Persiapkan Dana Pendidikan, Langkah Awal Mengantar Anak Menuju Masa Depan Cerah

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Mendiang Bapak pernah bilang, “Bapak mungkin nanti nggak bisa ngasih banyak warisan harta buat anak-anak. Bapak cuma bisa ngasih bekal ilmu. Pokoknya anak Bapak harus pintar, harus sekolah tinggi. Bapak akan usahain caranya.” 

Dulu, saat mendengar Bapak berkata begitu, saya hanya bisa menganggukan kepala. Bukan hal yang serius, begitu pikir saya. 

Bukankah sudah jadi kewajiban orang tua untuk memberikan bekal pendidikan terbaik untuk anak-anaknya? 

Hal yang tidak saya sadari waktu itu adalah, betapa seriusnya Bapak dengan ucapannya. Saya tidak tahu bahwa mengantar anak-anaknya meraih pendidikan tinggi bukan sekadar cara Bapak untuk menggugurkan tugas sebagai orang tua. Itu adalah sebuah cita-cita. 

Saya pikir hal ini sangat berkaitan dengan latar belakang Bapak. 

Cerita Bapak 

Mbah Kakung (ayah dari Bapak) meninggal saat Bapak berusia belasan tahun. Padahal Mbah Kakung sepertinya sudah mempersiapkan banyak rencana buat Bapak, anak lelakinya yang paling tua, termasuk persiapan pendidikan terbaik. 

Tapi, menurut Bapak, semua rencana itu terpaksa berubah. Mbah Kakung meninggal mendadak. Meninggalkan istri dan 6 orang anak. 

Konon, Mbah Kakung dulu merupakan seorang pegawai negeri dengan jabatan baik di sekitar tahun 1960-an. Beliau cukup terpandang di daerahnya dan bisa dikategorikan hidup cukup sejahtera. 

Tapi beliau meninggal dalam usia yang masih cukup muda. Mbah Puteri harus berjuang keras menghidupi enam orang anak yang masih kecil. 

“Dulu, kalau memaksakan diri, Bapak bisa saja sekolah tinggi sampai kuliah. Mbah Puteri mau mengusahakan. Tapi Bapak nggak tega, adik-adik Bapak kan masih kecil semua. Bulik Ani (adik bungsu Bapak) malah masih bayi waktu itu,” cerita Bapak dulu. 

Karena itu, Bapak memutuskan untuk melanjutkan sekolah di STM (SekolahTeknik Menengah) supaya bisa langsung bekerja setelah tamat. 

Saat masih sekolah, Bapak kerap membantu tetangga dan beberapa kerabat untuk mendapat uang saku tambahan. “Kan lumayan, jadi nggak ngerepotin Mbah,” tutur beliau. 

Setelah lulus sekolah, Bapak pergi merantau untuk bekerja di Kalimantan. Dari sana karirnya menanjak, kesejahteraan juga meningkat. 

Kata Bapak, dengan penghasilannya saat itu nggak sulit baginya untuk menginap di hotel bintang lima setiap hari. Tapi Bapak nggak mau menghabiskan uangnya untuk diri sendiri. 

Bapak lebih memilih menghabiskan uang untuk membiayai adik-adiknya kuliah. “Bapak tahu sedihnya nggak bisa sekolah. Bapak nggak mau adik dan anak Bapak ngerasain itu.” 

Dua dari empat adik Bapak berhasil menjadi sarjana. Satu lulus dari sekolah kependidikan dan satu lagi jadi insinyur pertanian. 

Cerita Saya 

Kalau Bapak berusaha sekeras itu untuk pendidikan adik-adiknya, apalagi untuk anaknya. Makanya sejak saya kecil, Bapak selalu menanamkan pentingnya pendidikan kepada kami, anak-anaknya. 

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Keinginan saya memiliki nintendo boleh saja nggak dituruti. Tapi kalau saya minta izin untuk ikut les atau membeli buku, tanpa banyak tanya pasti dipenuhi oleh Bapak dan Ibu. 

Dari sikap itu saya jadi tahu, Bapak dan Ibu suka melihat anaknya belajar. Makanya sejak kecil pun saya terbiasa untuk memacu diri agar jadi anak berprestasi. Well, mungkin nggak sehebat prestasi anak lain, tapi setidaknya setiap pembagian rapor Cawu, saya selalu bisa memastikan diri masuk 3 besar. 

Saya suka melihat senyum lebar Bapak setiap mengambil rapor. Bapak memang jarang memuji, tapi saya tahu beliau bangga melihat hasil belajar anaknya. 

Selepas SMA, saya gagal masuk perguruan tinggi negeri, karena kena demam berdarah di hari ujian. 

Waktu itu sebenarnya saya masih sempat memaksakan diri untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN). Tapi seperti yang bisa ditebak, saya gagal. 

Mau bagaimana lagi, wong saya ambruk di lokasi ujian. 

Beberapa teman saya yang juga gagal masuk perguruan tinggi negeri memutuskan menunda masuk kuliah. Mereka tidak mau melanjutkan kuliah di universitas swasta karena dirasa terlalu mahal. 

Tapi hal itu nggak berlaku untuk saya. Kata Bapak, kuliah nggak perlu ditunda. Masuk universitas swasta pun tak masalah karena banyak universitas swasta yang nggak kalah berkualitas. 

“Bapak sudah menyiapkan biaya kuliahnya kok. Sudah! Nggak usah ragu, belajar saja yang baik,” tegas mendiang Bapak waktu itu. 

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Di tahun 2001, uang pangkal kuliah saya di perguruan tinggi swasta di Yogya, Rp 10 juta (kalau nggak salah). Di masa itu, angka tersebut lumayan besar dibandingkan biaya universitas negeri. Biaya per semester Rp 575.000, belum termasuk uang per sks, yang saya lupa nilai nominalnya. 

Karena kuliah di rantau, Bapak dan Ibu juga harus mempersiapkan uang buat kost-an. Saya dipilihkan tempat kost dengan fasilitas yang cukup baik saat itu. Tempatnya bersih, aman dan berlokasi dekat kampus. 

Urusan biaya hidup dan berbagai biaya tambahan untuk keperluan kuliah seperti biaya fotokopi, biaya nge-print juga diberikan terpisah dari uang kost dan biaya kuliah. 

Kalau dipikir sekarang, sebagai anak kuliah yang merantau, hidup saya nggak pernah susah. Uang bulanan selalu dikirim tepat waktu, dan jumlahnya lebih dari cukup untuk biaya hidup sebulan. Masih bisa buat beli baju setiap bulan. 

Sayangnya, waktu itu saya nggak tau bahwa untuk memberi hidup nyaman buat anaknya ini, Bapak dan Ibu harus banting tulang, dan mandi keringat. Putar otak mengatur keuangan supaya saya bisa fokus belajar. 

Hal ini baru saya ketahui bertahun-tahun setelah lulus kuliah. Saya lupa detail kejadiannya, tapi cukup ingat bahwa hari itu saya mengetahui sebagian besar emas simpanan Ibu tidak ada. Saat saya tanyakan kemana emas itu, Ibu menjawab sudah menjual sebagian besar simpanannya untuk biaya kuliah saya dan adik. 

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Kaget. Saya nggak mengira uang yang Bapak Ibu habiskan untuk pendidikan saya begitu besar sampai harus menjual emas simpanan Ibu. Padahal itu kan untuk simpanan Ibu di masa tua. 

Saya jadi merasa sangat bersalah. Tapi respon saya saat itu hanya bisa diam. 

Seolah memahami pikiran saya, Ibu berkata, “Nggak apa kok. Ibu juga jarang pakai perhiasan emas itu. Lagian harga emas nggak seberapa dibanding ilmu yang Wiwied dapat kan? Ilmu itu nilainya lebih tinggi dari emas, Nak.” 

Wuaaahhh pengin mewek nggak tuh dengarnya? 

Kata Bapak, semua kelelahannya mencari uang untuk biaya kuliah sirna saat melihat saya diwisuda dan mendapat predikat lulusan terbaik. 

Cerita yang Akan Saya Tulis untuk Narend 

Setelah menjadi orang tua, saya akhirnya merasakan sendiri betapa besarnya tanggung jawab yang harus dipikul. 

Yang namanya membesarkan anak, nggak cukup hanya dengan memberi makan, baju atau mainan. Jadi orang tua berarti juga harus menyiapkan pendidikan terbaik, demi masa depan buah hati. Supaya anak jadi manusia berdikari, beradab dan bermanfaat. 

Saya yakin setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Tapi berapa banyak yang merencanakan pendidikannya secara serius? 

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Tahu nggak, ternyata orang tua saya sudah merencanakan biaya pendidikan saya dan adik, sejak kami lahir. Ada tabungan khusus yang sengaja nggak diutak utik karena memang dipersiapkan untuk biaya pendidikan. 

Makanya saat saya memiliki anak, Ibu sempat mengingatkan untuk mulai menabung biaya pendidikan. “Beli emas atau bikin rekening khusus untuk biaya pendidikan Narend. Nanti pas dia kuliah, biayanya besar lho,” kata Ibu waktu itu. 

Benar juga. Jangankan biaya untuk kuliah, biaya sekolah dasar sekarang saja sudah cukup bikin saya pusing. Wah biaya sekolah kok bisa sebanyak ini ya? Belum untuk seragam, untuk buku ini itu, untuk les ini itu. 

Lantas jadi mikir, orang tua saya dulu berarti hebat banget ya bisa memberikan saya fasilitas pendidikan sebaik itu. Sekolah di sekolah favorit, bisa les ini itu, bisa kuliah. 

“Kuncinya di perencanaan matang. Biaya pendidikan harus jadi prioritas,” nasehat Ibu. 

Maksudnya perencanaan matang bagaimana sih? Kalau menurut Ibu, mempersiapkan biaya pendidikan harus dengan memperhitungkan resiko tertinggi. 

Misal anak kita nanti mau kuliah di luar negeri, tentu biaya yang harus dipersiapkan juga lebih besar. Resiko lainnya, kalau orang tua sakit atau terkena musibah sehingga tidak bisa bekerja dan mendapat penghasilan. Biaya pendidikan tidak boleh terganggu. 

Intinya, apapun yang terjadi di masa depan, kita harus memastikan anak tetap punya kesempatan mendapat pendidikan terbaik. 

Saya memang punya tabungan khusus untuk persiapan biaya pendidikan Narend. Tapi melihat tingginya biaya sekolah sekarang, ditambah lagi prediksi biaya kuliah masa mendatang, saya ragu simpanan yang saya kumpulkan cukup untuk pendidikan Narend nanti. 

Makanya, saya coba memanfaatkan instrumen keuangan lain. Selain tabungan, ada reksadana dan obligasi. Tapi rasanya kok masih insecure juga ya. 

Apa saya juga perlu menyiapkan asuransi pendidikan? 

Tapi asuransi pendidikan yang bagaimana? 

Untungnya awal Juli 2021 silam, saya berkesempatan mengikuti peluncuran Asuransi Jiwa Syariah PruCerah. Produk asuransi jiwa terbaru berbasis syariah dari Prudential Indonesia. Produk ini menawarkan manfaat dana pendidikan bulanan. 

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Asuransi Jiwa Syariah PruCerah adalah asuransi tradisional, bukan unit link. Artinya dana yang setorkan murni hanya untuk proteksi, dan tidak memiliki manfaat investasi. 

Asuransi PruCerah bisa jadi solusi bagi orang tua usia 19-55 tahun yang sedang mempersiapkan pendidikan anak mereka yang berusia 0-10 tahun. Dengan minimum kontribusi bulanan Rp 500.000, peserta asuransi bisa merasakan manfaat sebagai berikut : 
  • Manfaat dana pendidikan yang penarikannya bisa dilakukan tunai sekaligus atau penarikan berkala tiap bulan.
  • Manfaat bebas kontribusi, yang didapat apabila peserta yang diasuransikan meninggal dunia, terkena cacat tetap total atau salah satu dari 60 kondisi kritis.
  • Pilihan masa pembayaran kontribusi, bisa dibayarkan 5 tahun atau sampai dengan manfaat dana pendidikan. 
mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Oh iya, nilai kontribusi minimal per bulan itu bisa disesuaikan juga dengan kebutuhan dan kemampuan tiap keluarga kok. Nanti coba diskusikan dengan agen prudential ya. Atau bisa coba lakukan perhitungan mandiri melalui kalkulator Prucerah

mempersiapkan-dana-pendidikan-anak

Rasanya PruCerah bisa jadi solusi untuk mempersiapkan pendidikan Narend. Apalagi anak semata wayang saya itu bercita-cita untuk sekolah di luar negeri supaya bisa jadi professor dinosaurus (baca : paleontologist). 

Yang jelas apapun cita-citanya, saya akan mendukung dengan segenap jiwa raga, sama seperti Bapak dan Ibu yang selalu mendukung pendidikan saya dulu. 

Semoga jadi tambah tahu ya.

Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye "10 Blog Parenting Terbaik di Indonesia" dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.

23 komentar

  1. Yesss menyiapkan dana pendidikan anak memang harus sedini mungkin ya...secara biaya pendidikan makin hari makin kerasa tuh melambung tinggi..

    BalasHapus
  2. Oooooh, jadi Asuransi Jiwa Syariah PRUCerah ini asuransi tanpa investasi ya, murni untuk proteksi, alhamdulillaah ya ada. Minimal setoran dana 500K aja nasabah udah bisa lega ya mengikuti asuransi ini :) Apalagi persiapan dana pendidikan anak2 mesti dimulai sedini mungkin.

    BalasHapus
  3. Bener, Mba persiapan dana pendidikan harus dari kecil. Semua anak-anakku begitu brojol langsung dibuatkan tabungan pendidikannya. Jadi memang akhirnya dimudahkan ketika ia masuk sekolah, kita ga pusing cari dana pendidikan.

    BalasHapus
  4. Produk asuransi prudential makin berwarna ya mam. Tempo hari ada mereka mengeluarkan produk asuransi kesehatan dengan salah satu brand e-wallet. Sekarang ada produk PRUCerah. Apalagi produknya syariah ya, makin mantab hati menjadikan investasi.

    BalasHapus
  5. Semisal punya rencana mengkuliahkan anak di Ivy league, bisa direncanakan dari sekarang dengan berasuransi yang nilainya pada saat mau kuliah nanti mencapai angka ideal yang diinginkan :D
    (kuliah di Ivy League 100K dollar per tahun). Intinya, makin dini disiapkan, makin baik ya :)

    BalasHapus
  6. bener, mumpung masih kecil dan kita masih kuat, baek-baeklah menyiapkan dana pendidikan sampai jenjang tertingi. Artinya kan kita mesti siap-siap menghidupi hingga usia 22-23 toh. Cukup menarik produknya nih.

    BalasHapus
  7. Duh terharu bacanya Wid betapa bapak dan ibu berjuang untuk mengantarkan kita menuntut ilmu demi masa depan cerah ya kita juga harus mempersiapkan dana untuk anak-anak kita kuliah nanti dari sekarang

    BalasHapus
  8. Selalu bergetar kalau dengar cerita tentang orang tua. Bapak ibuku yatim sejak kecil juga, Mak.. Mbah Kakung dari bapak dulunya seorang Carik, kalo Mbah Kakung dari ibu guru SD. Ibuku kayak bapaknya Mak Wied deh, rela ngga sekolah tinggi karena adiknya banyak, ada 6. Kakaknya juga laki-laki, jadi menurut ibuku, lebih baik anak laki-laki aja yang sekolah tinggi. Akhirnya setelah ibuku ketemu bapak, mereka menikah muda.

    Aku merasa diingatkan banget sama tulisan Mak Wied. Anak kita kan cowok semua, yaa.. Kelak mereka akan jadi kepala rumah tangga, harus bertanggung jawab dengan keuangan keluarganya juga. Jadi pendidikan untuk mereka bukan sesuatu yang sepele sih.

    Hmmm, mulai sekarang harus bener-bener mikirin pendidikan mereka ah, mumpung masih SD. Beberapa tahun lagi biaya kuliahnya pasti udah tinggi banget. Kalau ngga disiapkan dari sekarang, takutnya kita nyesel ntar.

    BalasHapus
  9. Salut dengan perjuangan Bapak.
    Semoga Allah berkahi selalu ilmu yang mengalir kepada anak-anak dan menjadikan amal jariyah beliau.

    Dengan perencanaan yang baik dari PruCerah, semoga dana pendidikan untuk anak-anak paling tidak 15-20 tahun ke depan sudah tercover dengan baik, mau dimanapun kuliahnya kelak..

    BalasHapus
  10. Pokoknya tetap semangat belajar, berdoa dan sedekah. Sedekah utama bantu sanak saudara biar dapat pendidikan juga

    BalasHapus
  11. pendidikan itu emang sangat penting Mak, aku suka kesel deh kalau ada orang ngomporin ngapain sekolah tinggi apalagi perempuan, padahal kan pendidikan itu penting bgt
    dan aku juga menyiapkan dana pendidikan buat anak nih Mak, tapi saat ini baru tabungan pendidikan..

    BalasHapus
  12. Iya mbak, aku jadi inget sama ayah saya juga baca kisahnya mbak dengan bapak. Ayah saya juga bilang, papa mungkin tidak bisa mewarisi harta tapi semoga anak papa semuanya sukses dan punya bekal ilmu. Ternyata semua orang tua punya cita-cita yang sama ya, terutama untuk pendidikan anak-anaknya sebab ilmu itu bisa menjadikan kita apa saja dengan ilmu pengetahuan. sekarang kita yang meneruskan cita-cita itu kepada anak anak kita ya

    BalasHapus
  13. MEmang untuk asuransi jiwa mending memilih yang tanpa investasi. Pilihan yang pas ya untuk asuransi pendidikan dari PruCerah ini. Aku dulu juga persiapan asuransi pendidikan untuk kedua anak-anak sejak mereka baru lahir.

    BalasHapus
  14. Iya ya biaya pendidikan anak mesti diusahakan, baik tabungan atau investasi khusus gtu.
    Nilai kontribusi ini maksudnya kyk premo gtu kan ya?
    Jd gak mesti 500 rb tapi bisa menyesuaikan dengan kemampuan kita gtu ya mbak?
    Menarik jg kyknya TFS

    BalasHapus
  15. Ah iya, ngerasain banget aku mbak
    emang setiap tahun, biaya pendidikan selalu baik
    makanya sangat perlu untuk dipersiapkan sedini mungkin
    kalau aku biasanya dalam bentuk asuransi pendidikan dan emas

    BalasHapus
  16. sepertinya kita seangkatan maaak
    dulu aku masuk ipb 2001 spp 750 sampai akhir tapi emang bersih ga bayar lagi mak. uang masuk berapa ya lupa kayaknya sekitar 1-2 juta kalau tidak salah
    sama mak sekarang aku juga lagi mikir biaya pendidikan anak-anak kira-kira gimana ya itu kalau nabung aja sepertinya sudah tidak kekejar hikzz

    BalasHapus
  17. Iya banget, dana pendidikan ini pentiiiing sekali. Kerasa deh aku sekarang. Punya anak yang SMA di swasta dan kuliah di swasta juga. Uang sekolah mereka gede. Kalo gak punya tabungan atau asuransi, udah deh pusing. Apalagi zaman udah unpredictable kayak sekarang yang tiba2 pandemi. Kalo gak ada proteksi, gak tahu deh nasibnya.

    BalasHapus
  18. lain dulu lain skrg ya mba. aku ingat banget, dulu ibuku ga nyiapin dana untukku kuliah. tapi beliau punya sawah yang bisa digadaikan kalau butuh uang. nah skrg, aku pun harus mikir ke arah itu, kalau ga beli sawah, ya siapin dana pendidikan anak

    BalasHapus
  19. Dana pendidikan tiap tahun akan semakin naik terus ya Bu. Kalau tidak dipersiapkan sejak dini sepertinya hal yang mustahil untuk menyekolahkan hingga tinggi. Meski begitu harus memilih cara yang tepat pula investasinya, sharingnya bermanfaat sekali Bu. Saya dan suami pun sudah merencanakan dana pendidikan anak karena memang sangat penting sekali.

    BalasHapus
  20. Masya Allah, jadi terharu mbak baca ceritanya..benar-benara perjuangan ya mbak jadi orangtua ini, apapun dilakukan untuk anak dan keluarga. Sekarang banyak jalan buat nabung, salah satunya pilih asuransi untuk pendidikan anak lewat PruCerah...

    BalasHapus
  21. Ya Allah semoga kita semua dimampukan untuk bisa memersiapkan dan nabung dana pendidikan untuk anak. Aku juga pengen anaku nanti sekolah sampai tinggi jangan kayak emaknya ini

    BalasHapus
  22. Saya pun belajar dari pengalaman untuk mempersiapkan dana pendidikan buat anak-anak mbak. Dulu setiap kali waktunya bayar SPP, orang tua selalu mengeluarkan berkarung-karung gabah simpanan hasil panen untuk dijual. Ditambah lagi tetangga yang nyiyir, "gabah segudang habis buat bayar sekolah"

    BalasHapus
  23. dana pendidikan ini emang penting sekali, saya siapkan sejak anak kecil, soalnya biaya pendidikan lumayan mahal hehe

    BalasHapus