Buat ibu rumah tangga macam saya, yang suaminya kerja diluar kota, yang sibuk ngurus anak satu yang lumayan aktif, yang sibuk belajar jahit dan sibuk beberes rumah, liburan jadi hal yang mewah. Suntuk juga rasanya tiap hari berkutat dengan rutinitas yangs ama, melihat hal yang sama. Yah, walaupun pemandangan di rumah orang tua saya ini sebenarnya juga menyenangkan karena dapat view Gunung Lawu di belakang rumah. Kiri kanan sawah dan kebun yang hijau (kalau musim penghujan, kalau pas kemarau panjang begini mah keriing). Tapi bosan juga tiap hari liat gunung. Pengen lah sesekali kembali melihat peradaban. Lihat gedung, cuci mata di mall.
Nah, jadi saya merengek terus ke suami, minta diajak jalan-jalan. Akhirnya, mungkin karena iba, atau karena bosan dengar rengekan saya, Romonya Narend bersedia juga mengajak kami berdua, saya dan Narend, jalan-jalan keliling Solo. Wuih rasanya melegakan banget. Sayang, kami tidak punya waktu banyak dan cuma sempat berkunjung ke Balekambang.
Taman Balekambang yang dulu saat saya masih tinggal di Solo hanya saya kunjungi sesekali. Sekarang kelihatan istimewa sekali. Bukan karena kebetulan ada event Solo City Jazz, tapi memang karena taman itu jadi salah satu ruang terbuka hijau yang lumayan nyaman untuk dikunjungi. Lokasinya juga nggak jauh dari pusat kota, dan stadion Manahan.
Narend juga kelihatan antusias main disana. Ada rusa, soang, kolam ikan (yang pasti ada ikannya juga), ada ayam juga. Semua dilepas liar begitu saja. Menyenangkan. Pepohonan yang rindang, bisa jadi spot yang bagus untuk berfoto. makanya banyak muda mudi yang selfie disana. Ada juga yang asyik mojok ga peduli kiri kanan. Kami juga nggak mau kalah ah, mumpung main di Balekambang sempat-sempatin juga foto-foto sedikit.
Sayangnya, seperti kebanyakan ruang publik lain di Indonesia, banyak spot di Balekambang yang tidak terawat baik. Sampah bekas bungkus makanan dan kotak makanan berceceran dimana-mana. Tempat sampah juga nggak kalihatan bentuknya. Memang sih di beberapa titik ada tanda-tanda pernah ada tempat sampah disana. Tapi wujudnya sudah nggak eksis lagi disitu, yang tertinggal cuma sampah yang teronggok. Ironis.
Kondisi rusa disana juga tidak bisa dibilang sehat, malah penampakannya seperti kucing liar yang biasa nongkrong di kampung. Dekil banget, kayak nggak ada yang urus. Sempat lihat pula ibu-ibu tukang jualan yang ngusir tuh rusa-rusa. Duh nggak tega liat rusa digituin. Boleh nggak ya jadi relawan buat mandiin dan kasih makan rusa itu?
Rasanya sayaaaang sekali, niat baik dan usaha pemerintah untuk menyediakan ruang publik yang hijau, nyaman dan menyenangkan ternyata tidak didukung oleh sikap orang-orang yang arogan, seenak udel dan semena-mena memperlakukan fasilitas umum. Sudah begitu, mereka (orang-orang arogan itu) juga masih merasa punya kewenangan untuk mengkritik pemerintah sesuka hati. Nah, yang macam begini niy yang sering saya bilang reformasi kebablasan.
Yah, mudah-mudahan ada pihak yang benar-benar tergerak untuk menyelamatkan dan mengembalikan kondisi fasilitas publik seperti Taman Balekambang agar layak dikunjungi. Atau harus nunggu saya pindah ke Solo dulu ya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar