Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit
Ada yang tahu atau pernah lihat bunga Kemuning? 

Kalau saya sih jujur aja, sepanjang hayat baru 2 kali lihat pohon dan bunga Kemuning. Sepertinya tanaman perdu yang konon berasal dari daratan India ini memang sudah mulai langka ya. 

Kemuning, sebenarnya merupakan tanaman yang mudah tumbuh liar di daerah tropis. Pada dekade 1980-an dulu, tanaman ini masih banyak ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. 

Pohon Kemuning, umumnya memiliki tinggi 2 sampai 3 meter. Namun pada kondisi yang kondusif, Kemuning bisa tumbuh sampai 8 hingga 12 meter. 

Batang Kemuning berwarna kekuningan, beralur dan tak berduri. Daunnya agak membulat seperti telur dengan ujung dan pangkal daun meruncing. Bunga Kemuning berwarna putih, berbau wangi kecut seperti aroma jeruk. 

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit
sumber foto : wikipedia

Kemuning memiliki buah kecil dan bulat. Buah Kemuning berwarna hijau saat masih muda, dan ketika matang berwarna merah mengkilat. Kemuning punya banyak nama. 

Tiap daerah memiliki sebutan yang berbeda buat Kemuning. Ada yang menyebut kamuning, kamoneng, kamoni, kemuni, kajeni, palopo, kemiuning, eseki, tanasa, tajuman, dan kamuniang. Di Cina, tanaman Kemuning disebut jiu li xiang, sementara di Inggris, tanaman ini disebut orange jasmine

Seperti namanya, manfaat Kemuning juga tak kalah banyak. Mulai dari batang, daun, bunga hingga buahnya memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah untuk perawatan kulit. 

Kemuning untuk perawatan kulit 

Simbah saya dulu punya pohon Kemuning di pekarangan. Kata Ibu, Simbah suka mengolah daunnya untuk perawatan kulit. Campuran daun Kemuning dan rempah lainnya dikeringkan, ditumbuk dan dipakai untuk lulur. 

Daun Kemuning ini konon punya banyak manfaat buat perawatan kulit lho, diantaranya : 
  • Menangkal radikal bebas 
  • Mendinginkan kulit 
  • Menghaluskan kulit 
  • Mengangkat sel kulit mati 
  • Membunuh bakteri 
  • Mengurangi bau badan tak sedap 
  • Mengharumkan tubuh 
Kelihatannya menarik ya? 

Sayangnya sekarang pohon Kemuning sudah makin langka. Kalaupun ada, saya juga terlalu malas buat mengolahnya jadi lulur. 

Tapi tenaaaaang, sekarang sudah nggak susah lagi kalau mau luluran pakai daun Kemuning. Kapan hari tuh, saya ketemu instagram : @hana.beautyandspa yang jual berbagai lulur dan masker berbahan alami. 

Fokus saya langsung tertuju dengan si lulur Kemuning ini dong. 

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit

Menurut penjualnya sih, lulur Kemuning ini berkhasiat buat menghaluskan dan melembabkan kulit. Harganya murah kok, cuma Rp 35.000 untuk kemasan 100 gram 

Yuk kita langsung ulas produknya. 

Kemasan lulur Kemuning 

Lulur Kemuning hadir dalam bentuk pouch berukuran 100 gram. Sepertinya kemasan ini juga kedap air, dan dilengkapi zipper dibagian atasnya. Jadi setelah dibuka, kemasan bisa ditutup lagi dengan zipper. Saya suka sih kemasan seperti ini, jadi nggak gampang tumpah meski dibawa bepergian. 

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit
pouch lulur dilengkapi zipper, sehingga mudah ditutup kembali

Desain pouch lulur cukup sederhana. Ada sticker bergambar bunga Kemuning di bagian depan. Sementara bagian belakang tertera cara pakai dan keterangan expired date

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit

Tekstur lulur Kemuning 

Lulur Kemuning dari @hana.beautyandspa adalah jenis lulur bubuk. Warnanya kuning, dengan butiran yang sedikit kasar. 

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit

Wangi lulur Kemuning ini enak lho. Aroma bunga, sedikit kecut dan ada sedikit aroma rempah. Tapi bukan aroma yang nyegrak di hidung gitu. Agak susah deskripsiinnya, tapi baunya emang enak banget. Eksotik. Apalagi saat diaplikasikan ke kulit. 

Cara pakai lulur Kemuning 

Berdasarkan panduan yang tertulis di kemasan, cara pakai lulur Kemuning ini sama seperti lulur serbuk pada umumnya. 

Yaitu, ambil lulur secukupnya sesuai kebutuhan. Saya biasanya pakai 2 sendok makan sekali pemakaian, untuk penggunaan seluruh tubuh. Kalau ingin luluran untuk area tertentu seperti area lipatan kulit, saya hanya pakai 1 sendok makan. 

Review : Lulur Tradisional Kemuning untuk Perawatan Kulit

Setelah itu, campur lulur dengan cairan. Bisa dengan air biasa, air mawar, VCO, minyak zaitun, madu, atau susu murni. Kalau saya sih, paling rekomendasiin dicampur dengan minyak zaitun. Karena efek melembabkan dan menghaluskan kulitnya lebih terasa ketimbang hanya pakai air biasa. 

Setelah lulur tercampur hingga berbentuk seperti pasta, balurkan lulur ke seluruh tubuh, ratakan sambil gosok perlahan. Selanjutnya bilas tubuh sampai bersih. 

Pemakaian yang disarankan adalah 2 hingga 3 kali seminggu. Tapi untuk area lipatan kulit yang gelap seperti siku, lutut dan ketiak, saya gunakan setiap hari. 

Kesan setelah pemakaian 

Di kulit saya, pemakaian rutin lulur Kemuning selama sekitar 2 pekan sangat membantu menghaluskan kulit. 

Area lipatan kulit seperti sikut, lutut dan ketiak terasa lebih halus. Untuk sikut dan lutut malah kelihatan sedikit cerah. Sayangnya saya lupa bikin foto before-nya sih. Jadi rada susah membandingkan. 

Maklum lah, waktu pertama kali coba saya memang nggak punya ekpektasi terlalu tinggi. Nggak nyangka juga dengan pemakaian rutin ternyata efeknya cukup menggembirakan. 

Satu hal yang paling saya suka dari lulur ini adalah wanginya yang eksotik dan menenangkan. Sayangnya, saya nggak merasakan efek yang signifikan untuk mengatasi bau badan. Yah, emang lulurnya juga nggak ngeklaim bisa ngilangin bau badan sih. Hehehe. 

Repurchase? Pastilah. Harganya sangat terjangkau untuk hasil yang memuaskan seperti itu. Sepertinya nanti saya akan coba varian lulur unik lainnya seperti lulur ketan hitam, lumpur dan rumput laut. 

Semoga jadi tambah tahu ya. 

Tidak ada komentar