Antusiasme saya pada skincare sering bikin suami geleng-geleng kepala. Sebagai lelaki yang tak terlalu peduli dengan perawatan kulit, dia heran melihat betapa beragamnya produk skincare yang saya pakai.
“Harus segini banyak ya barang yang dipakai buat merawat kulit? Mukanya satu tapi produknya bisa memenuhi lemari.” Begitu komentar dia tiap kali melihat koleksi skincare saya. Sindirin itu makin menjadi ketika ada paket skincare baru yang datang ke rumah.
“Ah, dia nggak ngerti perempuan,” paling-paling begitu saja tanggapan saya. Tak perlu lah diladeni lebih jauh.
Sampai suatu ketika, saat saya memandangi box bekas kemasan skincare yang sudah habis, saya menyadari bahwa sindiran suami sebenarnya beralasan. Bahkan sangat masuk akal.
Apa sih yang saya cari dan dapatkan dari pemakaian skincare sebanyak ini?
Kulit yang sehat? Tentu saja, bukankah itu tujuan akhir memakai skincare. Tapi harus kah semua berakhir dengan gunungan sampah kemasan ini?
Sampai sekarang saya masih menyimpan sebagian besar botol dan kotak bekas kemasan skincare. Rasanya agak sayang untuk dibuang karena punya bentuk kemasan yang lucu. Tapi sebagian lainnya sudah berakhir di tempat sampah di ujung kompleks.
Setengah hati saya berasa pedih, merasa bersalah karena kesenangan saya memakai skincare ternyata menambah kontribusi sampah dunia. Apa yang harus saya lakukan?
#LestarikanCantikmu
Sedikit pencerahan saya dapat ketika pekan lalu, Minggu, 9 April 2021, saya berkesempatan mengikuti Online Blogger Gathering yang diadakan oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Yayasan Madani Berkelanjutan dan Blogger Perempuan.
“Setiap tahunnya ada 120 milyar pembungkus plastik yang berasal dari industri kecantikan. Ini hanya dari industri kecantikan saja lho ya, belum dari industri lain. Dari jumlah itu, sekitar 91% tidak didaur ulang & 79% berakhir di TPA,” jelas Christine Pan, founder Segara Natural, brand skincare lokal yang concern pada pengembangan sustainable beauty products.
Tapi masalah sampah kemasan rupanya bukan satu-satunya tantangan dalam mewujudkan sustainable beauty. Penggunaan bahan baku dengan proses eksploitasi alam berlebih, sistem kerja dan pengupahan tidak adil pada petani/pekerja, serta proses produksi yang boros energi juga jadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Kenapa sustainable beauty tiba-tiba jadi isu?
Begini, industri kecantikan adalah salah satu industri yang mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir. Orang-orang makin peduli dengan kecantikan dan kesehatan kulit. Semua ingin tampil cantik dengan kulit cerah, mulus seperti artis-artis korea.
Tak sedikit yang bahkan rela mengeluarkan budget fantastis untuk produk kecantikan yang dirasa ampuh buat merawat kesehatan kulitnya.
Gayung bersambut, antusias ini tentu saja direspon oleh banyak brand beauty, khususnya skincare, untuk berlomba-lomba menciptakan dan menawarkan produk.
Sayangnya, nggak semua brand punya kesadaran untuk membuat produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial.
Pun, nggak semua konsumen, terutama skincare enthusiast, yang peduli apakah produk yang dipakainya saat ini dibuat dari bahan yang diperoleh dengan eksploitasi berlebihan pada alam. Boleh jadi, saya juga salah satu diantara orang-orang yang tak peduli ini.
Apa sih maksudnya produk kecantikan ramah lingkungan & ramah sosial?
Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Gita Syahrani menerangkan dalam kesempatan Online Blogger Gathering kemarin, bahwa komoditas alam yang dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri kecantikan seringkali diperoleh dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan dan kurang etis.
Maksudnya, cara mendapatkan bahan baku untuk produk skincare itu dilakukan dengan mengeksploitasi alam. Tanpa mempertimbangkan kelestarian dan keberlangsungan komoditas tersebut di masa mendatang.
“Setiap komoditas punya standar tertentu. Kalau diolah dalam jumlah besar, massif, hingga ditanam di tanah yang bukan peruntukannya, bisa menimbulkan bencana. Entah kebakaran hutan, banjir, longsor, dan sebagainya.”
Selain itu, Gita menambahkan komoditas alam yang dipakai untuk bahan baku industri kecantikan juga harus memerhatikan faktor sosial. Misalnya, apakah pengumpulan komoditas tersebut memberdayakan petani setempat? Apakah petani dan pekerja yang terlibat diganjar dengan kesejahteraan yang layak?
Apakah petani juga diajarkan praktik pertanian yang benar sehingga mereka bisa menjaga kualitas produk komoditas tanpa mengganggu keseimbangan alam, seperti penggunaan pestisida alami, dan sebagainya.
Terakhir, lanjut Gita, produk kecantikan yang ramah lingkungan dan ramah sosial juga perlu memperhatikan dengan cermat serta mempertanggung jawabkan energi yang ia pakai untuk proses produksi. “Termasuk juga memperhatikan bagaimana daur ulang kemasannya,” imbuh dia.
Singkatnya, produk kecantikan ramah lingkungan dan ramah sosial setidaknya harus memenuhi 3 hal dasar berikut, yaitu :
- Menjaga fungsi alam tanpa bencana
- Petani dan pekerja sejahtera
- Energi dan limbah produksi terjaga
Lalu kenapa sebagai konsumen kita juga harus peduli soal ini? Bukankah ini urusan produsen skincare?
Logikanya sederhana. Kerusakan alam akan berbalik pada kerugian kita sendiri. Ini hukum karma, dimana bibit buruk akan berbuah pada kerusakan.
Ketidakpedulian kita pada produk skincare yang kita pakai, cepat atau lambat akan merusak bumi.
Akibat dari kerusakan alam tersebut sudah mulai kita rasa dampaknya sekarang.
Mulai dari perubahan iklim, peningkatan suhu bumi, mikroplastik yang mungkin juga sudah masuk ke peredaran darah kita, hingga bencana alam yang bertubi-tubi.
Udara, air dan tanah yang kita tinggali ini kian tercemar. Hal ini, suka nggak suka juga berdampak pada kesehatan tubuh dan kulit kita bukan?
Ah, saya ingat. Mendiang nenek saya dulu kerap bercerita, saat beliau muda perawatan kulit sangat sederhana dengan memanfaatkan bahan yang ada di dapur. Kulit nggak butuh perawatan ekstra karena air dan udara masih bersih.
Bandingkan dengan sekarang. Kalau ditotal, saya mungkin sudah mencoba ratusan jenis skincare tapi kulit saya bahkan masih kalah sehat dengan kulit nenek diusianya yang ke 70, saat itu.
Jadi jelaslah. Tak peduli sehebat dan semahal apapun produk skincare yang kita pakai, kalau alam terus dirusak, semuanya akan jadi sia-sia.
Saya sih nggak mau hal ini terjadi. Kita harus mencari jalan tengah. Sebuah solusi dimana kita bisa tetap nyaman dan bahagia memakai skincare tetapi alam juga nggak rusak oleh aktivitas kita.
Lalu kita harus bagaimana?
Jadi konsumen yang cerdas dong. Pilih produk skincare yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Beri apresiasi pada brand skincare yang memperjuangkan sustainable beauty dalam proses produksinya.
Tapi kan nggak mudah mengenali produk skincare yang ramah lingkungan & ramah sosial.
Nah, dikesempatan kemarin, Gita memberi tips cara mudah memilih produk skincare ramah lingkungan dan ramah sosial. Silahkan disimak ya.
- Baca label. Jadilah konsumen yang kritis dengan selalu memperhatikan label pada kemasan. Apakah produk tersebut mencantumkan label cruelty-free, fair trade, non-toxic dan sebagainya.
- Kenali bahan. Seperti yang dijelaskan Pakdhe Danang Wisnuwardhana di Blogger Gathering #LestarikanCantikmu saat itu, memakai skincare nggak boleh asal. Sebelum memilih skincare, kita harus menetapkan tujuan kita memakai skincare. “Tujuan orang memakai skincare berbeda-beda. Ada yang butuh skincare buat mengatasi jerawat, ada yang ingin mengurangi tanda penuaan. Nah supaya targetnya terpenuhi, kita harus kenali bahan skincare yang kita pakai. Misalnya kalau bahan A bagus untuk anti-aging, bahan B bagus untuk mencerahkan. Dengan begitu pemakaian skincare bisa lebih efektif,” jelasnya.
- Pahami komoditas asal. Sebagai konsumen, kita perlu memahami darimana dan bagaimana bahan baku skincare itu diperoleh.
- Apa dampaknya? Konsumen juga perlu aware apa dampak dan konsekuensi dari pilihan produk skincarenya.
- Pilih yang lestari. Memilih skincare yang menerapkan sustainable beauty dalam proses produksinya berarti kita berkonstribusi menjaga kelestarian bumi yang kita tinggali saat ini.
- Berbagi cerita. Ajak lebih banyak teman dan saudara untuk mulai memilih skincare yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Semakin banyak konsumen yang peduli, akan mendorong brand skincare untuk lebih memperhatikan proses produksinya juga. Jadi lebih ramah lingkungan dan ramah sosial.
Kalau enam cara itu masih dirasa terlalu ribet, Gita menambahkan cara termudah mengenali skincare yang ramah lingkungan dan ramah sosial. “Pilih brand skincare yang bercerita secara transparan tentang produk mereka. Misal cerita tentang bagaimana bahan produk mereka diperoleh, bagaimana proses produksi dilakukan, bagaimana pemilihan kemasannya.”
Yuk mulai sekarang kita lebih jeli memilih produk skincare. Pilih skincare yang ramah lingkungan dan ramah sosial, supaya bumi kita tetap lestari dan semua makhluk yang tinggal didalamnya hidup bahagia.
Memupuk kesadaran konsumen mengenai skincare yang mereka gunakan sehari-hari penting banget. Seperti juga makanan kita perlu mempertanyakan kandungan dan bahkan kemasan yang digunakan, apakah berakibat buruk pada bumi atau tidak. Semoga dengan informasi seperti dalam blogger gathering ini kita mulai menyadari akibat tindakan sehari-hari yang berdampak terhadap kesejahteraan bumi ya Mbak
BalasHapusIya, mbak. Konsumen juga punya perlu peduli soal produk ramah lingkungan agar produsen juga semakin concern ke arah itu. Justru kuncinya ya di kita-kita para konsumen ini. Semakin banyak yang peduli, mau ga mau produsen juga akan lebih banyak bikin produk yang ramah lingkungan dan sustainable.
BalasHapusAku kok jadi mikir juga ya. Terus kita harus baca labelnya dengan teliti ya Mbak? Lha tapi kalau bahasanya bahasa kimia semua njuk piye Mbak?
BalasHapusBaca label,
BalasHapuskenali bahan,
pahami komoditas asal,
pahami dampaknya,
pilih yang lestari.
Siappp! AKu akan praktikkan tips ini ketika berburu produk skincare dan beauty products lainnya
Konsepnya bagus nih, produk skincare yang ramah lingkungan + ramah sosial. Jadi nggak hanya ramah kepada lingkungan tapi juga memperhatikan gimana kondisi kesejahteraan masyarakat terutama para pekerja dari produksi skincare ini.
BalasHapusMembaca data bahwa setiap tahunnya ada 120 milyar pembungkus plastik yang berasal dari industri kecantikan bisa bikin hati perih ya, Mak. Memang butuh gerakan untuk sadar lingkungan lebih baik lagi, tak terkecuali dalam bidang kecantikan.
BalasHapus“Harus segini banyak ya barang yang dipakai buat merawat kulit? Mukanya satu tapi produknya bisa memenuhi lemari.”
BalasHapusHihihi...mukanya satu...auto ketawa baca ini loh mba wid. Satir bener komen paksu :)
Btw menyuarakan kepedulian lingkungan kadang memang seperti "bersuara di tengah lautan" yaa... Saat harga menjadi salah satu acuan dalam konsumsi sebuah produk, maka isu lingkungan sering terpinggirkan.
Salut untuk semua pihak yang konsen dan konsisten menyuarakan upaya kelestarian lingkungan.
Sebagai konsumen, kita memang harus bijak ya memilih produk yang akan kita pakai.
BalasHapusPerhatiin mulai dari bahan baku hingga kemasannya yang aman dan tidak merusak lingkungan.
Makasih sudah diingatkan untuk lebih concern lagi dalam memilih skincare yah mbak. Iya juga sih, di rumah juga bertebaran botol sisa skincare yang pastinya bakal jadi limbah yah. Andaikan banyak produk yang bisa refill yaaah
BalasHapusTernyata milih produk skincare nggak cuma perlu baca bahan bakunya aja ya, tapi ada 5 hal lain yang harus dilakukan juga. Skincare ramah lingkungan dan ramah sosial, semoga makin banyak yang memproduksi, jadi banyak pilihan juga bagi masyarakat
BalasHapusHm, iya ya..sebanyak itu sampah kemasan dari beauty produk, disadari atau tidak..duh. Beneran mesti dipertimbangkan nih pilih skincare yang ramah lingkungan dan ramah sosial, supaya bumi kita tetap lestari dan semua makhluk yang tinggal didalamnya hidup bahagia.
BalasHapusSaat ini kita memang tengah mengalami masalah yang serius terkait pencemaran lingkungan atau sampah limbah yang sudah begitu maksimal.
BalasHapusPerawatan kecantikan yang ramah lingkungan itu sebuah terobosan yang bagus sebab telah berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan setidaknya polusinya lebih sedikit
Bahasa lestarikan cantikmu ini jadi motivasi banget ya untuk perempuan senantiasa menjaga kulitnya agar senantiasa cantik.. nah menjaganya sendiri dengan konsep lestarikan artinya tetep menggunakan skincare yang baik dan aman untuk kulit ya
BalasHapussaat ini makin banyak yang sadar untuk menggunakan skincare alami dan ramah lingkungan ya mbak
BalasHapusini langkah yang bijak menurutku, karena kita klo cantik kan g boleh selfiht, jgn sampai karena pgn cantik eh malah merusak lingkungan
Duh kalai lagi beres-beres aku buangin botol2 bekar produk skincare juga lumayan banyak nih, sampai satu meja kadang isinya barang aku :-D
BalasHapusTapi sekarang kita gak cuma mentingin sehat & cantiknay klit tapi ikut menjaga bumi juga ya
Menjadi konsumen bijak akan lebih baik buat kita kaum hawa dalam memilih skincare yang akan dipake, ga hanya untuk kesehatan kulit tapi buat kesehatan bumi juga, yang ramah lingkungan
BalasHapusIYa memilih skincare harus banyak pertimbangan yah, jangan asal pilih. HArus pilih yang baik.
BalasHapusAku ngedukung banget nih program kosmetik ramah lingkungan iniiii.. seneng deh makin banyak campaign yang menyadarkan kkta untuk semakin ramah lingkungan yaaa
BalasHapusJadi harus pilih skin care yang ramah bumi juga ya mba..
BalasHapusKebetulan yang aku pake kayaknya cocok deh dan Buatan lokal juga artinya memajukan petani krn terbuat dari herbal
Iya ya, sampah skincare bagi para skincare enthusiast pasti menggunung kalau dikumpulkan. Sudah seharusnya peduli lingkungan, nih. Aku sendiri bukan termasuk salah satu dari mereka, tapi ya tetep aja punya skincare meski sedikit. Hehe. Jadi kudu aware juga ya sama lingkungan.
BalasHapusMakasih untuk tips memilih produk skincare yang ramah lingkunan dan ramah sosial, Mbak :)
mak ini berarti botol kosong aapa saja ya, aku ada beberapa erek lain belum kubuang2 ini
BalasHapuscuma emang bener skincarean itu yang cocok yang rutin paakainya biar kulit bener glowing abis skincarean
Bagus yaa.. gak hanya mikirin cantiknya diri sendiri. Tapi juga mikir dan peduli pada cantiknya bumi, lingkungan. Salah satunya, dengan menggunakan produk skincare yang ramah lingkungan.
BalasHapusJadi pengen cobain produk Segara ini deh Wid
BalasHapusMinggu depan aku tulis review produknya deh mbak. Deodorant bagus bgt 👍🏻👍🏻
HapusHmm... baiklah, ternyata nggak semua produk skincare itu ramah lingkungan ya? wajib jadi kriteria nih selain cocok di kulit, tapi harus ramah lingkungan juga
BalasHapusWah cocok banget ini kalau ada empties menumpuk di rumah bisa ditukerin dan dapet poin untuk dimanfaatin suatu hari nanti. Saya sendiri lagi nyari tempat mana yang bisa saya datengin langsung untuk nukerin botol-botol skincare yang udah kosong. Semoga campaign serupa juga makin banyak :))
BalasHapus