Apa itu sekolah impian? Sekolah favorit dengan embel-embel kurikulum internasional? Sekolah dengan fasilitas canggih dan guru-guru bule yang pandai membuat anak-anak kita fasih berbahasa Inggris, Cina, Arab atau Jerman setiap hari, sampai-sampai mereka lupa dengan bahasa daerahnya sendiri? Atau jangan-jangan sekolah impian adalah sekolah yang mengklaim mampu membuat anak-anak kita ahli berhitung cepat? Atau mungkin Anda berpikir sekolah ini baik, karena mengajarkan banyak ilmu agama kepada anak ?
Begitukah?
Moms, apa pertimbangan kita saat memilih sekolah untuk anak-anak? Itu juga yang kadang saya tanyakan pada diri saya sendiri. Sekolah macam apa yang sesuai buat Narend. Saya harus akui, sama seperti orang tua yang lain, saya menginginkan yang terbaik untuk anak saya. Tapi yang terbaik itu seperti apa?
Saya makin bingung, karena melihat begitu banyak berita di media yang mengabarkan tentang kebobrokan dunia pendidikan di Indonesia. Kriminalitas oleh anak usia sekolah, pencabulan, tawuran, tindakan anarkis. Belum lagi kelakuan bejat oknum guru. Lebih kalut lagi, saat saya menyaksikan berbagai pemberitaan seputar Ujian Nasional. Rasanya kok lucu, cara sekolah mengajak siswa menyambut UN dengan bertangis-tangisan, nuansa mencekam menakut-nakuti. Seolah mau berangkat berperang yang menentukan hidup dan mati. Bukankah ujian hanya semacam bentuk evaluasi terhadap hasil belajar? Dan evaluasi di akhir sebuah proses adalah hal yang wajar. Kalaulah ada kesalahan, ya saat itulah kita belajar lebih banyak lagi. Menurut saya, itu tidak terlalu istimewa deh.
Itu belum selesai. Nanti, saat UN selesai digelar muncul lagi keanehan yang lain. Belum jelas lulus atau tidak para siswa berkonvoi dengan sepeda motor, berkeliling kota tanpa peduli pengguna jalan yang lain. Tidak peduli bahwa dia belum cukup umur dan belum cakap menggunakan kendaraan bermotor. Saya lantas mikir, anak-anak dengan kualitas begini ya hasil dari system pendidikan sekolah formal? Terus apalah arti ujian akhir di sekolah kalau karakter mereka serupa barbar begitu? Apalah yang mereka pelajari di sekolah selama ini sehingga menganggap berhak bersikap semena-mena terhadap pengguna jalan yang lain. Bahkan ada yang berani melawan saat hendak ditertibkan lho.
Berikutnya, setelah pengumuman kelulusan, saya lagi-lagi mendengar pemberitaan yang bikin hati miris. Yang tidak lulus histeris, menangis gegulingan, malah ada yang bunuh diri. Yang lulus juga setali tiga uang, ada yang pesta pora minum minuman alcohol (mungkin merasa sudah cukup umur), ada pula yang (lagi-lagi) konvoi kendaraan bermotor di jalan, coret-coret baju. Sebagai orang tua, sungguh saya tidak berharap akan melihat anak saya seperti itu nantinya. Lulus atau tidak lulus kelihatannya kok sama ngerinya. Ibarat pepatah kalah jadi abu menang jadi arang. Sama-sama rugi.
Tapi kelihatannya begitulah hasil akhir produk sistem pendidikan Indonesia. Saya bukan praktisi pendidikan, bukan pula seorang ahli. Tapi saya pernah muda, pernah jadi murid, dan saya juga seorang ibu yang berusaha mengupayakan yang terbaik untuk anaknya. Jadi, ada rasa waswas, rasa khawatir kalau anak saya harus bersekolah di tempat yang hanya membuatnya menjadi robot buruh. Mematikan kreativitasnya, menghambat imajinasi, mematikan moral dan mencekokinya dengan nilai-nilai materi yang dangkal. Sungguh saya ngeri kalau anak saya nanti dididik dalam institusi macam begitu.
Makanya sejak sekarang saat dia bahkan belum genap berusia dua tahun, saya sudah mulai sibuk mencari informasi kanan kiri atas bawah, depan belakang. Coba survey sana, survey sini dalam rangka mencari sekolah yang terbaik. Tapi kebanyakan yang ditawarkan sama, membanggakan prestasi akademik ini itu, tingkat kelulusan tinggi, trik supaya anak bisa cepat membaca, cepat menulis, cepat berhitung. Ada juga yang membanggakan fasilitas canggih, ada computer, ada LCD proyektor. Ya ya..saya senang-senang saja dengan dengan fasilitas mewah dan keahlian membaca, menulis, berhitung memang dibutuhkan oleh anak saya.
Tapi bukan itu semata yang saya butuhkan. Saya mencari sekolah yang menawarkan kesenangan belajar dan menumbuhkan antusiasme menggali ilmu pengetahuan yang tinggi. Saya ingin sekolah yang menawarkan proses belajar yang menyenangkan. Saya ingin anak saya nanti bisa merasakan proses pencarian, mencari jawaban atas berbagai persoalan. Saya ingin sekolah yang memahami bahwa karakter setiap anak itu unik. Sekolah yang memahami bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditolak, namun sebaliknya justru dihargai dan disinergikan. Anak yang piawai bermusik sama cerdasnya dengan anak-anak yang cepat berhitung. Anak yang pandai melukis sama istimewanya dengan anak-anak yang pandai berpidato dalam bahasa asing.
Sekolah impian saya untuk Narend bukan sekolah yang fasih mengajarkan agama, mendoktrin dengan ayat-ayat dari kitab suci atau menakut-nakuti dengan neraka dan mengiming-imingi keindahan surga. Saya butuh sekolah yang bisa mengajarkan anak saya tentang etika, moral dan Ketuhanan. Saya ingin sekolah yang mengajarkan anak saya tentang pentingnya hidup damai berdampingan dengan makhluk lain penghuni bumi. Teknologi yang canggih bolehlah dikuasai, tapi tata cara hidup ramah dengan alam sekitar juga wajib dimengerti dan dihayati.
Dimanalah bisa saya temukan sekolah impian itu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar