Ilustrator Ndolop: Dari Main-main, Jadi Bukan Main (Laptop Ideal Untuk Pekerja Kreatif)

ilustrasi Ndolop

Perjalanan hidup manusia, kadang lucu ya. 

Nggak selalu apa yang kita impikan di masa lalu, terwujud di masa kini. Pun begitu hal yang dulu kita anggap kegiatan senang-senang saja ternyata malah jadi penopang hidup saat ini. 

Saya nih contohnya. Waktu masih sekolah, saya pernah ditertawakan teman. Begini dia bilang, “Hobi nonton TV itu ntar dapatnya apa sih? Emangnya nanti kalau ceritain soal film-film atau acara TV bisa jadi duit pas gede?” 

Santai… Saya kesal, tapi nggak terlalu tersinggung kok. Soalnya waktu itu, saya juga berpikir sama seperti dia. “Hobi nonton TV, menikmati sinetron, drama cina dan komik apa gunanya?” 

Beda kalau saya punya hobi olahraga, mungkin kalau sudah besar bisa jadi atlet. Atau hobi masak, mungkin kalau sudah besar bisa jadi chef dan punya restoran sendiri.

Makanya dulu, saya memilih cita-cita jadi dokter. Yah, biar sama aja seperti anak-anak lain. 

Eh tapi setelah dewasa, siapa sangka ternyata saya malah kuliah komunikasi. Siapa sangka juga ternyata sekarang hasil dari review film dan komik juga bisa jadi cuan? 

Perjalanan hidup manusia itu memang penuh misteri. 

Sama nih seperti yang dialami teman lama saya. Namanya Roni. 

Roni teman sekelas saya waktu SMA. Anaknya lucu, celetukannya suka bikin dongkol, tapi saya nggak bisa marah ama dia. Mau bales ngejekin dia, percuma. 

Roni tuh selalu punya celah buat berkelit. Udah kayak pengacara aja kalau ngeles. Saya mending senyum aja deh kalau diajak debat ama dia. 

Dulu, waktu SMA, si Roni suka banget gambar. Malah dia direkrut majalah sekolah juga buat jadi illustrator. Teman-teman se-genk nya juga rata-rata pintar gambar. 

Tapi ya gitu deh. Dua puluh dua tahun yang lalu, keterampilan menggambar tidak mendapat apresiasi sebesar sekarang. Di masa itu, yang namanya anak pintar, itu berarti anak yang nilai IPA atau Matematikanya bagus. Jago pelajaran Kimia dan hitung-hitungan. 

Yang nyebelin dari si Roni, selain pintar gambar, anak ini juga otaknya encer. Kimia pinter, Matematika juga gape. Baik pula, kadang suka ngasih contekan atau minjemin PR. 

Dia tuh cuma kalah tampang aja. Tampangnya standar. Ha..ha..ha..ha.. 

Lulus SMA, karena otaknya encer, dia lolos UMPTN dan masuk Teknik Mesin di Univeritas Brawijaya, Malang.

“Sebenarnya aku pengin jadi programmer game, tapi malah masuk Teknik Mesin, Unibraw,” katanya. 

Diiih ngomong gitu di depan saya yang nggak lolos UMPTN, rasanya kok kesal ya. Pengen ngejitak tapi anaknya juga kan nggak niat nyombong. Ya udah, saya iyain aja. 

Setelah itu selama belasan tahun, kami lost contact. Saya di Jogja, dia di Malang. Kalau reuni juga nggak pernah ketemu. Eh, sebenarnya saya aja sih yang nggak pernah ikut reuni. Suka nggak pas aja waktunya. 

Kalaupun saya tau kabar dia, paling-paling dari cerita sesama teman SMA atau dari media sosial. Sampai beberapa minggu lalu, waktu lagi asyik scrolling medsos, saya tengok postingan tentang Roni. 

“Wah, udah jadi illustrator keren dia sekarang,” pikir saya. 

Salah satu karyanya adalah maskot baru untuk e-commerce yang lumayan besar. Itu tuh maskot kuda putih yang pipinya chubby. 

Awalnya Main-main, Eh… Jadi Serius 

Sebagai kawan lama, kepo saya tuh. Kok bisa si Roni serius jadi illustrator? Malah sekarang punya studio ilustrasi juga di Madiun. Namanya Ndolop Illustration Studio. Yang penasaran bisa cek websitenya https://ndolop.com 

Aneh kan namanya? Tapi karena dia Roni, saya nggak terlalu heran kalau namanya aneh. Dari dulu emang kreatif banget otaknya. 

“Ini lagi berusaha ngembangin (studio) kok. Ini juga masih seumur jagung. Resminya baru buka 2018. Ya maksudnya baru nerima asisten gitu. Sebelumnya kan ngerjain sendiri semua,” terang dia. 

ilustrator
credit: ndolop.com

Kenapa namanya ndolop?
 

“Ndolop itu julukanku. Itu bahasa jawa, artinya kurang lebih melongo kayak orang bodoh gitu.” 

Karena julukan itu sangat melekat di masa kuliah, Roni memutuskan untuk memakai nickname itu saat awal mengambil job sebagai freelance illustrator. 

“Akhirnya keterusan sampai sekarang. Kebetulan pula, lokasi studioku ini di Dolopo, Madiun. Jadi pas kan?” 

Dari kuliah Teknik Mesin, kok bisa jadi illustrator? 

Ceritanya lumayan panjang nih.. 

Menurut Roni, setelah masuk kuliah, dia masih melanjutkan hobi menggambar. Di tahun 2001, internet belum semassif sekarang. Roni masih menggambar manual menggunakan kertas dan pensil warna untuk kesenangan pribadi . 

Lalu di 2002, setelah mulai kenal dengan internet, dia mulai cari-cari teman se-hobi. 

“Kalau dulu ada namanya forum freakschool, indocg dan deviantart. Di forum itu, member posting gambar lalu saling komen. Asyik, bisa ketemu illustrator dari seluruh Indonesia dan belajar lewat situ.” 

Saking asyiknya menekuni ilustrasi, Roni sampai mengajukan diri untuk jadi asisten Lab Komputer. Motivasinya, tak lain tak bukan demi keleluasaan mengakses komputer dan internet gratis. 

Maklumlah, di masa itu laptop nggak se-marak sekarang. Nggak semua mahasiswa bisa punya laptop sendiri. “Ya paling hanya kaum elit global yang bisa punya,” celetuknya. 

Kesempatan jadi asisten lab dimanfaatkan banget oleh Roni untuk belajar desain grafis dan ilustrasi dengan komputer. “Kuliahku sampai molor 6,5 tahun tuh, gegara keasyikan gambar.” 

Nggak sia-sia, dari job pertamanya tahun 2005, Roni berhasil dapat fee lumayan. “Waktu itu jobnya bikin poster untuk provider internet di Jakarta. Dapat fee Rp 1,5 juta. Dibagi dua sama partner. Yah lumayan lah.” 

Fee dari job pertama, langsung dibelikan alat gambar dan pen tablet. Maksudnya sih biar bisa makin lancar kalau mau gambar. Sayangnya belum lama dibeli, alat gambar itu hilang. 

“Rupanya disembunyikan dosen. Katanya biar aku bisa fokus kuliah dan cepat lulus. Nggak gambar melulu.” 

Lulus kuliah dan mulai rajin dapat job freelance sebagai illustrator nggak serta merta bikin Roni mantap memilih profesi ini. Dia sempat kerja di software house untuk bantu bikin UI/UX aplikasi rumah sakit. Tapi, tak sampai satu tahun, dia memutuskan keluar. 

“Job desc-nya beda dengan yang disepakati di awal. Akhirnya keluar dan dapat tawaran kerja di percetakan Embun Bening, Malang.” 

Di tempat kerja ini, dia belajar lebih banyak tentang teori warna dan layout. Ilmu penting yang akhirnya diterapkan dalam pekerjaannya sebagai illustrator. 

Sambil nyambi kerja, sambil terus mengambil job illustrator. Makin lama portofolionya makin banyak, dan pekerjaan pun makin mengalir. Sebagian besar datang dari luar negeri. 

“Sekitar 95% klien dari luar negeri. Kalau sekarang aku lebih fokus bikin ilustrasi buat game. Istilahnya game asset.” 

ilustrator
credit: ndolop.com

Hingga akhirnya 2009, Roni mantap keluar dari pekerjaan di percetakan dan fokus jadi illustrator sampai akhirnya sekarang bikin studio sendiri. 

Gimana ceritanya bisa bikin ilustrasi untuk maskot e-commerce? 

“Itu dari kontes. Bisa dibilang, ini salah satu karya yang berkesan buat aku, karena persaingannya lumayan ketat. Setelah lolos 3 besar dan menjalani tahap mentoring, akhirnya karyaku terpilih,” kenang dia. 

Kalau pengen jadi illustrator yang serius seperti kamu, gimana caranya? 

“Yang jelas harus rajin melatih diri dong. Perluas koneksi dengan sesama illustrator juga penting, supaya bisa berbagi pengalaman dan ilmu.” 

Dilanjutkan dia, peluang illustrator kini semakin besar. Ada banyak platform online yang menawarkan berbagai project untuk freelancer. 

Selain itu supaya makin lancar menggarap ilustrasi dan bisa bersaing dengan yang lain, illustrator sebaiknya memiliki gadget yang mumpuni. 

“Software ilustrasi itu kebanyakan haus RAM. Jadi, kalau bisa pakai perangkat yang punya minimum RAM 8 GB, bisa pakai SSD buat sistem. HDD 500Gb ke atas dan processor minimum i3. Ini minimum loh ya. Kalau mau lebih lancar kerjanya ya harus yang speknya diatas itu.” 

ilustrasi ndolop
credit: ndolop.com


Laptop Canggih Buat Illustrator Biar Kerjanya Makin Wuss.. 

Nah, kira-kira Roni tahu nggak ya, kalau awal Juni 2022 silam ASUS meluncurkan laptop bisnis yang paaaas banget buat dipakai oleh illustrator seperti dia? Itu tuh ExpertBook B7 Flip (B7402). 

Laptop Bisnis ExpertBook B7 Flip (B7402) itu sudah diperkuat oleh prosesor Intel® Core™ generasi ke-11 terbaru dan juga Intel® Iris® Xᵉ graphics yang pasti akan sangat membantu kerja illustrator seperti Roni. 

ExpertBook B7 Flip

Kombinasi prosesor Intel® Core™ i7 dan grafis Intel® Iris® Xᵉ membuat ExpertBook B7 Flip ini andal. Nggak hanya cakap untuk mengolah data, tetapi juga punya performa grafis yang powerful. 

Ditambah lagi dengan memori DDR4 3200MHz berkapasitas 16 GB , yang bisa di-upgrade 64GB dan penyimpanan PCIe SSD hingga 2TB, membuat laptop ini makin gesit untuk kerja multitasking. 

Gimana urusan performanya? 

Tenang…

ExpertBook B7 Flip dibekali baterai berkapasitas jumbo yang tahan diajak kerja selama 12 jam. Wuiihh mantap nggak tuh. 

Supaya kinerjanya makin optimal, ASUS juga sudah membekali laptop ini dengan sistem pendingin khusus, yaitu ASUS Advance Hybrid Cooling System (AHCS)

Sistem pendingin ini dirancang untuk melepas panas secara optimal melalui serangkaian heatpipe dan metal plate

Dengan begitu luas penampang pendingin jadi 39% lebih besar dari sistem pendingin standar dan kinerja laptop secara keseluruhan meningkat hingga 55%. 

AHCS ini sistem pintar, dia bisa menghilangkan panas dengan cepat dan senyap, saat laptop beroperasi. 

Fitur ExpertBook B7 yang paling menarik perhatian saya sebenarnya adalah konektivitas 5G yang dimilikinya. Setahu saya, ini laptop pertama di Indonesia yang memiliki konektivitas 5G dengan modem yang terintegrasi

Nggak perlu lagi pusing cari WiFi saat bekerja di luar rumah. Cukup masukan SIM Card aktif ke dalam slot, dan laptop sudah langsung terhubung ke jaringan 5G. 

Sebagai gambaran aja ya, jaringan 5G itu memiliki koneksi internet 10 kali lebih cepat daripada 4G. Jaringannya memang belum merata di pelosok Indonesia. Tapi pemerintah menargetkan tahun 2025 layanan 5G akan merata di seluruh negeri. 

Implikasinya, tentu saja informasi yang semakin cepat, kegiatan video conference juga bisa terhubung dari jarak jauh secara real time, Makanya, wajib nih kita bersiap dari sekarang dengan laptop yang mendukung konektivitas 5G. 

Selain terhubung ke jaringan 5G, ASUS juga tetap melengkapi ExpertBook B7 Flip dengan opsi konektivitas melalui WiFi 6 (802.11ax)

ExpertBook B7 Flip

Bukan cuma itu, laptop ini juga memiliki teknologi ASUS WiFi Master yang membuatnya bisa selalu terhubung ke sumber koneksi terbaik. Udah deh nggak usah risau untuk urusan koneksi internet. 

Lanjut ke desainnya, ASUS ExpertBook B7 Flip tampil stylish dan praktis dengan desain 360°flippable dan beratnya yang hanya sekitar 1,44 kg. 

Mau dipakai dengan mode laptop bisa, mau mode tablet juga hayuuk. Sangat fleksibel untuk diajak kerja di berbagai tempat dan kesempatan. 

Ditunjang dengan screen ratio 16:10, ExpertBook B7 Flip menawarkan ruang kerja visual yang lebih luas dibanding tampilan standar 16:9. 

Nggak cukup dengan itu, laptop ini juga punya layar sentuh anti silau yang dilapisi kaca Corning® yang kokoh dan fitur privasi layar, ASUS Private View yang membuat sudut pandang layar menjadi lebih privasi sehingga orang lain tidak bisa melihat apa yang sedang kita kerjakan. 

Untuk illustrator seperti Roni, tampilan layar yang luas macam begini pasti akan sangat menyenangkan untuk bekerja dan berkreasi. 

ExpertBook B7 Flip

Trus ada fitur apa lagi? Banyak. 

Salah satunya ini nih, ASUS ExpertWidget yaitu sistem pengaturan hotkey. Fitur ini memungkinkan pengguna ExpertBook B7 Flip mengakses berbagai tombol dan pintasan dengan lebih mudah. 

Lalu ada juga fitur NumberPad 2.0, yang merupakan pengganti tombol numpad pada keyboard. Fitur ini bisa diaktifkan melalui satu sentuhan dan langsung digunakan di touchpad. Mantap banget siih.. 

Sebagai freelance illustrator yang harus sering berkomunikasi dengan klien luar negeri, fitur yang mendukung kelancaran video conference jelas jadi perhatian penting. 

ExpertBook B7 Flip, juga dibekali teknologi Two-Way AI Noise-Cancelling. Sebuah teknologi untuk menghilangkan suara bising pengguna dan lawan bicara secara real-time dengan fitur kecerdasan buatan. 

Untuk meningkatkan kenyamanan selama video conference, di laptop ini juga disematkan mikrofon ganda yang terletak di bezel atas layar, plus dua speaker bersertifikat Harman Kardon yang ada di bagian bawah untuk mendapatkan audio berkualitas bioskop. 

Meneruskan tradisi ExpertBook series sebelumnya yang dikenal tangguh, ExpertBook B7 Flip juga hadir dengan bodi yang diperkuat oleh struktur khusus berbahan magnesium aluminium. 

Laptop ini juga mengantongi sertifikasi uji ketahanan berstandar militer AS (MIL-STD 810H) karena lolos dari berbagai uji ketahanan ekstrem seperti uji operasional pada suhu dan kelembapan ekstrem, serta uji guncangan dan getaran. 

Tak hanya tangguh, faktor keamanan pengguna juga jadi perhatian ASUS saat merancang laptop ini. ExpertBook B7 Flip dilengkapi dengan modul Trusted Platform Module (TPM) 2.0 sebagai chip untuk menyimpan password dan kunci enkripsi supaya aman. 

Dengan keamanan berlapis yang menggabungkan perlindungan berbasis perangkat keras, firmware dan perangkat lunak, kita bisa tenang menyimpan data sensitif di laptop. Nggak perlu risau ada data yang bocor. 

Mau cari yang bagaimana lagi? ExpertBook B7 Flip sepertinya menjawab semua yang dibutuhkan oleh pekerja kreatif seperti illustrator. Sebagai blogger yang sehari-hari berkutat dengan laptop pun, saya rasanya nggak bisa tak mengindahkan laptop seperti ini. 

Kalau dipikir-pikir lagi, sejak internet makin massif digunakan, gaya hidup kita berubah drastis ya. Siapa sangka hal-hal yang dulu hanya dilakukan untuk kesenangan, kini benar-benar bisa menghasilkan. 

Ditunjang dengan kemajuan teknologi seperti yang dilakukan ASUS dengan produk-produknya, cari duit, berkreasi dan belajar kini makin fleksibel. Bisa sambil dikerjakan dari rumah, bisa sambil rebahan. Bisa dilakukan dari coffee shop dan ruang publik lain. 

Nah kira-kira kalau kalian punya laptop secanggih ExpertBook B7 Flip ini bakal kalian pakai untuk apa aja? 

Semoga jadi tambah tahu ya.

Tidak ada komentar