO muda, seorang sahabat berkomentar, “Diih tampangnya nggak tampang CEO banget.” 

Karena kami tahu konteks kalimat itu hanya bercanda, kami menanggapi dengan tawa saja. Walau akhirnya protes juga, “Jadi CEO tuh yang penting kompetensinya, bukan tampangnya. Sejak kapan tampang jadi ukuran kompetensi?” 

Bahkan dalam drama-drama pun, para CEO ganteng itu diceritakan bahwa mereka diangkat sebagai CEO karena memang punya kemampuan. Bukan sekadar good-looking

Emang sih, part yang menampilkan skill para CEO dalam menjalankan perusahaan ini seringkali hanya dapat porsi kecil dalam alur cerita. Tapi meski diperlihatkan sambil lalu, ada banyak lho skill yang bisa kita pelajari dari para CEO di drama korea ini. Apa saja ya? 

Skill yang harus dimiliki CEO

Eh bentar, sebelum ngomongin skill yang bisa dipelajari dari para CEO di drama korea, kalian sudah pada tahu kan peran CEO dalam perusahaan? 

Secara sederhana, CEO merupakan jabatan yang disematkan pada seseorang yang bertugas menjalankan perusahaan. Kalau diibaratkan organ tubuh, CEO bisa dianggap seperti otak. Ia yang mengontrol bagaimana gerak organ lain, sekaligus memastikan bahwa seluruh organ mendapatkan jatah asupan gizi dengan baik. 

Dengan kata lain, tugas CEO sebagai pimpinan perusahaan meliputi pengaturan strategi kebijakan perusahaan, mengatur sistem kerja dan pembagian kerja antar departemen hingga merancang rencana pengembangan bisnis.

Waah, berat juga ya tanggung jawab CEO. 

Nggak heran, karena kalau mau jadi CEO yang handal dan berhasil membawa perusahaannya jadi perusahaan besar, seorang CEO harus menguasai beberapa skill berikut : 

1. Keterampilan negosiasi 

Hal ini bisa kita lihat pada adegan saat Kang Tae Moo di drama Business Proposal bertemu dengan calon mitra bisnisnya di Amerika. Ia sedang berusaha untuk mengembangkan pemasaran produk perusahaannya supaya bisa diterima oleh Pasar Amerika. 

ceo-ganteng-di-drama-korea

Awalnya, mitra bisnis Tae Moo meminta supaya produk makanan yang akan dipasarkan di modifikasi mengikuti selera Amerika, namun Tae Moo dengan kemampuan negosiasinya menegaskan akan tetap mempertahankan ciri khas Korea. 

Tak sekadar ngotot supaya keinginannya terpenuhi, Tae Moo juga merinci alasan kuat dan keuntungan yang akan didapat oleh mitra bisnisnya bila mereka mengikuti keinginannya. Hasilnya tentu saja, deal! 

Negosiasi adalah kemampuan dasar dalam berbisnis. Kebanyakan CEO memang menghabiskan banyak jam kerjanya untuk bernegosiasi. Mulai dari bernegosiasi dengan mitra bisnis, dengan karyawan, dengan jajaran direksi hingga bernegosiasi dengan para investor. 

CEO yang baik harus mampu meyakinkan lawannya untuk mendapatkan hasil yang seolah saling menguntungkan. Baik itu dalam bentuk kesepakatan bisnis, kebijakan perusahaan maupun rencana pengembangan usaha. 

Seorang negosiator handal, harus bersikap adil dan memperhatikan keinginan orang lain. Namun dengan strategi komunikasi yang halus, dia juga harus bisa tetap meyakinkan mereka agar mengikuti keinginannya. 

2. Keterampilan manajerial 

Namanya saja pimpinan perusahaan, seorang CEO sudah sewajarnya memiliki keterampilan manajerial yang mumpuni. Selain membuat pengaturan jadwal kerja yang tegas, CEO juga harus membuat pendelegasian kerja pada orang yang tepat. 

ceo-ganteng-drama-korea

Keterampilan manajerial yang rapi dan sistematis ini bisa kita lihat pada karakter Lee Young Joon dalam drama What's Wrong With Secretary Kim. Untuk mengurus tugasnya yang super banyak, ia sampai membuat tim khusus yang bekerja langsung di bawah perintahnya. 

Ia bahkan melatih Sekretaris Kim dengan sangat keras agar Sekretaris Kim bisa mengimbangi kinerjanya sebagai CEO. Lee Young Joon ini lihai dalam menempatkan right man in the right place gitu. 

3. Kepemimpinan

ceo-ganteng-drama-korea

Leadership
yang baik membuat orang loyal kepada kita. Masih belajar dari tokoh Lee Young Joon dalam drama What's Wrong With Secretary Kim, meski tokoh ini digambarkan narsis abis, ia toh berhasil membuat anak buahnya setia dan patuh mengikuti perintahnya.

Kok bisa gitu? Ya salah satu alasannya karena Lee Young Joon menunjukan dedikasi dan profesionalisme dalam bekerja. Jadi, meski secara personal, para anak buahnya suka sebal dengan pribadi bosnya yang narsis ini, tapi mereka tetap mengakui dan percaya pada kemampuannya. 

4. Kemampuan untuk tegas & cepat dalam mengambil keputusan 

Tokoh Noh Go Jin di drama Crazy Lover, menurut saya, adalah sosok yang tepat untuk menggambarkan pentingnya ketegasan dalam mengambil keputusan. 

skill-ala-ceo-di-drama-korea

Di episode-episode awal, diperlihatkan Noh Go Jin dengan tegas memutuskan memecat seorang instruktur yang terbukti berjudi. Itu bukan alasan utama, alasan yang memperkuat keputusannya adalah karena kebiasaan judi si instruktur sudah membuat performa kerjanya menurun drastis. 

Keputusan itu memang terkesan nggak simpati, malah kejam. Tapi kalau dipikir dari sudut pandang bisnis dan perusahaan, si instruktur itu memang patut dipecat. Selain perbuatannya nggak terpuji dan bisa mencoreng nama perusahaan, sikap dan performa kerja yang buruk juga bisa jadi beban buat karyawan yang lain. 

Itu tadi beberapa keterampilan dasar yang perlu dilatih untuk bisa menjadi CEO yang baik. Sebenarnya sih, bukan hanya untuk jadi CEO saja, tetapi bisa diterapkan juga untuk berbagai posisi jabatan. Karena pada dasarnya kita adalah CEO untuk diri kita sendiri. 

Jujur saja, di Indonesia pun sebenarnya ada banyak CEO yang bisa kita jadikan panutan. Kalau untuk urusan tampang mungkin memang agak beda dengan para aktor yang berperan jadi CEO di drama korea, tapi kalau untuk urusan kompetensi, jangan tanya deh. Nggak kalah hebat dan membanggakan kok. 

Salah satunya adalah Presiden Direktur JNE, M Feriadi Soeprapto yang baru saja mendapatkan penghargaan bergengsi sebagai satu dari 50 Indonesia Best CEO Awards “Employee’s Choice” Courrier Category dari The Iconomic Research, 11 April 2022 silam. 

Ini bukan penghargaan sembarang penghargaan. 

penghargaan ceo terbaik

Sebelumnya, The Iconomics Research telah melakukan studi untuk mengetahui sejauh mana apresiasi karyawan terhadap pimpinannya. Studi dilakukan melalui survei online pada ribuan karyawan dari berbagai industri dan kategori. Total responden kumulatif yang dipelajari sepanjang Januari 2022 sampai awal Maret 2022 ada sekitar 8.000 orang. 

Penilaian untuk 50 CEO Terbaik ini meliputi 4 parameter indikator, yaitu : 
  • Popularity 
  • Competency 
  • Crisis Leadership 
  • Personality 
Sudah selayaknya memang, bila M Feriadi Soeprapto menerima penghargaan ini. Bagaimanapun memimpin perusahaan dengan nama besar dan berdiri selama 31 tahun bukan perkara sepele. Ada lebih 50.000 karyawan yang harus dipimpin. Ditambah lagi persaingan dan perkembangan zaman menuntut JNE untuk terus beradaptasi dan melakukan inovasi. 

“Penghargaan ini menjadi pemicu kinerja kami untuk terus melakukan inovasi, yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan terlebih dimasa pandemi saat ini,” kata Feriadi dalam keterangannya. 

Dia juga menambahkan, untuk menjalankan amanah kepemimpinan, dirinya akan terus memegang prinsip berbagi, memberi dan menyantuni, “Ini bukan hanya tentang harta, tapi juga demi memberi manfaat bagi kehidupan banyak orang. Baik itu untuk karyawan maupun maupun masyarakat,” tambah dia. 

Implementasi dari ketiga prinsip mulia itu bisa kita lihat dari berbagai program JNE yang diselenggarakan sebagai dukungan nyata di bidang sosial, olahraga, budaya, hingga program edukatif seperti pemberdayaan komunitas dan UMKM. 

Semoga jadi tambah tahu ya

Tidak ada komentar