Wujudkan Generasi Maju, Cegah Anemia pada Anak

cegah-anemia-pada-anak
Anemia pada anak dapat menyebabkan penurunan kecerdasan, fungsi otak dan fungsi motorik. Dalam jangka panjang, anemia pada anak juga berdampak pada perubahan perilaku dan memperbesar resiko masalah kesehatan mental.
Woooowwwww….Seram nggak sih? 

Fakta ini baru saya ketahui saat mengikuti Webinar Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju yang digelar secara virtual oleh Danone Spesialized Nutrition, Kamis, 17 Desember 2020 silam. 

Sejujurnya, saya agak shock mendengar hal ini. Separah itukah dampak anemia pada anak? 

Sebelumnya saya malah tidak tahu bahwa anemia bisa juga terjadi pada anak. Saya pikir, anemia hanya mungkin dialami oleh remaja yang sedang menstruasi atau pada ibu hamil akibat perubahan hormon. Maaf, ilmu kesehatan saya memang dangkal banget. 

Tapi jujur saja deh, berapa banyak sih orang Indonesia yang ngéh soal ini? Anemia dianggap tak semematikan dan berbahaya seperti kanker. Tidak pula menakutkan seperti AIDS atau COVID-19. Edukasi kesehatan yang minim membuat banyak orang abai dengan bahaya anemia, terutama pada anak. 

Akibatnya, satu dari tiga anak Indonesia usia Balita tercatat mengalami anemia (data Riset Kesehatan Dasar 2018). Sekitar 50-60% kasus anemia diakibatkan oleh kekurangan zat besi (Grantham-McGregor,2010)

Apa sih Anemia? 

Banyak orang masih suka salah kaprah antara anemia dengan tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah atau hipotensi merupakan suatu kondisi saat tekanan darah pada arteri lebih rendah dari tekanan darah normal. 

Sementara anemia merupakan kondisi saat tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat. Akibatnya pasokan oksigen ke seluruh organ pun berkurang. Salah satu penyebab utama anemia adalah kekurangan zat besi. Selain tentu saja ada kondisi lain yang bisa menyebabkan hal ini, seperti pendarahan atau penyakit Thalasemia

cegah-anemia-pada-anak

Kekurangan zat besi mengakibatkan kemampuan untuk mengantarkan oksigen ke seluruh organ tubuh terhambat. Pada anak dalam masa pertumbuhan, kondisi ini akan mengakibatkan gangguan tumbuh kembang. 

Meski anemia sendiri dapat diatasi, namun kerusakan yang terlanjur terjadi akibat anemia tidak dapat diperbaiki dan bersifat permanen. 

“Zat besi memiliki peran penting pada tubuh anak, terutama untuk mendukung tumbuh kembangnya. Asupan zat besi yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak sehingga dalam jangka panjang, dapat berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak,” tutur Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK.

bahaya-anemia-pada-anak

Ditambahkan Nurul, salah satu penyebab anemia pada anak karena kurangnya asupan makanan kaya zat besi. Zat besi terutama bisa didapatkan dari sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, dan ayam. 

Mengapa anak anemia? 

Selain faktor penyakit dan genetik seperti kanker darah, penyakit auto imun, Thalasemia atau sel darah merah yang berbentuk bulan sabit, anemia juga disebabkan oleh pola makan yang minim asupan zat besi. Hal ini sangat mungkin terjadi sejak anak masih dalam kandungan. 

Ibu hamil yang mengalami anemia beresiko mengalami kelahiran prematur, berat badan lahir anak rendah, mudah letih, lesu, komplikasi pada persalinan hingga keluhan pada jantung dan pembuluh darah. Menurut Nurul, kondisi anemia pada ibu hamil yang tak tertangani dengan baik sangat mungkin berdampak pula pada perkembangan anak di dalam kandungan. 

bahaya-anemia-pada-anak

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan anak kekurangan zat besi, antara lain: 
  • Anak terlambat diperkenalkan MPASI. MPASI sebaiknya dimulai saat anak berusia 6 bulan dengan variasi menu yang disesuaikan dengan tahapan tumbuh kembangnya.
  • Pola konsumsi kurang asupan protein terutama dari sumber hewani.
  • Kurang konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan
  • Pemberian suplementasi zat besi yang tidak sesuai indikasi. Menurut Nurul, pemberian suplemen zat besi harus dalam dosis yang tepat. 
  • Tidak patuh minum suplemen zat besi. Suplemen zat besi dapat menyebabkan keluhan mual dan warna BAB yang lebih gelap. Sayangnya, karena hal ini banyak orang tua justru menghentikan pemberian suplemen zat besi. 
  • Penyerapan zat besi yang tidak optimal. Kandungan seperti tannin yang terdapat pada teh dan kopi, asam oksalat yang terkandung dalam berry, coklat dan teh, serta beberapa mineral bisa menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh. 

Apa bahaya anemia pada anak? 

Anak yang anemia umumnya memiliki gejala klinis seperti cepat lelah, pusing, pucat dan pika (suka mengunyah atau makan benda bukan makanan). 

Dalam jangka pendek, defisiensi zat besi pada anak dapat menyebabkan penurunan kecerdasan (IQ), menurunnya fungsi otak, seperti gangguan atensi, pendengaran dan visual. Fungsi motorik juga terganggu karena anak jadi mudah lelah. 

Untuk efek jangka panjang, defisiensi zat besi akan menurunkan performa belajar. Anak akan mengalami penurunan kemampuan berhitung, membaca, menulis dan kemampuan berbahasa. 

Ditambahkan Nurul, anak dengan defisiensi zat besi juga akan kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar. Misal, ia kesulitan mengikuti instruksi dan sebagainya. 

Nggak hanya berdampak pada pertumbuhan Si Kecil, anemia juga akan mempengaruhi perkembangan anak. Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. dalam kesempatan yang sama menjelaskan, bahwa defisiensi zat besi berpotensi menghambat kemampuan anak untuk konsentrasi. 

“Kekurangan zat besi menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti menganalisa dan mengambil kesimpulan. Sulit menyelesaikan masalah dan kurang kreatif,” ujar psikolog yang akrab dipanggil Nina ini. 

anemia-pada-anak

Anak yang mengalami anemia pada masa pertumbuhan, akan menjadi orang dewasa rentan, sulit bersaing di dunia kerja. Berbagai hambatan akibat sulit konsentrasi, lanjut Nina, bisa membuat anak tidak percaya diri, murung serta kesulitan bersosialisasi. 

“Tentu saja, selain harus memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi, orang tua juga perlu memberi stimulasi yang tepat supaya mereka bisa tumbuh menjadi anak generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi dan percaya diri,” imbuh dia. 

cegah-anemia-pada-anak

cegah-anemia-pada-anak

cegah-anemia-pada-anak

Bagaimana mencegah anemia? 

Cara pertama untuk mencegah anemia, bisa dengan melakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin. Langkah ini untuk mendeteksi secara dini apakah anak mengalami anemia atau tidak . Sayangnya untuk saat ini pemeriksaan uji saring hemoglobin hanya bisa dilakukan di laboratorium. 

Cara kedua, tentu saja dengan konsumsi makanan sumber zat besi. Bahan makanan sumber zat besi bisa berasal dari hewani dan nabati. Makanan yang kaya zat besi misalnya, hati sapi, hati ayam, daging merah (sapi/ayam), kuning telur, daging unggas, ikan, udang dan tiram. 

Sementara sumber zat besi nabati bisa didapat dari sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Agar penyerapan zat besi oleh tubuh makin maksimal, pastikan pula asupan vitamin C untuk anak cukup. 

Kekhawatiran saya, Alyssa, Tya dan semua ibu di Indonesia

Makin lama saya mendengarkan penjelasan Dokter Nurul dan Mbak Nina, hati saya rasanya makin galau. Khawatir kalau pola makan yang saya terapkan kepada Si Kecil selama ini masih belum bisa mencukupi kebutuhan zat besinya. 

Anak saya itu suka sekali buah dan sayur, tapi justru sering mogok makan daging. Sampai saat ini saya tetap selalu mengupayakan ada menu protein hewani dalam setiap makanannya. Tapi kalau nggak disuapi makan daging, dia pasti hanya makan sedikit. Ah, jadi pusing. 

Saya nggak sendiri, ibu-ibu lain seperti Alyssa Soebandono dan Tya Ariestya juga merasakan kekhawatiran serupa. 

cegah-anemia-pada-anak

Dalam kesempatan yang sama, aktris yang juga ibu dari dua anak, Alyssa mengaku anak pertamanya, Rendra adalah tipe anak yang picky eater (pemilih dalam memakan). Oleh sebab itu, awalnya agak sulit bagi Alyssa untuk memberi makanan dengan kandungan gizi yang cukup buat Rendra. 

“Kadang saya bikin bento, dengan dibuat bentuk yang lucu-lucu supaya dia lebih semangat makan. Selain itu saya juga memberi asupan makanan atau minuman fortifikasi zat besi dan formula pertumbuhan,” ucap dia. 

Tak jauh berbeda dengan Alyssa, aktris dan mantan atlet taekwondo, Tya Ariestya mengaku pernah mengalami hal serupa. “Anak kedua saya, Kalundra, tipe anak yang kalau makan suka dilepeh. Wah saya sempat pusing juga tuh menyiasatinya,” kata dia. 

Tetap optimis 

Kalau menengok lagi fakta ancaman defisiensi zat besi pada anak Indonesia, kita memang perlu waspada. Apalagi data-data yang dirilis menunjukan adanya peningkatan defisiensi zat besi pada kurun waktu 2013-2018. Pola makan yang berprinsip asal kenyang memperparah kondisi defisiensi gizi dan nutrisi anak-anak kita. 

Meski begitu, sebagai orang tua, kita juga nggak boleh putus asa dan berpangku tangan. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki. “Khawatir itu wajar, tapi jangan berlebihan. Karena ibu yang khawatir dan mengalami kecemasan akan jadi lebih mudah marah dan tidak rasional,” kata Nina menenangkan. 

Sebagai orang tua, lanjutnya, kita perlu menenangkan diri dulu. Yakinkan diri bahwa kita sudah melakukan hal baik. Bila perasaan kita sudah lebih tenang, kita bisa berpikir lebih rasional untuk memperbaiki kondisi ini. 

Dimulai dari perbaikan pola dan menu makan keluarga. Bisa dengan menambah variasi menu makanan dengan gizi yang berimbang. Dan tak lupa berikan stimulasi pada anak agar pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya berjalan selaras dan bisa mengembangkan lima potensi prestasi, yaitu berpikir cepat, tumbuh tinggi,percaya diri, tangguh dan aktif bersosialisasi. 

Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, pemenuhan kebutuhan asupan zat besi tentu jadi kebutuhan super penting. “Zat besi adalah co-factor metabolisme sel imun. Dengan begitu kekurangan zat besi tentu juga akan mengganggu sistem kekebalan tubuh,” lanjut Nurul. 

cegah-anemia-pada-anak

Nah, kalau butuh informasi detail tentang kebutuhan zat besi anak, mampir saja ke www.generasimaju.co.id. Situs ini merupakan platform daring yang disediakan oleh Danone Specialized Nutrition Danone untuk membantu orang tua memperkirakan kadar ketersediaan zat besi pada anak. Ada banyak artikel, permainandan kita juga mengajukan pertanyaan seputar gizi anak. 

Semoga jadi tambah tahu ya

20 komentar

  1. Baru tau ternyata Anemia punya pengaruh terhadap tingkat kecerdasan untuk anak. Bener-bener sebuah hal yang perlu diaware in banget ke orang-orang. Apalagi kepada orang tua agar gak lalai dalam menjaga asupan gizi bagi si kecil. Thanks for sharing this mbak

    BalasHapus
  2. Iya zat besi emang sangat di perlukan dan di perhatikan ya bund

    BalasHapus
  3. Betul banget Mba.Sepakat banget,apalagi untuk balita,asupan zat besi sangat perlu diperhatikan karena pengaruhnya jangka panjang. terima kasih info dalam tulisan ini terkait anemia detail dan lengkap sekali Mba ;)

    BalasHapus
  4. Zat besi adalah co-factor metabolisme sel imun. Dengan begitu kekurangan zat besi tentu juga akan mengganggu sistem kekebalan tubuh.

    Well noted banget, mbaaa
    semoga semua parents diberikan kekuatan untuk terus mengoptimalkan tumbuh kembang anak ya.

    BalasHapus
  5. Eheuheu... sama sih, Wid. Aku juga nggak ngira dampak anemia bisa seserius itu. Selama ini taunya anemia mah kurang darah, trus lemes. Apalagi kalo lagi M.

    BalasHapus
  6. Yampun...
    Aku kira anemia itu penyakit untuk orang dewasa ternyata bisa kena ke anak-anak.
    Semoga kita semua diberikan kesehatan ya.. Aamiin :")

    BalasHapus
  7. Si kecil memang termasuk ke kelompok yang rentan selama pandemi ini, sangat penting adanya orang tua menjaga dan mengontrol asupan gizi dan nutrisi si kecil agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit serta dapat beraktivitas dan bertumbuh kembang seperti kebanyakan teman-temannya.

    Terima kasih banyak untuk sharingnya mbak, tulisan yang sangat inspiratif dan memotivasi

    BalasHapus
  8. Lah iya, saya pikir juga animea hanya dpt menyerang pada ibu hamil dan pada remaja perempuan yang lagi menstruasi saja. Ternyata pada anak-anak pun dapat mengalaminya.

    Informasi yg edukatif bgt nih mbak. Makasih ya

    BalasHapus
  9. Ternyata banyak ya dampak kekurangan zat besi ke anak. Baru tahu loh aku bisa sampai anemia segala. Kudu concern sama pemenuhan zat besi anak nih

    BalasHapus
  10. Sejak anak MPASI aku udh aware banget trg isu zat besi ini. Thank you for sharing ya

    BalasHapus
  11. Nah, zat besi itu punya peran dan pengatuh juga yang tak kalah penting untuk tumbuh kembang seorang anak.
    Jika asupan tak tercukupi maka kemampuan kognitif dan konsentrasi pun tidak optimal
    Untuk itu kecukupan zat besi sudah mesti terpenuhi sejak anak dalam kandungan

    BalasHapus
  12. aku baru tau nih ternyata anemia juga bisa menyerang anak anak yaa, aku sempet anemia beberapa tahun lalu, emang lumayan menggangu banget apalagi kalo abis jongkok

    BalasHapus
  13. Wah ngeri juga nih anemia itu. Kita sering menyepelekannya tapi dampaknya luar biasa buruk ya. Semoga mulai sekarang masyarakat bisa lebih mencukupi kebutuhan zat besi

    BalasHapus
  14. Pemahamanku soal anemia ini juga masih terbatas. Kirain kalau sudah dewasa aja bisa mengalaminya, terutama perempuan yang sudah menstruasi. Sama ya ternyata asumsi kita hehehe... Ternyata sejak anak-anak pun bisa mengalaminya, pengaruhnya pun cukup serius ya. Harus makin perhatikan kandungan gizi dalam makanan anak nih biar ga kekurangan zat besi.

    BalasHapus
  15. Ngeri juga ya efek anemia pada anak, kirain yang suka anemia itu perempuan dewasa aja, ternyata anak-anak juga bisa kena

    BalasHapus
  16. Bagus banget kak sharing ilmunya. Lengkap, informatif, dan jelas. Pembaca jadi lebih aware lagi dengan bahaya dan pencegahan anemia pada anak khususnya. 😎👍

    BalasHapus
  17. Banyak banget ya dampak anak yang anemia karena kekurangan zat besi. Jadi ingat alm temanku dia menderita Thalasemia. Semoga kita sebagai orang tua mampu memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak-anak kita ya.

    BalasHapus
  18. Anak-anak jangan sampai kena anemia ya, dampaknya bs menurunkan kecerdasan otaknya ya. Semoga anak² kita jadi generasi cemerlang ya Bu

    BalasHapus
  19. waktu umur 18 bulan klo nggak salah, anakku pernah kena anemia bun, aku yang nggak ngerti pola mpasi kayak gimana, dia cuma makan sayur tanpa makan protein hewani, ya udahlah anemia, Alhamdulillah skrg walaupun makan ayam tiap hari yang pnting kebutuhan hewaninya ada

    BalasHapus