Sehat Datang dari Perut, [Share Pengalaman: Terapi probiotik INTERLAC untuk balita diare]

Sedikit orang yang tahu bahwa “ 80% dari sistem imun kita terletak di saluran cerna.”

Singkat kata 80% kesehatan kita bergantung pada sehat tidaknya saluran cerna, organ terbesar dalam tubuh manusia. Bahkan para ahli medis pun sepakat bahwa kesehatan saluran cerna manusia merupakan cerminan kesehatan tubuh secara umum.

Kelihatan sederhana? Ternyata tidak, gaya hidup manusia modern yang serba instan, tingkat polusi lingkungan yang tinggi, stress, penggunaan obat atau antibiotik yang berlebihan dan banyak faktor eksternal lain, membuat kesehatan saluran cerna kerap bermasalah. Sebagian dari kita mungkin tidak sadar hal ini. Tapi buang air besar (BAB) yang tidak rutin, tektur BAB yang terlalu keras, sembelit hingga diare merupakan sinyal bahwa ada yang tidak beres pada saluran pencernaan kita.

Lalu bagaimana ciri saluran cerna yang sehat?

  • Penyerapan zat gizi yang sempurna 
  • Proses dan pola BAB yang lancar dan rutin 
  • Proses makan yang baik, tidak diikuti dengan mual atau muntah 
  • Orang yang memiliki saluran cerna sehat biasanya juga memiliki kekebalan tubuh yang baik 
  • Jumlah mikroorganisme “baik” dan “jahat” yang seimbang. 
Gangguan saluran cerna yang paling sering terjadi adalah diare. Malah, dehidrasi sebagai efek terburuk diare masih menjadi penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita di Indonesia. Riset nasional menunjukkan bahwa 31.4% dari kematian bayi dan 25.2% dari kematian balita di Indonesia disebabkan oleh diare. Diare dapat membunuh bayi dan balita bila menyebabkan dehidrasi tingkat berat dan telat mendapatkan penanganan.

Dibanding orang dewasa, bayi dan balita tentu memiliki resiko lebih tinggi dan rentan terhadap diare. Rata-rata bayi berusia dibawah 2 tahun terserang diare lebih dari 3x setahun. Dan resiko ini menjadi lebih besar pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, karena ASI mengandung probiotik. Penyebab utama diare pada bayi antara lain infeksi Rotavirus, infeksi bakteri-bakteri jahat lain dari benda-benda kotor di sekitarnya, alergi, susu formula yang tidak diolah dengan tepat, keracunan makanan, flu, ataupun konsumsi antibiotik.

Diare Membawa Sengsara

Itu yang terjadi pada Narend sepekan lalu. Dimulai saat Narend dan Romo-nya plesiran berdua tanpa saya. Ini memang kegiatan rutin mereka sebulan sekali. Melakukan aktivitas “laki-laki” berdua saja, tanpa ibu. Dan saya bisa leluasa menikmati me time di rumah. Sebenarnya tidak ada yang aneh, saat mereka pulang. Narend tetap ceria seperti biasa, bahkan selera makannya pun masih baik. Walau sudah puas makan di luar, dia masih tetap asyik nyamil buah di rumah.

Tapi keesokan paginya, Narend tiba-tiba muntah dan diare. Meski tidak sampai lemas, tapi dia terlihat lesu. Panik dan khawatir sekali rasanya. Saya tahu, menawarinya makanan tentu bukan solusi. Karena selain Narend tidak berselera, makanan itu boleh jadi bakal dimuntahkan kembali.

Untung saya baru saja mendapat kiriman suplemen probiotik saat itu. Jadi sebagai langkah awal saya beri dia suplemen itu, sebelum kami pergi ke dokter. Setelah di konsultasikan, DSA yang kami temui ternyata membolehkan konsumsi suplemen probiotik untuk mempercepat proses penyembuhan. Saya menggunakan suplemen probiotik jenis drops, meski sebenarnya ini ditujukan untuk bayi dan batita. Pertimbangannya, karena jenis drops ini lebih mudah dikonsumsi dalam kondisi saat itu. Bentuknya cair dan rasanya plain. Cukup 5 tetes dan diminum satu kali satu hari.

Berikut perjalanan terapi probiotik yang saya terapkan untuk mengatasi diare pada Narend:

Hari Pertama : Muntahnya berhenti beberapa jam setelah diberi probiotik dan mulai berselera makan. Tekstur BAB masih sangat cair dan frekuensinya cukup sering. Hari itu lebih dari lima kali, dia bolak balik kamar mandi.

Hari Kedua : Frekuensi BAB mulai berkurang, hanya tiga kali BAB. Selera makan makin bagus dan sudah tidak muntah lagi.

Hari Ketiga : Frekuensi BAB mulai normal, tapi tekstur masih encer. Selera makan juga makin baik.

Hari Keempat: Frekuensi BAB mulai normal, tapi tekstur masih encer. Selera makan juga makin baik.

Hari Kelima : Frekuensi BAB normal, tapi tekstur masih encer. Narend sudah ceria dan dia bahkan minta masuk sekolah lagi.

Hari Keenam: Frekuensi BAB normal, tekstur mulai sedikit padat, tapi masih sangat lunak. Selera makan sangat baik.

Hari Ketujuh : Frekuensi BAB normal, tekstur masih lunak. Selera makan sangat baik.

Hari Kedelapan : Frekuensi BAB normal, tekstur lunak, mulai lebih padat. Selera makan makin baik dan mulai normal.

Saat saya menuliskan blog post ini, Narend memang belum pulih seutuhnya karena tekstur fecesnya masih lunak. Tapi berdasarkan pengalaman saya menangani masalah pencernaan Narend, kali ini penyembuhannya cukup cepat. Yah ini bukan kali pertama saluran cernanya bermasalah. Coba baca tulisan yang ini (Baca : Sembelit Sakiiit!)

Saya berasumsi, ini terjadi karena bantuan terapi probiotik. Karena obat hanya saya berikan di hari pertama dan kedua. Selebihnya hanya konsumsi probiotik secara rutin. Tanpa bermaksud jadi sok pintar, saya beranggapan bahwa masalah pencernaan Narend seharusnya diselesaikan dari akarnya. Obat mungkin bisa menghentikan diare, oralit juga hanya untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama diare. Tapi kalau akar permasalahnnya tidak dituntaskan, bukan tidak mungkin diare akan berulang bukan? Itu sebabnya, saya lebih mantap untuk memberi terapi probiotik yang tepat sebagai solusi diare Narend. Kalau saluran cernanya sehat, daya tahan tubuhnya tentu lebih baik dan proses penyembuhannya pasti lebih cepat.

Kenapa probiotik? 

Probiotik adalah istilah yang digunakan pada mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain/inangnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Probiotik) 

Kebanyakan gangguan saluran pencernaan diawali dari ketidakseimbangan jumlah antara mikroorganisme “baik” dan “jahat”. Karena itu, langkah yang paling tepat untuk mencegah gangguan saluran pencernaan adalah menjaga keseimbangan dua jenis mikroorganisme ini. Probiotik sendiri bukan obat!
source : instagram @interlacprobiotics

Kata probiotik diambil dari Bahasa Yunani “pro” yang berarti “untuk” dan “bios” yang berarti “kehidupan”. Bisa diartikan kata probiotik mempunyai makna “for life” atau “untuk kehidupan”.

BPOM Indonesia juga mengkategorikan probiotik sebagai suplemen makanan, bukan obat. WHO mendefinisikan probiotik sebagai bakteri baik yang dapat hidup di saluran cerna dan bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, dapat memberikan manfaat kesehatan signifikan bagi penggunanya. 

Berdasarkan berbagai penelitian, probiotik bermanfaat untuk mencegah dan melawan kolonisasi bakteri jahat di saluran cerna serta menurunkan risiko berbagai penyakit saluran cerna seperti diare.

Syarat-syarat probiotik yang baik menurut WHO adalah sebagai berikut:
• Berasal dari manusia
• Dapat bertahan hidup di saluran cerna
• Tahan terhadap asam lambung dan cairan empedu
• Menghasilkan zat antimikroba
• Mampu melawan bakteri jahat
• Terdokumentasi penelitian klinis yang baik

Jadi, penasaran nggak sih suplemen probiotik apa yang saya beri buat anak saya?

Inilah INTERLAC®Probiotics-Healthy Tummy Happy Baby


INTERLAC®adalah probiotik pilihan dokter di lebih dari 90 negara yang memenuhi semua syarat probiotik baik dari WHO dan dikenal di kalangan medis sebagai Live and True Probiotic.

”Setiap jenis probiotik berbeda-beda. Ada probiotik yang sudah teruji manfaatnya, ada juga yang belum memiliki dukungan scientific untuk klaim kesehatannya. Dalam pemilihan probiotik untuk manfaat kesehatan, penting untuk melihat bukti uji klinis sampai tingkat strain. Lactobacillus Reuteri Proctetis, salah satu yang paling banyak diteliti di dunia mengenai manfaat & keamanan nya,” kata dr. Intan Diana Sari, Head of Medical PT. Interbat.

INTERLAC® merupakan produk lisensi dari BioGaia, Swedia, yang merupakan salah satu pelopor probiotik di dunia. INTERLAC® mengandung strain probiotik Lactobacillus reuteri Protectis yang dipatenkan BioGaia, dan merupakan salah satu probiotik yang paling banyak diteliti di dunia dengan efikasi dan keamanan yang terbukti klinis.

Lactobacillus reuteri, merupakan probiotik yang berasal dari tubuh manusia. Secara umum, L. reuteri bisa didapatkan bayi saat proses kelahiran normal dan dari ASI ibu. Tapi, kondisi dunia modern membuat sangat sedikit populasi yang mempunyai koloni L. reuteri secara organik. Itu sebabnya, L. reuteri Protectis di dalam INTERLAC® diambil dan di kultur dari ASI ibu di suku Andes, Peru yang tidak terpapar polusi.

Karena berasal dari manusia, INTERLAC® sangat aman dan mudah ditolerir untuk bayi sejak lahir. Banyak probiotik lain juga dipasarkan sebagai synbiotik, yang mencampurkan probiotik dengan prebiotik untuk membantu pertumbuhan probiotik di dalam tubuh. INTERLAC® tidak mengandung prebiotik karena L. reuteri mampu bertumbuh dan berkoloni dengan baik di dalam tubuh tanpa bantuan prebiotik. Strain L. reuteri Protectis juga adalah salah satu strain probiotik yang paling banyak diteliti di dunia, dengan keamanan dan efikasi yang terbukti klinis untuk bermacam-macam indikasi.

INTERLAC® dipasarkan di Indonesia melalui kerjasama BioGaia dengan PT Interbat sebagai satu-satunya produk suplemen probiotik di Indonesia yang mengandung Lactobacillus reuteri Protectis, solusi aman dan efektif untuk berbagai macam gangguan saluran cerna. INTERLAC® sendiri terjamin keamanannya karena sudah teruji klinis untuk segala usia, mulai dari bayi prematur, newborns, anak-anak, dewasa sampai lansia dan terbukti aman tanpa efek samping.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga sudah merilis predikat GRAS (Generally Recognized as Safe) untuk INTERLAC. Predikat ini merupakan sertifikasi keamanan tertinggi untuk suplemen makanan di Amerika. Formulasi INTERLAC® sama sekali tidak mengandung laktosa sehingga dijamin aman untuk bayi sejak hari pertama kelahiran, termasuk bayi yang lactose-intolerant. Profil keamanan yang sangat baik ini membuat INTERLAC® menjadi probiotik pilihan dokter di lebih dari 90 negara dan bahkan dipakai langsung di unit NICU rumah sakit sebagai terapi bayi lahir prematur.

Berikut ini klaim manfaat INTERLAC®

  • Menjaga kesehatan saluran cerna 
  • Terapi dan pencegahan diare, konstipasi, regurgitasi (gumoh) dan distensi abdomen (kembung) 
  • Terapi dan pencegahan infeksi candida (jamur) 
  • Terapi dan pencegahan kolik infantil (tangisan berlebih pada bayi berusia dibawah 4 bulan yang disebabkan oleh gangguan pencernaan) 
  • Terapi dan pencegahan NEC (Necrotizing Enterocolitis), penyebab kematian nomor satu pada bayi lahir prematur 
  • Meningkatkan sistem imun, mencegah alergi dan meningkatkan daya tahan tubuh 
  • Mendukung perkembangan neurologi (syaraf) yang optimal pada bayi 
  • Terapi functional abdominal pain (sakit perut) pada anak-anak 
  • Mengurangi efek samping penggunaan antibiotic 
  • Terapi pendamping antibiotik untuk infeksi Helicobacter pylori 

Bagaimana dengan terapi untuk gangguan spesifik seperti diare, yang dialami Narend? Ternyata pilihan saya untuk memberi terapi probiotik tidak salah, karena berdasarkan berbagai penelitian, konsumsi probiotik yang tepat dosis dan rutin pada penderita terbukti dapat :

1. Penyembuhan lebih cepat: Penggunaan INTERLAC® pada bayi yang sedang terserang diare memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan plasebo. 74% bayi yang memakai INTERLAC® sembuh dari diare pada hari kedua, dibandingkan dengan hanya 19% pada grup plasebo.

2. Mengurangi frekuensi diare: Penggunaan INTERLAC® pada bayi yang sedang terserang diare mengurangi frekuensi diare per hari dibandingkan dengan grup plasebo (1.9x di grup INTERLAC® vs 3.4x di grup plasebo).

3. Mengurangi risiko terkena diare: Pada uji klinis selama 12 minggu pada 201 bayi, pemberian INTERLAC® menurunkan angka kejadian diare sebesar 74.6% dibandingkan grup plasebo. Selain diare, pemberian INTERLAC® ternyata juga bermanfaat mengurangi angka kejadian demam sebesar 79.5% dibandingkan plasebo.

Ada banyak lagi alasan lain kenapa saya lebih memilih INTERLAC® ketimbang probiotik lain yang ada di pasaran. Salah satunya adalah varian kemasan yang beragam. INTERLAC® ini, setahu saya, merupakan satu-satunya suplemen probiotik yang tersedia dalam bentuk drops, jadi dapat dipakai untuk bayi. Memang sih, cara penyimpanan INTERLAC® Drops harus lebih teliti. Sebaiknya disimpan dengan suhu dibawah 25⁰ C. Akan lebih baik kalau di lemari pendingin penggunaan. Daya tahannya sebelum dibuka bisa sampai 18 bulan, tapi kalau sudah dibuka hanya bisa stabil selama 3 bulan. Pemakaian INTERLAC® Drops ini juga bisa dicampurkan langsung ke makanan, minuman seperti ASI atau susu formula, asal tidak panas. 
Jadi jelas kan? Tubuh yang sehat berasal dari saluran cerna yang sehat. Saya sih kayaknya juga harus ikut rutin mengonsumsi INTERLAC probiotik seperti Narend.

Oia, kalau ingin cari tahu informasi lebih banyak tentang kesehatan saluran cerna bisa langsung berkunjung ke

Website : www.interlac-probiotics.com
Instagram : @interlacprobiotics
Facebook : @interlacprobiotics

Dan INTERLAC® juga bisa dibeli di Guardian, Apotek terdekat, Halodoc, Go-Med App dan Lazada.co.id

Semoga jadi tambah tahu ya.

4 komentar

  1. Pernah punya pengalaman buruk thd saluran cerna anak. Jadi sering banget diare klo salah makan. Untung ya mak skrg udah ada interlac

    BalasHapus
  2. Wah, terimakasih informasinya. Komplit sekali. Jadi ada referensi buat jaga-jaga. Kebetulan juga punya batita, harapannya sih selalu sehat. Tapi siapa tahu kan suatu saat butuh

    BalasHapus
  3. kalo untk terapi asam lambung pada anak bs gak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya dikonsultasikan ke DSA mbak. Kalau saya kemarin utk terapi diare, dengan persetujuan dokter jg.

      Hapus