“Kenapa sih nama blog-nya ibusegalatau?”
Bukan sekali, bukan dua kali, tapi berkali-kali saya mendapat pertanyaan seperti ini, baik dari sesama blogger maupun teman non-blogger. Padahal saya dulu memilih nama blog ini nggak pakai pikir panjang lho. Tapi kok malah bikin banyak orang bertanya-tanya ya?
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya sederhana. Blog ini saya namai, ‘ibu segala tahu’ sebagai bentuk dedikasi untuk ibu tercinta, pemegang tahta tertinggi di rumah kami, yang selalu jadi tempat bertanya semua anggota keluarga.
Kami sekeluarga, saya, adik-adik dan Bapak bertanya semua hal ke Ibu. Bahkan salah satu kalimat andalan Bapak kalau tidak bisa menjawab pertanyaan anak-anaknya adalah, “Coba tanya Ibu!”.
Mulai dari urusan makan apa malam ini, kenapa air mendidih mengeluarkan gelembung, kenapa nyamuk suka menggigit sampai soal menstruasi, semua pasti tanyanya ke ibu. Dan uniknya, ibu saya memang selalu tahu. Dari situlah julukan itu muncul, ibu segala tahu.
Setelah saya menjadi ibu, saya tersadar, di rumah, ibu memang selalu jadi tempat utama untuk bertanya. Seolah-olah semua anggota keluarga menganggap ibu tahu segalanya.
Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan: menjadi ibu memang harus tahu banyak, dengan kata lain harus berpengetahuan luas.
Bagaimana caranya supaya ibu banyak tahu? Ya harus belajar!
Naaah, masalahnya, nggak semua ibu punya kesempatan yang sama untuk belajar. Di dunia yang belum sepenuhnya ideal ini, masih banyak ibu yang kesulitan mengakses ruang belajar. Kadang punya uang tapi nggak punya waktu, atau kalau punya waktu, malah terhalang izin suami atau kondisi keluarga. Atau malah, saat dapat izin dan ada waktu, malah budgetnya yang nggak ada.
Saya pun pernah ada di fase itu. Saat berhenti bekerja dan mulai jadi ibu rumah tangga, dunia rasanya menyempit.
Untungnya saat itu saya memilih tak terpuruk. Saya percaya, di mana ada niat, di situ ada jalan.
Menjadi Ibu Pembelajar
Buat saya, ilmu itu seperti langit malam. Makin dilihat, makin banyak bintang yang belum kita kenal. Apalagi sejak anak saya, Narendra, mulai masuk usia sekolah, makin banyak hal seputar pendidikan dan pengasuhan yang ingin saya ketahui.
Dimulai dari mencari sekolah yang sepemahaman dan sevisi dengan pengasuhan yang kami jalankan. Ternyata hal itu tidak mudah.
Ditambah lagi, saat Narend memasuki usia sekolah dasar (SD), pandemi COVID melanda. Semua aspek kehidupan terdampak. Banyak hal yang harus disesuaikan termasuk soal sekolah.
Waktu itu, saya akhirnya memutuskan untuk homeschooling, dan sebagai konsekuensinya saya harus belajar lebih banyak lagi. Terutama tentang konsep pendidikan, kebijakan pemerintah, kurikulum, dan berbagai hal seputar pengasuhan. Ribet, tapi di sisi lain seru.
Saya ingat, di masa itu banyak sekali informasi seputar kebijakan pendidikan yang bersliweran. Entah mana yang benar dan mana yang salah, semua datang bersamaan sampai saya kerepotan memilahnya. Bingung.
Tapi kebingungan ini bikin saya sadar, saya harus mencari wadah belajar yang tepat, dimana saya bisa mendapatkan informasi mengenai pendidikan dari ahlinya. Sampai akhirnya saya berkenalan dengan Sidina Community, lewat teman sesama blogger.
Apa Itu Sidina Community?
Sidina Community adalah pusat belajar perempuan Indonesia, tempat ibu-ibu bisa belajar tentang pendidikan, parenting, bisnis, literasi digital, dan pengembangan diri.
Komunitas ini mengusung semangat Sehat, Cerdas, dan Berdaya, dengan harapan setiap perempuan bisa menjadi versi terbaik dirinya dan memberi dampak bagi keluarga serta lingkungan.
Mulai aktif sejak 2022, hingga Oktober 2024 Sidina telah melahirkan lebih dari 2.000 Ibu Penggerak dan 200 fasilitator aktif di seluruh Indonesia. Para fasilitator dilatih dengan berbagai materi praktis meliputi literasi pendidikan, kesehatan, keuangan, wirausaha, hingga digital skill.
Setelah pelatihan, mereka terjun langsung ke masyarakat sebagai relawan edukatif yang menyebarkan ilmu lewat sosialisasi, webinar, dan konten digital.
Awal Bergabung: Dari Peserta ke Fasilitator
Saya bergabung di Sidina sekitar akhir 2022 atau awal 2023. Seingat saya, cara bergabungnya simpel, yaitu dengan mengisi formulir pendaftaran yang ada di bio link akun instagram @sidina.community. Dari sana saya lanjut mengikuti Pelatihan Ibu Penggerak Sidina (PIPS) yang dilakukan secara daring, dan bersama ibu lainnya dari berbagai daerah.
Yang saya suka, walaupun pelatihannya dilakukan secara daring, suasananya nggak garing dan materinya ‘daging’ banget. Jadi nggak terasa deh kalau materinya berat.
Makin terkesan lagi karena, waktu pelatihannya sangat fleksibel. Peserta bisa pilih mau ikut sesi siang atau malam. Ini benar-benar memudahkan kami para ibu yang jadwalnya tak tentu.
Tapi tetap harus digaris bawahi ya, meski jam belajarnya fleksibel, belajarnya tetap serius lho. Selepas pelatihan, para peserta tetap diberi tugas untuk syarat kelulusan. Kalau nggak mengerjakan bagaimana? Ya nggak lulus, dan dipersilahkan untuk mengulang di-batch berikutnya.
Singkat cerita, saya lulus Pelatihan Ibu Penggerak Sidina. Setelah itu, di Maret 2023, saya mendapat kesempatan luar biasa untuk ikut Training of Trainer (ToT) Fasilitator Sidina Community selama tiga hari di Jakarta.
Jujur, ini pengalaman langka setelah saya menikah: pergi sendiri, tanpa keluarga, untuk belajar dan bertumbuh. Persiapan di rumah sebelum berangkat sudah kayak mau operasi besar. Ribet banget. Tapi untungnya semua ke-riweuh-an itu terbayar dengan ilmu dan pengalaman seru selama pelatihan.
Tiga hari di hotel dengan jadwal padat, materi penuh makna, dan suasana belajar yang seru. Para pematerinya keren dan inspiratif, sementara peserta — ya, ibu-ibu seperti saya — ramai, heboh, tapi juga saling support.
Dan yang bikin saya makin ketagihan ikut acara Sidina Community adalah, doorprize dan hadiah sponsor-nya banyak! Jadi saat pulang, kami, para peserta, nggak cuma menenteng koper tapi juga berbagai merchandise, hadiah sponsor. Plus dapat ilmu, sedikit tambahan bobot badan karena konsumsinya berlimpah ruah, dan teman baru, sesama ibu-ibu yang juga haus ilmu.
Dari Belajar ke Berbagi
Kalau sudah jadi Fasilitator Sidina Community terus harus ngapain?
Setelah resmi menjadi fasilitator Sidina Community, kami diminta membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa sosialisasi kebijakan pendidikan dari Kemendikdasmen.
Jujur, ini tantangan tersediri untuk saya yang sering malu berbicara depan khalayak. Untungnya, sosialisasi ini selain dilakukan secara luring, juga bisa dilakukan secara daring, melalui media sosial dan blog.
Saya akhirnya memberanikan diri melakukan sosialisasi secara online lewat Instagram Live.
Selain sosialisasi melalui siaran live, RTL juga bisa berbentuk tulisan blog, reels, atau webinar.
Buat saya, kegiatan sosialisasi seperti ini bukan sekadar kewajiban membagi ilmu. Tetapi juga jadi kesempatan buat kami untuk menambah skill baru, seperti public speaking, pembuatan konten edukatif, menulis artikel, mengedit video dan personal branding.
Ngomong-ngomong soal personal branding, aktivitas sebagai Ibu Penggerak Sidina ini membuka peluang untuk pintu rezeki lain lho.
Saya sendiri sih, hitungannya masih newbie ya. Tapi, sepengetahuan saya, nggak sedikit tuh ibu penggerak Sidina lain yang memang aktif mempublikasikan kegiatannya saat sosialisasi, sekarang malah sukses menjadi influencer pendidikan. Kuncinya, aktif menambah ilmu dan konsisten mengedukasi lewat konten.
Tenang saja, semua materi sosialisasi dikurasi dulu oleh tim Sidina, jadi para fasilitator nggak khawatir akan memberi informasi yang keliru. Apalagi, masalah soal kebijakan pendidikan ini kan terhitung sensitif.
Pengalaman Lain yang Berkesan
Kegiatan Sidina Community itu banyak ya, bu ibu. Di tahun berikutnya, tepatnya September 2024, saya kembali mendapat kesempatan istimewa, yaitu ikut program Caraka Merdeka Belajar mewakili Sidina Community.
Bersama para mahasiswa dan pengajar, kami belajar langsung dari para ahli tentang cara membuat konten edukatif yang menarik untuk sosialisasi kebijakan pendidikan.
Selain itu, setiap hari grup WhatsApp Sidina selalu ramai dengan obrolan dan cerita dari ibu-ibu lain. Kami saling bertukar pandangan tentang pendidikan, parenting, bahkan hal-hal kecil yang sering jadi keresahan sehari-hari. Rasanya seperti punya keluarga besar tempat berbagi semangat belajar.
Kenapa Ibu Penggerak Itu Penting
Saya percaya, perubahan besar selalu berawal dari rumah.
Ketika seorang ibu punya pengetahuan dan kesadaran yang lebih baik, efeknya langsung terasa di keluarga. Anak-anak jadi lebih kritis, lebih sehat, dan lebih siap menghadapi masa depan.
Melalui Sidina Community, saya menemukan ruang belajar yang ramah, suportif, dan membumi. Tempat di mana ibu-ibu bisa belajar tanpa dihakimi, bisa berkembang tanpa harus meninggalkan rumah, dan bisa berdaya tanpa merasa sendirian.
Ayo Gabung di Sidina Community!
Kalau kalian ibu pembelajar yang haus ilmu seperti saya, yuk bergabung di Sidina Community!
Saat ini, sudah ada lebih dari 4.500 member aktif dari seluruh Indonesia.
Caranya gampang banget:
- Isi form pendaftaran di bit.ly/DaftarMemberSidina. Gratis!
- Ikuti berbagai pelatihan, kulwap, webinar, hingga program Ibu Penggerak Sidina.
Yuk jadi bagian dari gerakan #IbuPenggerak #BerawalDariRumah untuk keluarga Indonesia yang lebih Sehat, Cerdas, dan Berdaya.
Semoga jadi tambah tahu...
#ToTBatch7Sidcom
#FasilitatorSidinaCommunity
#SehatCerdasBerdaya
#SidinaCommunity
Tidak ada komentar