Perempuan yang Bahagia di Usia Cantik

Apa sebenarnya yang kita cari dalam kehidupan ini? Rumah yang megah? Mobil mewah yang bisa bikin iri orang sekampung? Anak yang pandai? Well, mungkin kita akan bilang mau semuanya! Ah, kok kemaruk amat. 

Menurut saya, sebenarnya kita hanya ingin bahagia. Bahagia? Ya, semua yang saya sebutkan diatas saya anggap hanya “alat” untuk mewujudkan kebahagian. Bahkan, saat seseorang mengaku mengejar surga bukankah itu karena ia meyakini ada kebahagiaan di sana? Jadi kalau begitu sah saja kan saya bilang bahwa tujuan terbesar hidup adalah mencapai kebahagiaan? 

Semua orang mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang beretika tapi juga tidak sedikit yang potong kompas, cari jalan pintas. Banyak juga yang akhirnya menyerah, menganggap kebahagiaan hanya ada di angan-angan. Mengejar bahagia seperti halnya mengejar pelangi. Tampak indah dari kejauhan namun tak terjangkau. 

Well, mungkin itu karena kita yang salah mencari. Kebahagiaan bukan berada di luar diri, kebahagiaan itu ada di dalam. Jadi carilah ke dalam. 

Kadang kita memberi terlalu banyak syarat supaya bisa bahagia. Harus punya mobil dululah baru bisa bahagia, harus punya rumah dulu. Anak-anak harus masuk sekolah bagus dulu. Harus dapat jodoh yang baik dulu. Bahagia nanti saja, setelah pensiun. Lalu bagaimana kalau semua pikiran ideal itu tidak terwujud? Apa kita tidak layak bahagia? Hei, kenapa sih harus memberi syarat terlalu banyak untuk bahagia. Bahagialah sekarang! 

Haduuuh kepanjangan ya intro saya? Yah, setidaknya saya berharap kita semua sepakat dulu tentang konsep bahagia. Bahwa kebahagiaan tidak tergantung pada orang, benda atau kondisi lain. Bahagia tergantung bagaimana cara kita memandang diri, dan kehidupan. 

Begitulah kesimpulan singkat saya dari petuah Ibunda tercinta. Ya Ibu, Mama, Bunda, Mami kadang Biyung, kadang Simbok. Lah, saya memang punya sejuta panggilan untuk beliau, perempuan yang pernah bertaruh nyawa untuk memperjuangkan kehidupan saya. Perempuan yang punya triliunan stok kesabaran untuk menghadapi hidup yang tidak selalu ramah. 

Perjalanan Menuju Usia Cantik 


Ibu saya sebenarnya lahir dari keluarga yang cukup mapan, lebih dari cukup mungkin. Pada era 1960-an, Kakek saya menduduki posisi yang cukup penting di BUMN bidang energi, jadi wajarlah ya kalau masa kecil ibu dipenuhi dengan berbagai fasilitas yang cukup mewah pada masa itu. Rumah dinas yang besar, makanan yang enak dan sebagainya. 

Tapi pergolakan politik di tahun 1965 mengubah banyak hal. Rezim baru mengadakan “pembersihan” kepada semua hal yang berbau Orde lama. Kakek saya, seorang simpatisan loyal Bung Karno, saat itu mungkin memiliki pertimbangan sendiri hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan karirnya. Dan sebagai konsekuensi, seluruh keluarga, termasuk ibu saya, juga harus meninggalkan semua fasilitas yang disediakan Negara saat itu. 

Kehidupan setelah itu, bukan hal yang mudah. Kakek dan Nenek saya punya delapan orang anak. Sebagian besar masih kecil, dengan jarak usia yang tidak terlalu jauh. Tentu tidak mudah memberi perhatian penuh kepada semua anak-anaknya. Apalagi kondisi ekonomi tidak sebaik sebelumnya. “Ibu dulu seperti tumbuh sendiri, ikut membantu orang jualan supaya bisa dapat uang jajan. Sepatu dan baju juga hampir tidak pernah beli,” kenang beliau. Ah Ibu, mungkin karena pengalaman itulah Ibu sangat memanjakan ku? Memastikan semua kebutuhanku terpenuhi sampai-sampai lupa melalaikan kebutuhanmu sendiri. Jadi sedih. 

Ibu lalu lebih banyak diasuh oleh kakak tertuanya, melalui masa remaja di Kalimantan yang penuh drama khas remaja tempo dulu. “Rasanya tetap beda kalau diurus oleh orang tua sendiri, apalagi Budhe kan juga punya anak-anak sendiri,” kata ibu lagi. Jangan haraplah bisa bermanja-manja. Sedihkah Ibu? Ya sedikit, tutur beliau, tapi mengurus keponakan ternyata menyenangkan dan menghibur. Lagipula, pengalaman mengurus keponakan ternyata cukup bermanfaat saat memiliki anak sendiri. 

Ibu menikah dengan Bapak saya selepas lulus SMA. Walau sebenarnya saat itu beliau sangat ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, namun Ibu mengaku cukup tahu diri dengan kondisi keluarga. Maka keinginan menuntut ilmu pun dipendamnya. Ibu dan Bapak saya ini sebenarnya hasil perjodohan juga. Kebetulan Bapak bekerja di perusahaan yang sama dengan kakak ipar Ibu. Mereka sering bertemu dalam acara perusahaan atau kumpul keluarga. “Dulu, Bapak yang ngebet sama Ibu. Ibu kan masih kecil nggak ngeh kalau Bapak suka,” kenang Ibu sambil tergelak. Aih lucunya mendengar romantisme orang tua sendiri. 
Foto lama :Ibu (baju biru) bersama Mbah, Saya (dipangku Mbah) dan Sepupu

Lalu mereka berdua menikah, dan lahirlah saya dan adik. Ibu mengabdikan diri sepenuhnya untuk keluarga. Mengurus rumah, suami dan anak-anak. Kata ibu mengadikan diri sepenuhnya untuk mengasuh kami, anak-anaknya, adalah cara beliau untuk memuaskan rasa sepi masa kecilnya karena tidak cukup mendapat perhatian orangtua. Maka ibu bagai perempuan serba bisa di mata saya. Ia seorang ibu tempat bermanja, seorang pendidik yang tegas, seorang koki yang handal, ahli dekorasi yang lihai. Ibu bahkan terampil memotong rambut saya lho. 

Usia Cantik 


Saat kehidupan kelihatan sudah berjalan sempurna, kadang ada saja cara Tuhan memberi warna baru dalam hidup kita, begitu juga dengan Ibu. Usia Ibu 35 tahun waktu itu, saat Bapak mengajak kami untuk pindah ke kota kelahirannya di Jawa. Kota yang baru, situasi yang baru. Ibu tidak kenal siapapun disini, tidak ada saudara Ibu yang dekat dan siap membantu seperti saat kami di Kalimantan dulu. 

Bapak juga bekerja di kota yang berbeda, hanya bisa sepekan sekali pulang ke rumah. Semua beban dan urusan rumah tangga benar-benar harus ditangani sendiri oleh Ibu. Beratkah Ibu? Tentu! Bukan cuma harus membiasakan diri dengan kebiasaan baru, lingkungan baru dan bahasa yang baru, Ibu juga harus belajar membuat keputusan sendiri. “Kalau semua hal harus menunggu keputusan Bapak, ya malah nggak kelar urusannya. Lagian kasihan Bapakmu kan repot kalau dikit-dikit ditelpon soal urusan sepele,” kata Ibu. 

Ibu belajar membayar tagihan listrik dan air sendiri, mengurus soal-soal kependudukan ke kelurahan. Pergi kemana-mana sendirian naik angkot di kota yang asing buat beliau. Deg-degan sih katanya, karena selama menikah selalu diantar kemana-mana oleh Bapak. Tapi lama-kelamaan ternyata Ibu menikmati juga. 

Pelajaran lainnya, Ibu belajar untuk bergaul di lingkungan baru. Kata Ibu, ini bukan hal yang mudah. Pengalaman masa lalu, membuat ibu jadi pribadi introvert, pemalu dan sulit memulai pembicaraan dengan orang baru. Tapi karena situasi, mau tidak mau Ibu harus belajar untuk bergaul dengan tetangga. Menggantikan peran sosial Bapak di lingkungan rumah. Mengikuti berbagai rapat, aktif di kegiatan lingkungan rumah. Ternyata, hal-hal sederhana ini cukup ampuh untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. 

Ibu saya kini sudah melalui #usiacantik dan jadi Oma-oma. Tapi masih tetap cantik kan? 

Menjalani usia cantik bersama anak-anak yang beranjak remaja ternyata juga jadi tantangan sendiri buat Ibu. “Ah, rasanya semua ujian datang bersamaan saat itu,” katanya. Pergaulan remaja saat itu, meski tidak seriuh sekarang, rupanya cukup membuat Ibu khawatir. Apalagi, saya dan adik sempat menjadi korban bully di sekolah saat itu. Maklum anak baru. Tidak sampai pada bully secara fisik memang, namun tetap saja membuat hati ciut. Tapi kami beruntung punya Ibu yang selalu ada saat kami butuh. Membesarkan hati kami, mengajarkan untuk tetap berani dan teguh, percaya dengan diri sendiri. Masa-masa sulit itu bisa dilalui. Bahkan kawan kami makin banyak, ada juga cowok-cowok yang main ke rumah. 

Buat remaja seusia saya waktu itu, banyak teman jelas sangat menyenangkan. Tapi buat ibu saya, hal ini juga tetap perlu dipantau. Alih-alih menginterogasi saya dan teman-teman dan kegiatan kami, Ibu saya malah sering ikut nimbrung saat saya dan teman-teman berkumpul. Beliau sudah makin luwes bergaul saat itu, jadi mudah sekali akrab dengan teman-teman saya. Di kalangan teman-teman, Ibu saya dikenal sebagai ibu yang gaul, sebagian dari mereka malah kadang curhat dengan Ibu. Ish jadi ibu buat sejuta umat kalau gini sih. 

Ibu, punya banyak resep jitu soal percintaan makanya jangan heran kalau cowok-cowok yang ada hati sama saya dan adik saya pun kadang curhat ke Ibu. Hahahaha. Aneh-aneh aja. Kebiasaan ini pun berlanjut sampai saya kuliah lho. Sebagian besar teman saya, kenal dengan Ibu. Teman saya, teman ibu juga dan Ibu adalah sahabat terbaik saya. 

Apa arti usia cantik? 


Usia cantik versi Ibu saya adalah usia pembelajaran. Belajar untuk berdamai dengan situasi dan dan dengan diri sendiri. Saat kita remaja, kita mungkin sangat idealis. Merasa dunia harus berjalan sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kalau ada yang tidak sesuai, kita berontak, protes. Makanya saat muda kadang kita kelihatan begitu emosi. 

Menurut Ibu, itu hal lumrah, karena kita belum cukup ilmu dan belum cukup matang secara emosional. Usia cantik adalah usia yang matang bagi seorang perempuan. Matang untuk menyikapi persoalan tanpa emosi, namun tetap penuh perhitungan. Di usia cantik, Ibu belajar berdamai dengan diri sendiri, menjalani hidup yang tidak ideal ini dengan ikhlas dan bahagia. 
“Nak, bahagia itu bukan karena orang lain. Kita sendiri yang memutuskan mau bahagia atau tidak.” 
Kata Ibu, ada banyak hal yang bisa disyukuri dalam hidup. Jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang tidak bisa disyukuri. Saat bersyukur, banyak masalah bisa dijalani dengan ringan dan dihadapi dengan pikiran jernih. Saat kita berpikir jernih, solusi yang baik pasti datang. Sesederhana itu! Lalu bagaimana supaya bisa tetap bahagia dan selalu bersyukur? 
“Nikmati saja hidup hari ini. Jangan bebani hari ini dengan ketakutan dan harapan muluk terhadap masa depan. Dan jangan lupa untuk belajar dari keberhasilan dan kesalahan masa lalu. Kalau kita percaya Tuhan, semua pasti berjalan baik.” 
Oma bersama cucu-cucu, Narend dan Khushi. Menikmati hidup adalah cara terbaik untuk bahagia di #usiacantik
Ah, bicara tentang usia cantik, bahkan kerutan yang mulai muncul pun tetap harus disyukuri ya? Nah, mulai curhat deh saya soal keriput halus yang nambah ini. Mulai nampak flek hitam pula, berat badan juga nambah. Hiks…hiks 

Laaah Ibu saya melihat anaknya khawatir dengan keriput malah ketawa. Ibu bilang keriput itu bukan alasan buat sedih. Usia cantik harus tetap disyukuri. Perempuan di usia cantik kan tambah pinter, banyak kok cara untuk kelihatan tetap cantik di usia cantik. Ini beberapa tips dari Ibu : 

  1. Rajin menggunakan pelembab. Pilih pelembab yang sesuai dengan jenis kulit kita dan akan lebih baik kalau yang memiliki kandungan anti-aging. 
  2. Rutin membersihkan wajah, terutama saat mau tidur. Supaya sel kulit mati tidak menumpuk dan membuat kulit jadi kusam. Lebih baik, kalau ada pembersih yang juga mengandung anti aging. 
  3. Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Nggak cuma baik untuk kulit, sayur dan buah juga pilihan makanan yang baik kalau kita mau punya berat badan ideal. 
  4. Minum air putih. Kata Ibu, minum air putih lebih dari dua liter sehari lebih baik. 
  5. Perawatan masker wajah secara rutin, setidaknya seminggu sekali. Ibu biasanya pakai masker dengan bahan-bahan yang ada di dapur (baca: Jangan Dibuang, 7 Bahan Makanan ini Bisa Bikin Kamu Tambah Cantik ). Masker andalannya adalah masker tomat dan susu. 
  6. Riasan mata. Nah, tips yang terakhir ini memang bukan untuk perawatan sih. Tapi ini bisa jadi solusi jangka pendek biar kelihatan cantik. Kenapa riasan mata? Kata Ibu, mata bicara lebih banyak dari kata-kata. Meski kulit kita mulus tanpa flek, kalau mata kita kuyu dan seperti panda tetap saja kelihatan tidak segar. Sebaliknya, meski ada noda hitam di pipi, kalau mata kita kelihatan cantik, orang sih nggak bakal perhatian ama nodanya deh. 

Selamat menikmati usia cantik. Jangan lupa untuk selalu bahagia. 

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Networkdan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift

25 komentar

  1. Hihihi bener bgt nih..ibu paling g takut dg kerutan..

    Kita yg blm mengalami malah sdh bingung..

    i miss mom :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah bener mbak, kita malah parno y sendiri y. Eh kalo mak muth masi muda ding. Blom da keriput lah

      Hapus
  2. Setuju dengan ibu, bahagia itu kita yang memutuskan.. Duh, jangan sampai lah demi kebahagiaan pribadi malah pake jalan pintas, memangkas kebahagiaan orang lain. :)

    Semoga ibu sehat selalu ya, Mak.. Aamiin.. :)

    BalasHapus
  3. Aku mau nyontek tips ibu ah. Etapi, ibunya mb wid awet muda lho. sehat selalu buat beliau :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awet muda y? Moga2 anaknya jg ketularan awet muda hehehe

      Hapus
  4. Ah...saya juga bisa berdamai dg diri sendiri, berdamai dengan masa lalu itu setelah memasuki usia 35.
    Semoga Ibu Mba Wied selalu sehat.

    BalasHapus
  5. Mak Wid..ibu mak Wid msh muda..salam buat Ibu..

    Akan saya catet pesan Ibu mak Wid ttg bahagia...baiklah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti saya sampaikan salamnya mbak..semoga selalu berbahagia

      Hapus
  6. Waa ada tips dari ibu jugaa! Catet aah biar tetep kece di #usiacantik ��

    BalasHapus
  7. Asiikk makin banyak yang cantik-cantik ikut #usiacantik. Semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak mae yg cantik, udah setor cerita #usiacantik blom?

      Hapus
  8. Mba wif..tip cantik ibunya sdh uti jalani sebagian..hehehr.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi sudah mampir uti...yakin deh kalo uti pasti punya segudang tips cantik lainnya..bagi2 dong uti

      Hapus
  9. Usia cantik memang perkara untuk berdamai dengan diri ya mak. Gimana kita bisa mengembangkan potensi diri juga. Senang bisa membaca kisah inspiratif seperti ini ^^
    Sehat selalu, tante.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mak, meski berdamai dg diri sendiri bukan perkara gampang. Butuh latihan terus. Aq dah mampir ke hujanpelangi lho mbak...cerita mama mbak rani jg inspiratif bgt. Seneng bacanya

      Hapus
  10. Suka ngga sabar buat masuk usia cantik deh mba. Aku paling suka atau menanti saat2 diri ini bisa mulai menerima dan berdamai sama diri sendiri. Hahaha.. Mari bahagia mbaaaa.. Bahagia, mulai!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahha..jangan buru2 masuk usia cantik ah...nikmatin aja...ayoo bahagia mulaii

      Hapus
  11. Sayur + buah + air putih, kombinasi yahud untuk mempertahankan kesehatan kulit ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak..sayang suka abai makan buah n sayur..enakan makan cireng si hihihi

      Hapus
  12. Bener ya, bahagia sekarang juga, soalnya kalau nunggu nanti-nanti, masalah akan terus ada di hidup kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak nana..pelajaran yg kudapat dr ibu y gt. Mo bahagia ga sah pake syarat macem2

      Hapus