Rentang waktu 20 tahun memang bisa membuat
perbedaan yang besar. Ibu-ibu tahun 1980-an dulu jelas sangat berbeda pola
pikirnya dengan ibu-ibu tahun 2000-an. Ya macem-macem bedanya, mulai dari cara
mengasuh, sampai akses informasi dan perkembangan ilmu parenting yang bisa
dibilang berkembang pesat selama 30 tahun belakangan.
Makanya saya sama sekali ngga heran kalau ada
sesama ibu muda yang berkeluh kesah soal perbedaan pola asuh anak dengan ibunya
atau ibu mertuanya. Saya sendiri mengalami hal yang sama. Mau gimana lagi ya,
namanya orang tua, yang merasa sudah berpengalaman jadi ibu, wajar aja kalau
ngerasa "wajib" membimbing kita, para ibu-ibu muda ini tentang
bagaimana cara mengurus anak yang baik dan benar, versi mereka tentunya. Di sisi
lain, kita ibu-ibu muda, yang memiliki akses informasi nyaris tidak terbatas di
era teknologi canggih seperti sekarang, ya wajar juga kalau merasa ilmu
parenting ala emak-emak tahun 1980-an itu udah banyak yang ngga relevan lagi
ama tuntutan hidup dan perkembangan ilmu jaman sekarang.
Saya sendiri juga sempat merasakan efek rentang
generasi ini. Mama saya, pertama kali menjadi ibu tahun 1983. Waktu itu, dengan
ilmu turun temurun dari nenek saya, dan mungkin generasi sebelumnya, mama
sukses membesarkan saya. Ya tentu dengan segala kekurangan dan kelebihannya lah
ya. Waktu umur saya dua bulan sudah langsung dicekoki bubur saring, tambahan
susu formula dan sebagainya, walau masih tetap minum ASI sampai umur 2 tahun
lebih. Dan langsung lanjut dengan susu formula lagi. Maklum lah tahun1980-an
itu memang masa keemasan susu formula. Kampanye minum susu yang gencar
diartikan banyak kalangan sebagai minum susu formula. Kesalahpahaman yang
dimanfaatkan dengan sangat baik oleh para produsen susu formula.
Ilmu soal ASI itu juga yang masih dianut mama
sampai tahun 2013 ini. Makanya, waktu awal saya mengutarakan niat buat ng-ASI
tanpa tambahan apapun termasuk bubur saring dan sufor, mama sempat mencibir tu.
Dibilangin nanti anaknya kelaperan lah, pertumbuhannya ga bagus lah, macem-macem
pokoknya. Tapi keukeuh ajalah.Untungnya, biarpun produk tahun 1960-an, mama
termasuk orang yang pikirannya agak terbuka. Setelah melihat anak-anak
lain yang bisa sehat dan tumbuh baik hanya dengan ng-ASI selama enam bulan,
akhirnya mama ngalah juga. Biarpun begitu, ngga semua ilmu menyusui yang
diwariskan turun temurun itu dilepas begitu aja. Banyak banget tu mitos
menyusui yang masih diyakini mama sampai sekarang, yang mungkin juga banyak
dianut oleh ibu-ibu lain.
Nah kebetulan ada catatan dari grup AIMI tentang
mitos menyusui yang asyik banget buat di-share. Buat saya pribadi, penjelasan
soal mitos ini cukup memberi pencerahan, sehingga saya ngga serba takut dan
was-was lagi selama proses menyusui. Coba deh disimak, saya yakin mitos-mitos
ini masi sering anda dengar, atau malah masih diterapkan juga?
MITOS: Ibu menyusui tidak boleh makan
cabai/sambal karena nanti anaknya diare
FAKTA: tidak semua bayi sensitif terhadap
capsaicin, zat yang terdapat dalam cabai. Silakan makan pedas dalam jumlah yang
wajar dan amati reaksi bayi. Ini pernah saya coba, berhubung ga bisa lepas dari
sambal, saya bablas aja makan sambal, padahal masih menyusui. Alhasil saya
mules-mules kepedasan, dan Narend sama sekali ga terpengaruh. Pupnya masi
lancar seperti biasa.
MITOS : Ibu menyusui tidak boleh makan
cabai/sambal karena biji cabe akan keluar lewat feses bayi
FAKTA : bentuk feses bayi ASI memang
teksturnya terkadang seperti biji cabai bukan karena ibu makan
pedas/sambal/cabai.
MITOS: Tiap mau menyusui harus minum
yang hangat-hangat agar ASI juga hangat.
FAKTA: suhu ASI selalu mengikuti suhu
tubuh ibu. ASI dalam payudara umumnya bersuhu 37-38 derajat Celcius terlepas
apapun yang ibu konsumsi.
MITOS : Busui tidak boleh minum dingin/es agar
bayi tidak pilek
FAKTA : pilek bisa terjadi karena paparan
virus dari lingkungan, bukan karena apa yang dikonsumsi oleh ibunya.
MITOS: ASI pagi hari itu basi jadi harus
diperah dulu dan dibuang baru boleh menyusui bayi.
FAKTA: ASI kapanpun selalu dalam kondisi
yang baik dan siap disajikan untuk bayi.
MITOS: Kalau sudah berhubungan suami istri,
kualitas ASI tidak akan baik bagi bayi.
FAKTA: ibu bisa tetap berhubungan badan
dengan suami. Berhubungan badan bisa meningkatkan hormon oksitosin dan
memperlancar ASI.
MITOS: Ibu yang putingnya belah tidak boleh
menyusui karena jika menyusui maka bayinya akan meninggal dunia
FAKTA: Puting belah sebagaimana bentuk
puting yang lain tetap dapat menyusui karena bayi tidak menyusu pada puting
tetapi menyusu pada payudara dengan mengikutsertakan areola. Sejauh ini belum
ada laporan ilmiah tentang adanya bayi yang meninggal setelah menyusu pada ibu
yang putingnya terbelah.
MITOS: menyusui membuat payudara ibu menjadi
kendur atau berubah bentuk
FAKTA: kehamilan serta usia yang merubah
bentuk payudara, bukan menyusui
MITOS: Seorang wanita yang telah melakukan
operasi pembesaran payudara tidak dapat menyusui.
FAKTA: Banyak ibu yang melakukan operasi
pembesaran payudara dan tetap menyusui. Tidak ada bukti nyata bahwa menyusui
dengan payudara dengan silikon dapat membahayakan bayi. Operasi pembesaran
payudara biasanya dilakukan lewat areola. Walau begitu, ibu yang pernah
menjalankan operasi ini biasanya memiliki produksi ASI yang cenderung sedikit,
sama dengan ibu yang menjalankan operasi apapun yang melalui areola.
MITOS: Payudara sebelah kanan adalah
nasi, payudara kiri adalah lauknya. Jadi menyusu harus di kedua payudara agar
lengkap makanan bagi si bayi.
FAKTA: Isi payudara kanan dan kiri sama
saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan bayi menyusu pada satu payudara
hingga “habis”, bila masih kurang baru tawarkan payudara satunya agar dia
mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang.
MITOS: Payudara sebelah kanan adalah
makan, payudara kiri adalah minumnya. Jadi menyusu harus di kedua payudara agar
lengkap makanan bagi si bayi.
FAKTA : Isi payudara kanan dan kiri sama
saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan bayi menyusu pada satu payudara
hingga “habis”, bila masih kurang baru tawarkan payudara satunya agar dia
mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang.
MITOS: Ibu dengan ukuran payudara yang kecil
tidak bisa memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya.
FAKTA: Ukuran payudara tidak ada
hubungannya dengan produksi. Apapun ukuran payudara ibu, ASI akan selalu cukup
untuk bayi jika ibunya rajin menyusui/memerah dan selalu berpikir positif.
Besar/kecilnya payudara pada dasarnya tergantung dari jaringan lemak di
dalam payudara.
MITOS: Kalau ibu keluar rumah ASI harus
dibuang dulu sebelum menyusui lagi. Jika tidak nanti bayinya masuk angin.
FAKTA: ASI dalam payudara selalu dalam
kondisi baik dan siap disajikan untuk bayi. Nah, kalau ajaran mama saya, kalau
ibu habis bepergian, payudara harus diseka dengan air hangat supaya bayinya ga
kena sawan.
MITOS: Payudara harus digoyang-goyangkan dulu
sebelum menyusui agar ASI tercampur dengan baik
FAKTA: ASI selalu terdiri dari foremilk
dan hindmilk, keduanya keluar bergantian. Jika waktu menyusui cukup dan si
kecil menghabiskan satu payudara hingga tertidur atau kenyang maka dia akan
mendapatkan keduanya.
MITOS: Ibu menyusui harus banyak makan agar
ASI-nya banyak.
FAKTA: kuantitas ASI tidak ditentukan oleh
berapa banyak makan ibu, tetapi oleh demand/kebutuhan bayi. Ibu harus menyusui
sesuai dengan kehendak bayi dan harus selalu berpikiran positif bahwa ASI-nya
cukup untuk bayinya. Selama ibu menyusui, dia harus makan makanan dengan gizi
berimbang agar nutrisi dalam tubuh ibu tidak tekor karena digunakan untuk
produksi ASI. Silakan baca dokumen tentang makanan dan minuman ibu menyusui
MITOS: ASI jangan sampai kena alat kelamin
bayi karena bisa mengakibatkan mandul.
FAKTA: ASI tidak akan menyebabkan
kemandulan. Jikapun sampai terkena alat kelamin, cukup bersihkan dengan air.
MITOS: Ibu yang sudah mendapatkan haid tidak
boleh lagi menyusui karena ASI-nya menjadi amis dan tidak lagi segar.
FAKTA: ibu yang sudah haid tetap
menghasilkan ASI yang berkualitas untuk bayinya. Namun penurunan produksi ASI
pada ibu yang sedang haid sering terjadi terkait hormonal. Penurunan ini hanya
sementara dan akan kembali normal selepas masa haid.
MITOS: ASI yang encer berarti kualitasnya
tidak baik.
FAKTA: ASI memang terdiri dari dua bagian,
yang encer disebut foremilk (ASI awal) yang kaya protein dan laktosa.
ASI yang lebih kental disebut hindmilk (ASI akhir) yang kaya lemak.
Keduanya penting untuk bayi.
MITOS: Ibu menyusui harus minum jamu agar ASI
menjadi kental
FAKTA: ASI selalu terdiri dari dua bagian,
yang encer dan kaya protein disebut foremilk, sementara yang kental dan
kaya lemak disebut hindmilk, terlepas apapun yang dikonsumsi ibu.
MITOS: jika bayi demam ibu menyusui harus
makan kelapa hijau untuk menurunkan demam pada bayi.
FAKTA: jika bayi demam segara ukur suhu
tubuhnya dengan termometer. Paracetamol boleh diberikan jika suhunya di atas 38
derajat. Demam pada bayi bisa diringankan dengan kompres air hangat, skin to
skin, perbanyak asupan ASI, dan berikan pakaian yang tipis.
MITOS: ASIP jika disimpan lama akan berubah
menjadi darah.
FAKTA: ASIP ya tetap ASI, tidak akan
menjadi darah. Lakukan manajemen ASIP yang benar agar ASIP layak konsumsi.
MITOS: ASI yang pertama keluar setelah bayi
lahir itu adalah ASI basi karena warnanya kuning, jadi harus dibuang.
FAKTA: ASI yang keluar segera setelah bayi
dilahirkan adalah kolostrum yang manfaatnya sangat besar bagi bayi.
MITOS : Jika ASI belum atau
tidak lancar di hari-hari pertama setelah melahirkan dapat digantikan dengan
susu formula.
FAKTA : Belum keluarnya ASI pada hari
pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama ditandai dengan
keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk
antibodi bayi. ASI matang baru keluar 2-3 hari sejak melahirkan. Bayi sendiri
secara alami akan tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa ASI. Sayangnya,
banyak ibu menjadi keburu pesimis karena ASI yang tidak langsung keluar itu. Pemberian
makanan lain selain ASI meningkatkan risiko terganggunya usus bayi yang belum
siap.
MITOS: Bayi ASI selalu tampak tidak kenyang
dan sulit tidur, sehingga perlu diberi susu formula
FAKTA: Karena ASI begitu mudah dicerna,
bayi yang umumnya minum ASI lebih mudah lapar dibanding bayi yang minum susu
formula. Sehingga pada minggu-minggu awal setelah kelahirannya bayi akan
menyusu setiap 2-3 jam sekali atau bahkan kurang dari itu. Penelitian menujukan
bahwa bayi yang diberikan susu formula tidak tidur lebih baik meskipun bayi
mungkin tidur lebih lama. Hal ini disebabkan susu formula tidak dapat dicerna
dengan cepat, sehingga membuat jarak antara waktu menyusu menjadi lebih panjang
sehingga bayi tidur lebih lama.
MITOS: ASI bisa kena mata bayi bisa buta.
FAKTA: tidak masalah ASI kena mata bayi,
cukup bersihkan dengan kapas yang dicelup air hangat. Tetapi sebaiknya tidak
menggunakan ASI sebagai obat tetes mata karena belum teruji secara medis,.
Syarat obat tetes mata itu ada dua, harus steril dan pH-nya cocok dengan pH
mata. Kalau pH-nya tidak cocok justru bisa merusak kornea mata. Sejauh ini,
belum ada bukti ilmiah bahwa ASI bisa menjadi obat tetes mata. Kalau bayi
belekan, disarankan untuk dilap dengan kapas yang dicelupkan ke air hangat dan
lakukan pemijatan lembut di sekitar area mata. Lakukan observasi selama 1-2 x
24 jam, apabila kondisinya masih sama atau memburuk, harus segera dibawa ke
dokter mata.
MITOS: Semakin sering ASI diperah makan ASI
bisa semakin cepat kering.
FAKTA: semakin sering diperah dan
disusukan maka produksi ASI akan semakin banyak. Hal ini berkaitan dengan
sistem produksi ASI yang menganut prinsip supply on demand (sesuai
permintaan). Semakin sering payudara dikosongkan, maka ASI akan lebih cepat
diproduksi.
MITOS: Sekali menghentikan menyusui, maka
seorang ibu tidak dapat menyusui lagi.
FAKTA: Jika bayi mendapat susu formula,
ibu dapat menyusui kembali setelah terhenti sementara, dengan memberikan teknik
relaktasi serta mendapat dukungan dan bantuan yang tepat.
MITOS: Stres menyebabkan ASI kering.
FAKTA: Walaupun stres berat atau baby
blues yang parah dapat menyebabkan terhentinya ASI, akan tetapi keadaan ini
biasanya hanya sementara, sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. Bukti
menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan hormon yang dapat meredakan
ketegangan, memberikan ketenangan kepada ibu dan bayi dan menimbulkan ikatan
yang erat antara ibu dan anak.
MITOS: Payudara yang “lembek” adalah payudara
yang tidak ada ASInya.
FAKTA: Payudara “lembek” adalah tanda
pengeluaran ASI (baik menyusui dan memerah) lancar. Payudara yang keras justru
menandakan pengeluaran ASI tidak lancar, apabila hal ini dibiarkan justru akan
mengganggu produksi ASI bahkan bisa menyebabkan radang payudara (mastitis)
MITOS: Menyusui adalah perjuangan seorang ibu,
makanya adalah normal jika proses menyusu menimbulkan rasa sakit.
FAKTA: Walaupun bukan sesuatu hal yang
aneh jika pada hari-hari pertama menyusui seorang ibu akan merasa sedikit
kurang nyaman pada payudaranya, tapi kondisi ini seharusnya hanya berlangsung
selama beberapa hari saja, dan tidak boleh menjadi sedemikian parahnya sehingga
seorang ibu menjadi takut untuk menyusui bayinya. Rasa sakit yang amat sangat
pada puting ketika sedang menyusui menandakan bahwa bayi belum sempurna
pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting yang berlangsung selama lebih dari
3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus dicari tahu penyebabnya. Perbaiki
pelekatan menyusui jika payudara lecet. Jika payudara lecet terus terjadi meski
pelekatan sudah diperbaiki, segera bawa bayi ke dokter anak yang paham tentang tongue
tie untuk melihat jika ada kemungkinan si bayi terkena tongue tie.
MITOS: Bayi ASIX membutuhkan tambahan cairan
air putih ketika cuaca sedang panas. FAKTA: Komponen air di dalam ASI mencapai
lebih dari 80% yang dibutuhkan oleh bayi di bawah usia 6 bulan sehingga dia
tidak membutuhkan cairan lain bahkan dalam kondisi cuaca yang panas sekalipun.
Ginjal bayi di bawah usia 6 bulan belum sempurna, sehingga memberi banyak air
akan membuat tubuh bayi mengeluarkan natrium akibat kelebihan cairan. Ginjal
bayi tidak mampu mengeluarkan air dengan cepat, sehingga menyebabkan timbunan
air dalam tubuh. Air putih memang sehat, dan dibutuhkan tubuh, tetapi ginjal
bayi di bawah 6 bulan belum matang untuk menerima cairan selain ASI.
MITOS: Seorang ibu harus mencuci putingnya
setiap kali sebelum mulai menyusui.
FAKTA: Pemberian susu formula kepada
seorang bayi memang harus sangat memperhatikan faktor-faktor kebersihan, karena
susu formula merupakan tempat yang baik untuk berkembang biak-nya bakteri dan
juga rentan terhadap kontaminasi. Membersihkan/mencuci puting malah akan
menghilangkan minyak-minyak alami yang melindungi puting dari resiko lecet
karena puting kering. Yang penting sebelum menyusui seorang ibu harus mencuci
tangannya dengan sabun untuk mengurangi kemungkinan sakit pada bayinya.
MITOS: Menyusui hingga anak berusia di atas
dua tahun membuat anak menjadi manja dan tidak mandiri
FAKTA: Menyusui setelah anak berusia dua
tahun atau lebih justru meningkatkan kedekatan anak dengan ibu dan dapat
membuat anak menjadi pribadi yang mandiri karena merasa kebutuhannya fisik dan
psikologisnya terpenuhi dengan baik. Manja dan tidak mandiri berkaitan erat
dengan pola asuh yang diterapkan orangtua masing-masing.
MITOS: susu formula hampir sama kandungannya
dengan ASI.
FAKTA: Susu formula sama sekali berbeda
dengan ASI, susu formula berusaha menyamakan diri dengan ASI walau dibuat
berdasarkan pengetahuan yang sempit dan tidak menyeluruh tentang apa kandungan
ASI sebenarnya. Susu formula tidak mengandung zat antibodi atau kekebalan
tubuh, sel-sel hidup, enzim-enzim, dan tidak mengandung hormon. Dibandingkan
ASI, susu formula mengandung lebih banyak zat aluminium, mangan, timbal dan zat
besi. Kandungan protein dan lemak yang terdapat dalam susu formula juga berbeda
dengan yang terdapat dalam ASI. Kandungan susu formula tidak berubah dari
periode awal menyusui hingga akhir, dari hari pertama ke hari ke-7 hingga hari
ke-30, dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu bayi ke bayi lainnya. ASI Anda
dibuat khusus hanya untuk bayi Anda. Susu formula dibuat dan disamaratakan
untuk semua bayi. Susu formula hanya mampu membuat bayi menjadi gemuk, tetapi
bayi tidak mendapatkan kandungan nutrisi dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan,
yang semuanya terdapat dalam ASI.
MITOS: Ibu yang putingnya berdarah tidak boleh
menyusui.
FAKTA: Meskipun darah membuat bayi gumoh
lebih banyak, dan darah bahkan mungkin muncul dalam buang air besar nya, ini
bukan alasan untuk berhenti menyusui bayi. Puting susu yang sakit dan berdarah
tidak lebih buruk dari puting susu yang sakit dan tidak berdarah. Jika
puting luka dan sakit sekali, boleh diistirahatkan selama 1-2 hari dari proses
menyusui langsung dan selama itu ASI diperah dengan tangan sesering mungkin dan
ASIP diberikan dengan media selain dot. Jika luka membaik, silakan menyusui
kembali. Jangan lupa oleskan ASI pada puting untuk mempercepat sembuhnya luka
atau lecet. Perbaiki juga pelekatan menyusui agar puting tidak mudah lecet.
MITOS: Wanita dengan puting datar atau
terbenam tidak bisa menyusui.
FAKTA: Bayi tidak menyusui pada puting
susu, mereka menyusu pada payudara. Meskipun mungkin lebih mudah bagi bayi
untuk melekat pada payudara dengan puting menonjol, puting tidak harus tetap
keluar. Sebuah awal yang tepat biasanya akan mencegah masalah menyusui dan ibu
dengan berbagai bentuk puting bisa menyusui dengan baik. Nipple shield
atau penyambung puting tidak dianjurkan karena walau kelihatannya bisa
menyelesaikan masalah, penggunaannya dapat mengakibatkan proses menyusui yang
buruk karena pelekatan yang tidak tepat. Jika pelekatan tidak tepat, maka ASI
yang diperoleh bayi juga tidak akan optimal. Posisi menyusui tertentu juga bisa
membantu ibu yang putingnya datar untuk menyusui dengan benar. Semakin
sering disusui, maka puting yang terbenam umumnya akan mulai muncul ke
permukaan.
MITOS: bayi yang sudah berusia di atas 3 bulan
dan sudah terbiasa menyusu langsung pada ibunya tidak akan terkena bingung
puting.
FAKTA: peluang terjadinya bingung puting
bisa dialami oleh semua bayi pada berbagai usia dan bisa terjadi setiap saat
secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda terlebih dahulu.
MITOS: breastpump atau pompa ASI dapat
membuat jaringan pada payudara rusak.
FAKTA: breastpump atau pompa ASI, baik
elektrik dan manual, selama digunakan dengan benar, tidak membuat payudara
sakit dan ibu tetap nyaman tidak membahayakan. Cara memerah ASI itu tergantung
preferensi/pilihan atau kenyamanan. Kalau memerah dengan breastpump
lebih nyaman silakan menggunakan. Kalau dengan tangan lebih nyaman silakan
dengan tangan. Karena kalau tidak nyaman, maka hasil perahannya tidak optimal.
AIMI menyarankan setiap ibu utk tetap tahu bagaimana cara memerah dengan tangan
utk mengantisipasi kondisi-kondisi dimana ibu tidak bisa menggunakan breastpump,
misal: puting sedang luka, breastpump sedang rusak, tidak bisa mendapatkan
akses air bersih dan matang utk mencuci breastpump, dsb. Memerah dengan breastpump
juga boleh, selama ibunya nyaman dan memahami betul penggunaan breastpump
dengan baik dan benar (bagaimana cara menggunakan dan membersihkannya). Apapun
cara memerah yang digunakan, pastikan cara itu nyaman bagi ibu karena
kenyamanan memerah juga membantu memperlancar keluarnya ASI.
MITOS : Bayi yang menangis terus pada jam-jam
tertentu ASI ibu terkena sawan/ bayi terkena sawan
FAKTA : bayi menangis pada jam-jam
tertentu bisa jadi karena kolik yang sebabnya tidak diketahui dan umum terjadi
pada bayi dan akan hilang dengan sendirinya
MITOS : Ibu menyusui harus minum jamu untuk
membuat ASI kental dan tidak amis
FAKTA : kekentalan ASI tidak ada
hubungannya dengan jamu dan terkadang bayi justru sensitif terhadap jamu yang
dikonsumsi ibu sehingga pada akhirnya bayi justru menolak menyusu atau bayi
mengalami sensitifitas pemcernaan seperti diare atau muntah.
MITOS : ibu hamil tidak boleh menyusui karena
ASInya sudah tidak bagus atau bahkan beracun
FAKTA : ibu hamil tetap bisa menyusui
dengan memperhatikan beberapa hal seperti: kondisi janin, riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya, serta kemunculan kontraksi selama kehamilan.
MITOS: Ibu menyusui tidak boleh tidur siang
karena darah putih bisa naik ke kepala
FAKTA: Ibu menyusui harus cukup
tidur/istirahat. Biasanya dianjurkan si ibu ikut tidur ketika bayinya tidur, terutama
pada ibu yang baru melahirkan dan bayinya masih sering terbangun saat malam
hari
MITOS: ASI yang tidak dikeluarkan akan menjadi
kanker
FAKTA: Tidak benar. Kalau ASI yang tidak
dikeluarkan akan menjadi kanker, maka semua ibu menyusui yang kemudian menyapih
akan kena kanker. Ketika pengeluaran ASI tidak maksimal dan banyak ASI yang
tertinggal atau tidak dikeluarkan oleh bayi atau tidak diperah, maka hormon
akan merangsang payudara untuk menghambat produksi ASI selanjutnya. Sehingga
produksi ASI dalam payudara berkurang dan jika hal ini berlagsung
berulang-ulang, maka ASI akan berhenti dihasilkan. Mekanisme ini sangat
membantu untuk beberapa sebab, misalnya bayinya meninggal atau ketika ibu akan
menyapih bayi menyusu.
MITOS: Ibu jangan sampai ketiduran saat
menyusui karena dapat menyebabkan bayinya cacingan
FAKTA: hormon prolaktin yang berperan
dalam produksi ASI memang akan membuat ibu mengantuk. Silakan tidur jika
mengantuk. Yang penting jika mulai mengantuk pastikan posisi bayi aman dan
nyaman. Posisi menyusui tidur miring berguna untuk membantu ibu tetap rileks
dan dapat beristirahat juga selama menyusui.
MITOS: Ibu menyusui yang jarang makan sayur
membuat bayinya sembelit
FAKTA: bayi ASIX tidak akan sembelit
karena ASI mengandung zat pencahar/ laksatif. Kalau ibunya makan makanan
berserat seperti sayur dan buah, yang akan lancar buang air besar ya ibunya.
Bagaimanapun ibu menyusui harus makan makanan yang bernutrisi untuk menjaga
kondisi tubuhnya dan menjaga asupan micronutrients (vitamin dan mineral)
dalam ASI.
MITOS: Kalau bayi menangis berarti ASI-nya
kurang
FAKTA: bayi menangis belum tentu lapar,
bisa jadi karena bosan, kepanasan atau kedinginan, atau tidak nyaman karena
lembab. Orang tua harus mempelajari ciri-ciri lapar pada bayi, antara lain:
bayi mulai lapar ketika dia mulai suka menggeleng-gelengkan kepalanya, mulai
gelisah, dan mulai membuka buka mulutnya seakan mencari puting. Jika bayi sudah
menangis, sebetulnya itu adalah senjata terakhirnya memberi tahu bawah dia
sudah sangat lapar.
MITOS: Sedikitnya produksi ASI dikarenakan
faktor genetik
FAKTA: Faktor genetik tidak mempengaruhi
produksi ASI, ASI diproduksi semakin banyak jika ibu semakin sering menyusui
atau memerah
MITOS: ASI yang keluar dari ibu yang sudah
berusia di atas 40 tahun sudah tidak lagi baik
FAKTA: ASI yang diproduski semua wanita di
berbagai usia kualitasnya sama baiknya
MITOS: Ada beberapa bayi yang alergi ASI
FAKTA: tidak ada yang disebut sebagai alergi
ASI. Yang ada adalah bayi yang alergi makanan yang dikonsumsi ibunya pada masa
menyusui, sehingga muncul reaksi alergi pada bayi. Penanganannya adalah si ibu
mencari sumber alergi dan menjauhinya
MITOS: Jika si kakak tidak bingung puting,
maka adiknya juga tidak akan bingung puting
FAKTA: bingung puting tidak terkait dengan
genetik, sehingga bisa terjadi pada setiap bayi. Bisa terjadi kapan saja dan
secara tiba-tiba. Jadi lebih baik menghindari dot atau empeng daripada harus
menanggung resikonya
MITOS: Bayi ASI tidak bisa gemuk. Jika ingin
bayinya gemuk, berikanlah susu formula.
FAKTA: Baik bayi ASI maupun bayi sufor
bisa gemuk. Tetapi bayi ASI tidak rentan obesitas sebagaimana bayi yang
mengkonsumsi susu formula karena kandungan laktosa pada ASI dihasilkan pas
sesuai kebutuhan bayi. Lagipula gemuk atau kurus bukan satu-satunya ukuran
kesehatan bayi. Pastikan berat badan bayi selalu diplot di KMS atau growth
chart setiap kali penimbangan untuk mengetahui perkembangan bayi.
MITOS: menyusui bayi harus dijadwalkan agar
bayi lebih disiplin, tidak kelaparan dan tidak kekenyangan
FAKTA: menyusui bayi pada prinsipnya
adalah on demand atau sesuai kehendak bayi. Tubuh bayi yang sehat
memiliki mekanisme untuk menginformasikan kapan dia merasa haus atau lapar. Pada
waktu-waktu tertentu seperti saat bayi mengalami growth spurt atau
percepatan pertumbuhan, bayi akan menyusu lebih sering dari biasanya.
MITOS: Ibu baru melahirkan tidak boleh tidur
siang
FAKTA: bayi baru lahir belum mengenal
waktu siang dan malam, jika malam hari sering begadang,membuat ibu lelah.
Sementara pada siang hari bayi tidur, dianjurkan ibu ikut beristirahat juga
agar ibu bisa tetap sehat.
MITOS: Jika menyusui sambil duduk, kakinya
tidak boleh menggantung karena bisa masuk angin
FAKTA: bukan menyebabkan masuk angin tapi
karena tidak rileks membuat ibu tidak nyaman dan proses menyusui menjadi tidak
berjalan dengan baik
MITOS: Ibu menyusui tidak boleh makan berbau
amis seperti ikan,daging,telor
FAKTA: ibu menyusui boleh mengkonsumsi
sumber-sumber protein seperti ikan, daging, dan telur selama si bayi tidak
menunjukkan ciri-ciri alergi.
MITOS: Ibu menyusui harus makan daun katuk
agar ASI-nya deras
FAKTA: Produksi ASI ditentukan oleh
seringnya ibu menyusui atau memerah, ditambah dengan pikiran positif ibu bahwa
ASI-nya cukup. Tidak ada yang salah dengan mengkonsumsi daun katuk, karena
konsumsi sayuran baik untuk ibu menyusui. Tetapi pada dasarnya ibu bisa makan
apapun yang dia sukai. Kalau ibu menikmati apa yang dia makan, ASI-nya akan deras
karena hati ibu merasa senang. Jadi, apapun makanan favorit ibu bisa jadi
booster ASI yang baik.
MITOS: Kalau bayi sakit, maka ibu yang minum
obatnya karena obatnya bisa mengalir lewat ASI
FAKTA: Kalau ibu yang sakit yang diobati
si ibu, kalau bayi yang sakit yang diobati bayinya. Obat yang ibu minum akan
diproses oleh organ pencernaan ibu dan diserap oleh tubuh ibu. Akhirnya yang
sampai ke ASI sangat sangat sedikit dan bisa jadi tidak ada sama sekali.
Meskipun demikian ada beberapa kategori obat yang tidak boleh diminum oleh
busui karena bisa berpengaruh di ASI atau berbahaya bagi bayi. Lagipula jenis
obat dan dosis obat untuk dewasa dan bayi itu berbeda Misalnya, obat batuk
untuk anak dengan obat batuk untuk dewasa jelas berbeda. Kalaupun ada saat dimana
bayi harus minum obat yang diberikan oleh dokter, perlu diketahui bahwa dosis
obat yang diberikan pada bayi sangat rendah dibandingkan dengan dosis obat
orang dewasa. Biasanya obat untuk bayi diberikan dengan perhitungan miligram
per berat badan bayi. Bisa dibayangkan bila obat tersebut yang minum ibunya,
meskipun ada beberapa jenis obat yang bisa saja terserap dalam ASI namun tentu
saja sudah tidak bisa dijadikan sebagai cara pengobatan yang sesuai ketentuan.
Maka tak heran bila bayi yang sakit tidak sembuh-sembuh akibat ibu yang
mengkonsumsi obat tersebut.
MITOS: IMD tidak bisa dilakukan setelah proses
kelahiran melalui operasi Caesar
FAKTA: baik melahirkan secara normal
ataupun operasi tetap bisa dilakukan IMD selama ibu dan bayi berada dalam
kondisi yang stabil. Jangan lupa selalu konsultasikan dengan dokter tentang
keinginan Anda untuk IMD apapun metode melahirkan yang akan dijalani.
MITOS: Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan tidak
boleh menyusui
FAKTA: Tidak semua obat-obatan menghalangi
ibu untuk menyusui. Konsumsi beberapa jenis obat dalam waktu tertentu masih
diperbolehkan pada ibu menyusui. Namun sebaiknya penggunaan obat – obatan
tertentu selama menyusui dilakukan dibawah pengawasan dokter untuk menjamin
keamanannya. Saat Anda berobat sakit, jangan lupa sampaikan kepada dokter jika
kondisi Anda sedang menyusui.
MITOS: Menyusui tidak boleh dilakukan sambil
berbaring, karena dapat mengakibatkan bayinya tersedak.
FAKTA : Pertama, menyusui dapat dilakukan
sambil berdiri, duduk ataupun berbaring, yang terpenting adalah ibu harus
memperhatikan pelekatan menyusui. Apapun posisi menyusuinya, yang penting
pelekatan harus tepat. Untuk posisi menyusui tidur miring, posisi pelekatan yg
tepat berarti perut ibu harus menempel pada perut bayi, badan bayi seluruhnya
menghadap ke badan Ibu (saling berhadapan). Dengan pelekatan yang benar, itu
akan mencegah hidung bayi tertutup payudara ibu, mencegah bayi tersedak, dan
sebagainya. Kuncinya, apapun posisinya, pelekatan harus selalu pas. Kedua,
kalau masih terlalu lelah, terutama setelah baru melahirkan, usahakan saat
menyusui selalu dengan pendampingan keluarga atau perawat. Ketiga, jangan lupa
pastikan posisi bayi aman dan nyaman. Jangan lupa tubuh bayi disangga dengan
bantal agar lebih stabil pelekatannya. Keempat, perhatikan jika air susu
mengalir deras, sedangkan bayi mengantuk , sehingga mudah tersedak. Sebaiknya
ibu tetap waspada dan bersiap-siap mengatur posisi bayi miring/kepala bayi
lebih tinggi dari badannya.
Thanx mom.. Dulu sempat penasaran karna berbagai mitos ini.. Tp karena skrg baru punya baby, jd harus banyak cari pengetahuan ttg rasa penasaran saya.. Dan akhirnya semua terjawab dg tulisan kakak ini..
BalasHapus