Imunoterapi, Harapan Baru Bagi Penderita Kanker Hati

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Kanker hati adalah kanker yang menakutkan. 

Bukan semata karena fakta bahwa kanker hati merupakan kanker ke-enam yang paling banyak merenggut nyawa. Tetapi karena kanker yang menggerogoti organ hati nyaris tak memiliki gejala di awal kemunculannya. 

Saat si penderita mulai merasakan gejala tak wajar pada tubuhnya, biasanya itu pertanda bahwa penyakit ini sudah masuk stadium lanjut. Sebuah kondisi, dimana harapan hidup si penderita kian tipis. Tak banyak pilihan pengobatan yang bisa dilakukan bila pasien kanker hati baru datang menjalani pengobatan saat kanker sudah ada di stadium akhir.

Jujur saja, saya pun sebenarnya tak terlalu aware dengan penyakit kanker hati. Bukannya tak peduli, tapi akses informasi mengenai kanker hati memang tak sebanyak penyakit lain seperti kanker serviks, kanker payudara atau kanker paru. 

Namun kenyataannya, data Globocan, 2018 menyebutkan bahwa kanker hati adalah jenis kanker ke-6 yang paling banyak ditemukan di dunia dengan tingkat kesintasan dibawah 30%. 

Rata-rata harapan hidup para penderita kanker hati hanya sekitar 135 hari atau 4,5 bulan. 

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Data ini dikuatkan dengan pengalaman pribadi Ibu Erla Watiningsih, caregiver pasien kanker hati, yang menuturkan kisahnya dalam kesempatan Webinar bertajuk “Era Baru untuk Pasien Kanker Hati : Peran Deteksi Dini dan Terapi Inovatif Imunoterapi untuk Kesintasan Hidup Pasien” yang berlangsung secara daring, 28 September 2021 silam. 

Suami Ibu Erla meninggal dunia akibat kanker hati di usia yang relatif muda, 38 tahun. Tak ada gejala spesifik, menurut Ibu Erla, awalnya sang suami kerap merasa mual seperti sedang gangguan maag. 

Beberapa kali konsultasi ke dokter, hanya diberi pengobatan untuk maag. Sayangnya keluhan itu berlanjut, hingga akhirnya melalui berbagai rangkaian pemeriksaan diketahui bahwa sang suami menderita kanker hati.

“Dari awal terdiagnosa hingga akhirnya suami saya meninggal hanya sekitar 1 tahun,” katanya. 

Penyebab Kanker Hati 

Menurut DR dr Irsan Hasan SpPD-KGEH-FINASIM, di kesempatan tersebut, tidak ada penyebab pasti kanker hati. 

Namun beberapa faktor resiko diduga bisa memicu kanker hati, seperti:
  • Hepatitis B dan Hepatitis C
  • Makanan berlemak dan obesitas
  • Minuman beralkohol
  • Alfatoxin (jamur karsinogenik yang biasanya ditemukan pada makanan yang terkontaminasi, seperti nasi) 
Selain itu faktor genetik, usia, merokok dan pola hidup buruk juga bisa memperparah resiko kanker hati.

Lantas bagaimana perjalanan penyakit kanker hati, atau yang kerap juga disebut karsinoma sel hati? Perhatikan gambar berikut :

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Pada tahap awal, muncul lesi pada hati. Di fase ini, pasien umumnya tak merasakan gejala kesehatan serius. Hal ini bisa dipahami karena di bagian dalam hati tidak terdapat syaraf yang mengirim sinyal nyeri ke otak. 

Tapi pada tahap lebih lanjut, saat kerusakaan jadi kian parah, bagian kapsul yang menutupi permukaan hati meregang. Pada saat inilah syaraf yang terdapat pada permukaan hati baru mengirim sinyal sakit, dan pasien mulai merasakan keluhan. 

“Kalau sudah mulai ada keluhan, saya jadi lebih waspada. Karena itu berarti kondisi pasien sudah sangat serius,” kata dr Irsan. 

Pada tahap lebih lanjut, pasien biasanya mulai merasakan beberapa gejala, antara lain : 
  • Nyeri pada perut
  • Mudah memar dan pendarahan
  • Perut membesar
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Kulit dan mata menguning (jaundice) 

Skrining & Diagnosa Kanker Hati 

Beberapa gejala kanker hati mungkin sama seperti gejala gangguan pencernaan. Itu sebabnya banyak pasien kanker hati stadium awal hanya mendapatkan pengobatan untuk gangguan pencernaan. Perlu pemeriksaan yang panjang untuk memastikan seseorang menderita kanker hati.

Menurut Dr dr Agus Susanto Kosasih, Sp.Pk(K), MARS, pemeriksaan kanker hati dapat dilakukan melalui kombinasi pemeriksaan USG, Alfa Feto Protein (AFP), dan pemeriksaan PIVKA II

“Pemeriksaan melalui USG saja memiliki keterbatasan, karena USG sulit dilakukan pada pasien obesitas, atau lesi pada hati berukuran kurang dari 2 cm. Sementara hasil AFP juga kurang akurat bila pasien mengalami sirosis hati, hepatitis aktif, atau memiliki tumor lainnya.” 

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Karena itu, lanjut dia, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan yaitu PIVKA II ( Protein Induced by Vitamin K Absence or Antagonist II). Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode ECLIA untuk mengukur kadar PIVKA II pada darah pasien guna membantu diagnosis kanker hati. 

Idealnya pemeriksaan ini dilakukan secara rutin tiap 6 bulan sekali oleh mereka yang beresiko tinggi kanker hati, seperti orang yang mengalami sirosis hati, dan penderita hepatitis. “Semakin dini kanker hati ditemukan dan diobati, makin besar pula harapan hidup pasien,” tambah dokter Agus. 

Imunoterapi, Harapan Baru Panderita Kanker Hati 

Seperti disebutkan sebelumnya, kebanyakan pasien kanker hati baru menjalani pengobatan saat penyakitnya sudah masuk stadium akhir. Di tahapan ini, tak banyak metode pengobatan yang bisa dilakukan. 

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Beberapa pilihan pengobatan untuk pasien kanker hati adalah : 
  • Pembedahan
  • Radioterapi 
  • Transplantasi hati
  • Kemoembolisasi transarteri
  • Kemoterapi
  • Tyrosine kinase inhibitor 
Makin parah kondisinya, makin terbatas pula pengobatan yang bisa dilakukan. Itupun tak menjamin 100% kesembuhan dan angka harapan hidup pasien cukup rendah. Umumnya tak lebih dari 1 tahun. 

Untungnya sekarang, ada harapan baru bagi pengobatan pasien kanker hati, yaitu dengan obat imunoterapi atezolizumab dengan kombinasi bevacizumab. 

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Pengobatan ini telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) untuk pengobatan pasien kanker hati tipe karsinoma sel hati stadium lanjut yang tidak dapat dioperasi atau belum mendapat pengobatan lain. 

Bagaimana cara kerjanya? 

Sebagai obat imunoterapi kanker, atezolizumab bekerja dengan menempel pada protein spesifik di tubuh yang bernama PD-L1. 

ProteinPD -L1 merupakan protein yang melindungi sel kanker dari gempuran sel imun. Bisa dibilang dia melakukan kamuflase sel kanker. PD-L1 ini merupakan protein yang “mengganggu” pengobatan kanker karena dia menghalangi sel T yang sedang berjuang menghancurkan sel kanker.

Nah, obat imunoterapi ini bekerja dengan menghalangi PD-L1 melindungi sel kanker, sehingga pengobatan kanker bisa lebih optimal. 

Studi klinis menyebutkan penggunaan atezolizumab yang dikombinasikan dengan bevacizumab dapat meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker hati 34% lebih tinggi dibanding pengobatan standar. 

Selain itu, pengobatan imunoterapi ini juga bisa mencegah perburukan penyakit 35% lebih baik dibanding pengobatan standar. 

Persetujuan BPOM atas penggunaan obat imunoterapi untuk pengobatan pasien kanker ini tentu memberi harapan baru. Presiden Direktur Roche Indonesia, Dr Ait-Allah Mejri, dalam kesempatan yang sama mengatakan, “Kanker adalah masalah kita bersama. Karena itu, Roche mengajak semua kalangan, mulai dari praktisi kedokteran, akademisi, media, pemerintah, dan masyarakat untuk bekerja sama menyediakan akses yang lebih luas terhadap diagnosis dan pengobatan kanker yang berkualitas untuk pasien, baik di sektor swasta, maupun di sektor publik melalui Jaminan Kesehatan Nasional,” katanya. 

imunoterapi-pengobatan-kanker-hati

Saya pribadi tentu berharap metode pengobatan kanker yang membutuhkan biaya besar ini bisa didukung penuh oleh pemerintah. Dengan demikian, makin banyak pasien kanker hati yang bisa menjalani pengobatan secara layak. Dan tentunya bisa berdampak pula pada penurunan angka kematian akibat kanker. 

Namun yang terpenting diantara itu semua adalah menjaga kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Kita bisa belajar banyak dari situasi pandemi ini, kita belajar dan berlatih menjalani pola hidup yang lebih sehat. Dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. 

Semoga jadi tambah tahu dan makin sehat ya. Yuk jaga hati.


sumber foto : Webinar “Era Baru untuk Pasien Kanker Hati : Peran Deteksi Dini dan Terapi Inovatif Imunoterapi untuk Kesintasan Hidup Pasien” & ilustrasi 

Tidak ada komentar