Si Ibu Rumah Tangga...

Rasanya sudah lamaaaa sekali saya ngga buat postingan apapun di blog ini.

Dan setelah dicek lagi, whalaaa..betul aja, postingan terakhir di bulan November ini udah tanggal 4 November lalu. Persis di awal bulan kan? Dan sekarang sudah berganti bulan. Berselang sekian minggu dari kali terakhir saya menulis.

Maklum lah ya, sebagai ibu rumah tangga, aktivitas itu kayak nggak ada habisnya aja. Setiap hari, selama 24 jam, ada aja tugas yang harus diselesaikan. Ya mulai dari beresin rumah, ngurus Narend, termasuk maen guling2 ama Narend, siapin makan buat Narend, ngurus bisnis online, sesekali bikin kreasi flanel. Untung aja sekarang masih tinggal bareng orang tua, jadi urusan masak memasak masih jadi urusan Mama Tersayang. Hiuuuufff....bayangin aja tu kalau nanti Narend udah dua tahun, dan kita balik ke Solo. Semua harus handle sendiri. Jadi meragukan kemampuan diri sendiri, kira-kira sangup nggak ya.

Tapi begitulah ibu rumah tangga, sederet list to do menanti sepanjang hayat masih dikandung badan. Bangun lebih cepat daripada anggota keluarga yang lain, dan tidur paling lambat dari yang lain juga. Itupun masih harus siap dengan interupsi ditengah waktu istirahat.

Makanya, salah besar kalau ada orang yang beranggapan bahwa ibu rumah tangga adalah pekerjaan paling santai. Cuma di rumah, nggak perlu kepanasan, nggak perlu menghabiskan waktu di jalan, nggak perlu takut dimarahin bos, dan lain-lain. Profesi ibu rumah tangga, lantas tidak dihargai sebagaimana mestinya. Perempuan-perempuan yang akhirnya memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga juga cenderung diremehkan ketimbang perempuan yang memutuskan berkarir di kantoran. Padahal,pekerjaan kami sebagai ibu rumah tangga itu jauh lebih banyak daripada pekerjaan presiden sekalipun. 

Ah, kalau presiden sih lebih enak, biarpun pekerjaannya segudang, masih ada pensiun, masih bisa menikmati gaji dan fasilitas lengkap dari negara. Nah kalau ibu rumah tangga? Siapa sih yang menggaji ibu rumah tangga? Tidak ada cuti, dan sepertinya juga kerap dipandang tidak pantas untuk mengeluh. Terus, kalau presiden yang mengeluh kok boleh ya? Kalaulah saya harus membuat daftar pekerjaan ibu rumah tangga mulai dari pagi sampai mau tidur, itu tentu akan menghabiskan berlembar-lembar kertas, berliter tinta pena dan tentu saja budget untuk pijat di Nakamura selama dua jam. Saking pegalnya menulis.

Ibu Rumah tangga seperti gabungan dari beberapa profesi yang harus dilakukan seseorang (seringkali) dalam waktu yang bersamaan.  Ya sebagai chef, akuntan, penasihat keuangan, sebagai dokter, sebagai psikolog, sebagai guru, sebagai cleaning service, designer interior, kadang juga sebagai penjahit, dan juga beraneka fungsi profesi lain. Hebat kan ibu rumah tangga?

Yang membuat saya heran, sampai ternganga (ini sih udah saking herannya y) adalah minimnya wujud penghargaan kita semua, termasuk saya, terhadap profesi ini. Berpikir mengenai pahlawan, menurut pendapat pribadi saya, ibu rumah tangga adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Bukannya ingin mengkerdilkan profesi guru yang selama ini ketiban untung dengan menyandang titel pahlawan tanpa tanda jasa selama puluhan tahun. Tapi, setidaknya guru kan masih banyak yang digaji, masih berpeluang mendapat gaji ketiga belas buat yang pegawai negeri, masih ada program sertifikasi pula. Dan masih bisa izin sakit, atau mengambil cuti hingga absen mengajar. Sementara ibu rumah tangga?

Mungkin, sebagai ibu rumah tangga kita sendiri harus mulai menghargai peran dan keberadaan kita sendiri. Alih-alih minder, merasa tidak produktif dan malu dengan profesi kita yang "sekedar" ibu rumah tangga, kita justru seharusnya juga belajar untuk menghargai dan bangga dengan titel ini. Karena profesi ini memang mulia dan tiada duanya.


 



Tidak ada komentar