Perempuan dan Persiapan Lebaran

Mempersiapkan-dana-lebaran

Sepekan sebelum Lebaran. Yeesss akhirnya saya bisa mudik lagi. Saya kangeeen banget dengan kampung halaman. Kangen bertemu ibu, adik-adik, keponakan dan tentu saja teman-teman lama. 

Tahun lalu, saya nggak bisa pulang tepat waktu saat Lebaran. Tahun lalu, bisa dibilang menjadi Lebaran tersuram dalam kehidupan keluarga kami, karena itu adalah Lebaran pertama tanpa kehadiran Bapak. 

Alih-alih perayaan penuh keharuan, yang kami rasakan tahun lalu justru pedihnya rasa kehilangan orang terkasih. Ah, mengingatnya saja, masih bikin hati berasa sesak. Tapi ya sudahlah, semua sudah berlalu dan roda kehidupan terus berjalan. Tahun ini, hati kami mulai pulih. 

Kami sekeluarga, sudah bisa berdamai dengan keadaan dan kami belajar untuk menikmati perayaan Lebaran dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. 

Itu sebabnya, tahun ini, saya usahakan mati-matian untuk bisa mudik lebih awal. 

Kampung halaman saya tuh nggak jauh. Kalau naik mobil pribadi, paling-paling hanya memakan waktu sekitar 3-4 jam. Walau begitu, karena kesibukan pekerjaan suami di rantau, kami jarang bisa pulang kampung. 

Berangkat mudik lebih awal, membuat saya berkesempatan menyaksikan secara langsung betapa riuhnya orang-orang yang sedang melakukan persiapan perayaan Lebaran. 

Pasar-pasar ramai. Di pelataran parkir supermarket, motor dan mobil berjejer terlihat memenuhi area yang tersedia dan tumpah hingga ke badan jalan membuat pengguna jalan lain seperti kami harus berjalan perlahan. Macet. 

Anehnya, saya nggak bosan di perjalanan. Sepanjang perjalanan saya malah menikmati pemandangan ibu-ibu yang menenteng barang belanjaan. Mereka belanja banyak sekali. Barang belanjaannya ada yang dikemas di kardus, ada yang disimpan di kantung plastik besar. Tak sedikit juga yang sampai bawa troli ke parkiran supaya lebih mudah memindahkan belanjaan ke mobil.

Perjalanan berlanjut. Sepanjang jalan saya melihat ada banyak pedagang musiman yang “turun gunung”. Sama seperti pasar dan supermarket yang saya lihat sebelumnya, para penjual musiman itupun dikerubuti pembeli. 

“Ah, situasi sepertinya sudah kembali normal,” pikir saya, melihat pemandangan itu. Keramaian ini membuat suasana terasa hidup sekali. Beda dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya yang suram, sepi dan penuh keprihatinan. 

Dan seperti kebanyakan perayaan hari-hari besar lain, di persiapan Lebaran kali ini pun terlihat perempuan sangat mendominasi. Mereka sibuk sekali sliweran kesana-kemari, mempersiapkan ini itu. 

Perempuan memang makhluk tersibuk di dunia. Tugasnya banyak, perannya segudang. 

Perempuan dan Persiapan Lebaran

Sejak awal Ramadan saja, teman-teman saya, sesama emak-emak sudah kelihatan sibuk mempersiapkan banyak hal. Mulai dari ngurusin menu berbuka, menu sahur, mengerjakan tugas domestik, mengurus pekerjaan di kantor dan tetek bengek lain. 

Makin mendekati Lebaran, eskalasi kesibukannya juga terus meningkat. Sekarang,emak-emak itu juga sudah mulai bersiap buat menu Lebaran, menyiapkan pakaian yang bakal dipakai buat perayaan. Bikin kue buat suguhan Lebaran. Beneran kayak nggak ada istirahatnya deh. 

persiapan-mudik
ilustrasi persiapan mudik

Belum lagi kalau ada yang mudik, siapa lagi yang ngurus pengaturan bekal dan barang yang mau dibawa, kalau bukan ibu? Perempuan lagi, perempuan lagi. 

Walau sering dibilang sebagai makhluk lemah, senyatanya perempuan itu adalah makhluk terkuat di muka bumi. Yang diurus banyak tapi hebatnya selalu beres semua. Canggih kan? 

Tak terkecuali urusan pengelolaan keuangan. Sudah jadi rahasia umum, yang namanya Lebaran adalah waktunya orang-orang “buang duit”. Pengeluaran untuk Lebaran itu besar banget, dan kalau mau dirinci satu persatu bisa bikin satu buku sendiri deh. 

Yang jelas harus dipersiapkan tuh, pengeluaran buat bahan makanan, baju baru, dan uang saku buat dibagi-bagi ke sanak keluarga. 

Dana khusus buat uang salam tempel ini juga jumlahnya sulit diprediksi, tergantung nanti bakal silaturahmi sama siapa saja. Makin banyak yang ditemui, boleh jadi, makin banyak pula uang salam tempel yang harus disiapin. Mau nggak ngasih, nggak enak. Sudah tradisi sih. 

silaturahmi
ilustrasi

Cuma itu? Nggak juga. Masih ada lagi dana yang harus disiapkan buat plesiran ke tempat wisata. Kan mumpung lagi mudik. 

Mumpung lagi pulang kampung harus banget dong dimanfaatkan untuk main ke tempat wisata atau icip-icip kuliner khas di kampung. Duit lagi…duit lagi. 

Lalu tugas siapa ngurus tetek bengek anggaran keuangan ini? Ya jelas perempuan lagi! 

Saya tahu persis, beberapa teman muslim saya yang mengatur anggaran keuangan untuk Lebaran dengan sangat terperinci. Semua rencana pengeluaran dicatat, dananya dipisahkan dalam amplop-amplop khusus. Katanya sengaja disimpan di amplop lantaran dia malas mengambil uang tunai di ATM saat Lebaran karena selalu antri panjang. 

“Kalau uang bensin buat perjalanan mudik dan uang buat salam tempel, enaknya pakai tunai. Soalnya di perjalanan kita nggak selalu bisa ketemu ATM. Kalaupun ketemu pasti ramai, antrinya panjang dan buang waktu,” kata teman saya. 

“Terus buat dana kesehatan gimana?” tanya saya. 

“Dana kesehatan? Buat apa?” 

“Lah ya buat jaga-jaga. Kita kan nggak tahu nanti pas mudik bakal ada apa. Nggak doain jelek sih, tapi ya siapa tahu ada yang sakit saat di kampung nanti,” jelas saya. 

Pernyataan saya itu bukannya tanpa alasan. Saat mudik beberapa tahun silam, anak saya sempat panas setelah ikut keliling silaturahmi ke tempat saudara jauh. Waktu itu dia masih agak kecil, dan anak kecil yang panas itu bikin saya panik. 

Mana praktik dokter nggak ada yang buka. Mau dibawa ke UGD, jarak rumah sakit lumayan jauh. Tapi ya waktu itu saya nggak punya banyak pilihan daripada makin parah mending langsung dibawa ke rumah sakit sih. Puji Tuhan, nggak kenapa-kenapa. Dia kena radang tenggorokan dan bisa rawat jalan. 

Cuma ya gitu deh konsekuensinya, jadi ada dana darurat yang harus dikeluarkan. Untung waktu itu sudah disiapkan. Coba kalau nggak, kan amsyong

Hidup ini memang penuh dengan ketidak pastian. Sebentar kita senang, bukan tidak mungkin sedetik kemudian kita bisa berduka. 

Makanya, sesuka apapun situasi saat ini, sebagai perempuan yang in-charge atas pengelolaan keuangan keluarga, kita tetap harus memperhitungkan segala resiko buruk yang bisa terjadi. Kudu well-prepared lah, kalau pakai istilah Ibu saya. 

Lantas resiko apa sih yang mungkin terjadi saat sedang merayakan Lebaran? 

Yang paling mungkin sih resiko gangguan masalah pencernaan. Ini logis banget. Saat Lebaran, orang kan suka kalap tuh makan banyak. 

Ya bagaimana tidak, hidangan enak terbentang dihadapan mata. Semua enak, semua berlemak. Makin banyak rumah saudara yang dikunjungi, makin beragam dan makin banyak pula makanan yang harus dimakan. 

hidangan-lebaran
ilustrasi

Kadang perut sudah protes kepenuhan, tapi kalau kita nggak makan makanan yang dihidangkan tuan rumah, kan jadi nggak enak hati. Takut mereka tersinggung. 

Saya nggak heran deh, kalau pas Lebaran ada yang ngeluh kena diare, asam lambung naik atau maag kumat. 

Nah kalau nggak ada persiapan dana kesehatan kan repot tuh? Kalau nggak begitu, ya bisa saja ada yang terluka. Misalnya nih, lagi asyik mempersiapkan makanan di dapur tahu-tahu tangan terkena pisau. Ya kalau hanya tergores dan lukanya kecil nggak masalah, kalau lukanya besar bagaimana? 

Ingat, selain jalan raya, resiko kecelakaan terbesar itu terjadi di rumah lho.

Eh, ngomong-ngomong soal kecelakaan lalu lintas, saat Lebaran dengan lalu lintas padat begini, resiko kecelakaan di jalan juga jadi lebih besar kan? 

Saya sih nggak doain jelek, hanya menunjukan bahwa resiko itu ada dan kita harus bersiap sebelum kemungkinan buruk terjadi. Itu sebabnya, penting banget punya asuransi kesehatan. 

Setidaknya, kalau punya asuransi kesehatan, kita nggak akan pusing lagi dengan urusan dana darurat yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Semua sudah ditanggung asuransi dan anggaran Lebaran kita yang lain tetap aman. 

Nggak lucu dong kalau semua rencana keuangan yang sudah kita siapkan untuk Lebaran sejak jauh hari jadi kacau karena sakit. Yang tadinya sudah bikin rencana buat berkunjung ke tempat wisata jadi batal, gegara uangnya terpakai buat berobat. 

Jadi harus pilih asuransi yang bagaimana nih buat persiapan Lebaran? 

Yang jelas harus asuransi dari lembaga yang terpercaya sih. Selain itu, saya juga butuh asuransi yang bisa akomodatif dan menanggung biaya konsultasi dan rawat jalan online. 

Karena seperti saya bilang sebelumnya, saat lebaran banyak praktik dokter yang tutup. Untuk gangguan kesehatan ringan, seperti panas, batuk, pilek dan sebagainya, konsultasi kesehatan melalui aplikasi seperti Halodoc lebih bisa diandalkan. 

Kita bisa konsultasi dengan dokter via chat, obat juga langsung diresepkan secara online. Kita tinggal klik order, lantas obat yang dibutuhkan langsung diantar ke rumah. Lebih praktis daripada harus ke rumah sakit kan? 

Kabar baiknya, Asuransi Astra sekarang juga menyediakan asuransi kesehatan rawat jalan yang menanggung biaya konsultasi online ini. Namanya asuransi Garda Healthtech

Kenapa saya rekomendasiin asuransi Garda Healthtech? 

Karena sepanjang pengamatan saya, Garda Healthtech merupakan asuransi kesehatan rawat jalan yang menawarkan manfaat besar, dengan premi yang terjangkau dan kemudahan klaim. Semua bisa dilakukan secara online. Praktis dan berguna banget. 

Ada tiga pilihan paket asuransi kesehatan yang bisa dipilih. Preminya mulai Rp 500.000 per tahun saja. Dibandingkan dengan manfaatnya yang besar, nilai premi ini super terjangkau banget kan?

Ini dia pilihan paket dan manfaat yang tersedia. Ada Fit, Classy dan Ultima. 

asuransi-garda-healthtech

Cara mendaftarnya mudah, cukup ikuti langkah berikut : 

  1. Masuk melalui aplikasi Halodoc. Pilih “Proteksi Kesehatan”
  2. Sistem akan membawa kita untuk menjelajahi pilihan paket di website Asuransi Astra 
  3. Pilih paket perlindungan sesuai kebutuhan dan kemampuan 
  4. Lengkapi informasi data diri untuk mendaftarkan premi 
  5. Lanjutkan dengan melakukan pembayaran polis sesuai metode pembayaran yang dipilih. Bisa melalui AstraPay, Kartu Kredit atau Transfer bank.
  6. Polis akan diaktifkan dan e-polis akan dikirim ke email dalam waktu 1-24 jam. 

Bagaimana dengan klaim? 

Untuk sistem penjaminan klaim asuransi Garda Healthtech hanya dilakukan secara cashless dan tidak berlaku reimbursement

Kalau untuk konsultasi tatap muka, klaim asuransi bisa dilakukan dengan menunjukan kartu asuransi digital yang tersedia di aplikasi. Sementara untuk keperluan konsultasi dokter dan pembelian obat secara online sudah langsung terpotong dan terlihat di aplikasi. Kita hanya perlu membayar kelebihan biaya yang tidak tertanggung asuransi, itupun kalau ada kelebihan. 

garda healthtech

Pokoknya klaim Garda Healthtech totally cashless deh. Dan bisa dilakukan melalui smartphone saja. Menurut saya, hal ini akan sangat memudahkan kita terutama di masa sibuk seperti Lebaran. 

Makanya nggak berlebihan dong kalau saya bilang bahwa Garda Healthtech memang pantas diandalkan sebagai garda terdepan untuk perlindungan kesehatan saat mudik. 

Semoga #SehatmuTerlindungi dan jangan lupa mempersiapkan perlindungan dengan asuransi kesehatan. 

Semoga jadi tambah tahu.

Tidak ada komentar