Tips jadi Konsumen Cerdas di Era Digital

Ketahuilah, perempuan dan belanja itu seperti sebuah keniscayaan. Tidak ada perempuan yang membenci belanja. Bahkan sebenci-bencinya mereka berbelanja, saat masuk ke mall tetap saja mereka bakal pulang dengan menenteng sejumlah kantong belanjaan.

Sebagai perempuan, saya sendiri merasakan betul betapa menyenangkannya berbelanja. Betapa bungahnya hati ketika masa gajian tiba, lalu melenggang berangkat ke toko kelontong dekat rumah. Belanjanya mungkin hanya sekedar sabun, shampoo, gula, kopi atau beras saja. Tapi belanja seperti itupun tetap menyenangkan.

Jadi, ketika perkembangan internet sedemikian pesat. Ketika kami, para perempuan gila belanja, dimanjakan dengan berbagai kemudahan berbelanja online. Rasanya bahagia sekali, hati terasa membumbung tinggi menembus awan.

Bayangkan sajalah, belanja zaman now bisa dilakukan sembari leyeh-leyeh di rumah, sambil menyuapi anak, sambil masak juga bisa. Canggih! Ada banyak aplikasi e-commerce yang bisa diunduh kedalam smartphone. Pilih barang, dan bayar bisa dilakukan dalam beberapa kali klik saja.

Buat perempuan gila belanja yang tinggal jauh dari kota besar seperti saya ini, belanja online adalah pilihan termudah untuk berburu barang-barang cantik, berkualitas. Jujur saja, 70% barang di rumah saya sekarang diperoleh dari hasil belanja online. Mulai dari lemari, sprei, panci, baju anak, buku, hingga skin care dan make up semua hasil dari belanja online.

Toko online memudahkan kami, para perempuan gila belanja, untuk mencari barang berkualitas dengan harga murah, kadang masih dapat diskon, masih ada cashback dan bebas ongkos kirim. Hebat kan?

Pun begitu, pengalaman belanja online saya tetap saja tidak selalu seindah itu. Ada kalanya, saya mendapat barang yang tidak sesuai dengan foto dan deskripsi yang disebut penjual. Ada pula, barang yang tidak kunjung terkirim, atau nyangkut di kantor ekpedisi. Berdasarkan pengalaman ini saya ingin berbagi sedikit tips mengenai cara menjadi konsumen cerdas di era digital.

Iya dong, jadi konsumen di era digital gini, harus secerdas kancil. Waspada, dan selalu berhati-hati. Kenapa? Karena belanja di era digital berbeda dengan belanja konvensional. Okelah, prinsip belanja tetap sama. Ada penjual, ada pembeli, kesepakatan harga lalu transaksi. Tapi, tidak sesederhana itu juga, karena belanja online tidak memungkinkan kita untuk melihat dan memegang secara langsung barang yang bakal dibeli. Modal kita hanya kepercayaan kepada penjual, lantas bagaimana kalau penjual yang kita temui ternyata tidak sejujur itu?

Nah, berikut ini beberapa tips, berdasarkan pengalaman pribadi saya berbelanja online yang mungkin bisa dicontek atau diaplikasikan. Ingat ya, prinsip kita adalah prinsip ekonomi yaitu mendapat hasil yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran seminim mungkin.

#Tips1

Biasakan membuat wishlist sebelum berbelanja. Daftar kebutuhan dan keinginan ini membantu kita menetapkan prioritas barang apa yang harus dibeli terlebih dahulu sesuai dengan budget yang tersedia. Di banyak e-commerce, ada fitur like/love yang bisa diklik untuk membantu kita membuat wishlist.

Jadi, misalkan saja saat kita hunting barang lalu ada beberapa item yang kita suka, masukkan dulu ke wishlist. Dari sana kita bisa menyortir, barang mana yang perlu didahulukan. Beberapa e-commerce bahkan juga memberi notifikasi melalui email saat barang yang masuk dalam daftar wishlist kita itu sedang ada promo diskon. Nah, masa promo itu bisa kita manfaatkan. Lumayankan bisa membeli dengan harga lebih murah.

#Tips2

Jangan hunting barang online saat baru selesai gajian. Ini sebenarnya tips opsional aja sih. Karena berdasar pengalaman, saat sadar masih ada uang di rekening saya cenderung impulsif. Akhirnya, buru-buru klik check out. Barang yang nggak terlalu butuh pun akhirnya jadi terbeli. Mubazir!

Jadi gimana dong? Ya kalau mau hunting barang sebaiknya saat mendekati akhir bulan saja deh. Lebih tepatnya sebelum gajian. Dari situ kita bisa membuat wishlist dulu dan nggak tergoda untuk buru-buru belanja. Jadi masih ada waktu merenung dulu. “Butuh barang ini nggak ya?”

Nah, kalau belanja di saat gajian boleh deh. Tapi harus patuh dengan daftar yang sudah dibuat ya. Jangan tergoda untuk belanja barang lainnya. Kuatkan hatimu wahai rekan-rekan sesama gila belanja.

#Tips3

Biasakan untuk membaca secara detail deskripsi barang yang akan dibeli. Kalau masih ada yang belum jelas, barulah tanyakan ke penjual. Misal nih, di deskripsi barang tertulis kaos ukuran M. Nah itu perlu dipastikan lagi, karena tiap produsen bisa berbeda panduan size-nya. Jadi tanyakan lagi, berapa panjang kaosnya, lingkar dada dan sebagainya, supaya nggak kecewa karena barang yang datang tidak sesuai bayangan.
Kalau memang kita paham tentang barang yang ingin dibeli, tidak ada salahnya juga untuk menanyakan lebih detail mengenai kualitas barang kepada penjual Kalau penjual yang baik dan kooperatif pasti akan responsive. Misal, barang yang mau dibeli produksi siapa, sudah ada nomor BPOM belum, sudah berlabel halal atau belum. Pastikan dengan rinci ya. Cerewet sedikit nggak apa, tapi jangan nyinyir. 

#Tips4 

Tips berikutnya masih berkaitan dengan hal yang sempat disinggung di tips ketiga, yaitu penjual yang kredibel. Ini penting banget untuk diperhatikan. Karena kita tidak bisa langsung menilai barang yang mau dibeli, maka kredibilitas penjual harus nomor satu.

Bagaimana caranya memilih penjual yang kredibel? Kalau saya sih, biasanya memilih berdasarkan penjual yang paling sering atau paling banyak direkomendasikan oleh orang lain. Sebut saja direkomendasikan oleh beauty vlogger, atau influencer yang juga kredibel. Atau bisa juga rekomendasi dari teman. Atau rekomendasi dari marketplace. Biasanya sebelum mulai bertransaksi online, saya akan cek dulu testimoni yang diberikan pembeli sebelumnya. Kalau di marketplace atau e-commerce ada fitur penilaian seperti ini. Bagian itu diteliti lagi. Kalau ada satu atau dua keluhan mungkin masih bisa dipertimbangkan lah. Tapi kalau yang mengeluhkan seller itu sampai 10% dari total penilaian yang ada, saya pilih mundur dan mencari seller lain.

Belakangan ini, saya lebih sering belanja melalui marketplace atau e-commerce yang memiliki kredibiltas bagus. Bukan semata karena barang mereka disediakan variatif tetapi juga karena mereka menerapkan sistem rekening bersama. Sistem transaksi semacam ini membuat saya merasa lebih aman, karena yakin bisa melakukan refund dengan lebih mudah bila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai kesepakatan.

#Tips5

Hal lain yang biasa saya lakukan saat bertransaksi online adalah merekam atau menyimpan bukti pembicaraan dengan seller. Seperti yang disebutkan di poin nomor 3 tadi, saya ini agak cerewet saat memastikan kualitas produk yang mau dibeli. Jadi kalau masih ada yang belum jelas atau ada hal dalam deskripsi yang perlu dikonfirmasi, saya langsung chat dengan penjualnya. Kesempatan ini biasanya juga saya pakai untuk menilai apakah penjual itu responsif atau tidak.

Nah, bukti pembicaraan itu saya simpan, sekedar buat berjaga-jaga kalau transaksi jual beli ini tidak berjalan baik. Jadi, saya kan punya bukti pendukung gitu.

#Tips6

Prinsip kehati-hatian juga masih saya terapkan sampai barang dikirim. Penjual yang cerdas, biasanya langsung memberi resi kepada customer tanpa diminta, paling lambat 2 hari setelah pengiriman. Ya saya maklum sih, karena penjual pasti melayani banyak customer dan untuk mengirim resi satu persatu membutuhkan waktu. Tapi, kalau lebih dari dua hari dari jadwal pengiriman ternyata nomer resi belum juga diberikan, saya akan memintanya. Kenapa nomer resi penting?

Ya kalau menurut saya sih, ini jadi bentuk tanggung jawab dan laporan penjual kepada kita, konsumennya. Selain itu, nomer resi ini juga memungkinkan saya untuk menelusuri jejak keberadaan barang pesanan saya. Kalau ada yang tidak beres, sudah pasti saya bisa langsung complain ke ekspedisi.

Ada pengalaman, suatu kali saya membeli rice cooker secara online. Berdasarkan tracking penjual dan laporan dari kantor ekspedisi, paket itu sudah diterima oleh orang atas nama saya, kemarin. Namun, saya yang sedari kemarin terus berada di rumah tidak menerima paket apapun. Untung, seller itu sangat membantu. Ia ikut complain ke kantor pusat ekspedisi, dan setelah melalui penelusuran panjang, baru diketahui ternyata paket saya dititipkan oleh kurir di tetangga yang berselisih tiga rumah dari saya. Lah, kalau begitu kan tidak seharusnya si kurir menyebut paket sudah terima oleh saya kan? Ah, untung seller dan pihak kantor ekspedisinya kooperatif.

#Tips7

Nah, prinsip kehati-hatian berikutnya kita terapkan saat pertama kali menerima barang. Untuk barang pecah belah atau memiliki resiko tinggi seperti barang elektronik biasanya saya buat video unboxing. Bukan buat dipamer di instagram atau blog, tapi buat bukti kalau ternyata barang yang dikirim rusak. Jadi bisa langsung dikomplain.

Untungnya sejauh ini sih, setiap kali pembelian barang ringkih begitu selalu aman. Karena penjual mengemas barang dengan baik. Beberapa malah dipacking kayu.

#Tips8

Belanja online itu banyak untungnya. Kok bisa? Karena kalau kita jeli memanfaatkan momentum dan fitur-fitur belanja, kita bisa mendapatkan barang berkualitas bagus dengan harga super murah. Apa saja sih itu?

  • Free Ongkir ⇒ Biaya ongkos kirim itu kelihatannya ringan tapi kalau digabung-gabung bisa bikin kantong bolong juga lho. Makanya saya selalu memanfaatkan fitur ini. Setelah menemukan barang yang saya suka, bagian pertama yang saya cek lagi adalah apakah pengirimannya bebas ongkos kirim atau tidak. Sejumlah marketplace menetapkan free ongkir dengan syarat pembelian minimum, tapi ada juga marketplace dan e-commerce yang tidak menetapkan pembelian minimum. 
  • Voucher diskon ⇒ Dengan berlangganan newsletter e-commerce atau online shop tertentu, kita memiliki peluang untuk mendapat voucher diskon. Mungkin ini memang sebagai bentuk pelayanan dari online shop untuk menjaga loyalitas pelanggannya. Saya sendiri rajin daftar newsletter dari berbagai online shop, e-commerce dan marketplace. Bahkan saya membuat satu folder sendiri di email untuk menampung segala email promosi tersebut. Kalau kebetulan membutuhkan bisa langsung dimanfaatkan. Tapi kudu jeli dan cermat juga ya saat memanfaatkan voucher belanja. (Baca juga :Cara Bijak Memanfaatkan Voucher Promo) 
  • Promo cashback ⇒Ini juga jadi fitur belanja favorit saya. Banyak promo cashback bahkan bisa digabung dengan vocher diskon dan bebas ongkos kirim. Sayangnya ini bukan promo yang rutin diterapkan oleh online shop. Ah, nggak masalah juga karena sekarang ada aplikasi yang memungkinkan kita bisa belanja online dengan mendapat cashback, seperti shopback dan hadiah.me. (Baca juga : Belanja Kebutuhan Sekolah dapat Cashback) 
  • Harbolnas ⇒ Penggila belanja online pasti bahagia dengan event hari belanja online nasional ini. Promonya gila-gilaan euyy. Bahkan beberapa hari sebelum Harbolnas, sejumlah onlineshop dan marketplace malah sudah melakukan semacam “pemanasan”, promo sale dengan diskon hingga 70% untuk beberapa item. Tapi untuk mengikuti sale seperti ini memang kudu sigap, dan melengkapi diri dengan jaringan internet yang super cepat, saingannya banyak banget sih. Kita bisa saja kehabisan barang dalam hitungan detik. Nah, itulah untungnya membuat wishlist, jadi kita bisa memantau terus barang incaran kita saat momentum seperti ini. Begitu sale dibuka, langsung klik check out dan bayar. Dapat deh barang idaman dengan harga super murah. 

#Tips9
Lalu bagaimana kalau barang yang kita beli tidak sesuai/cacat? Kemana harus mengadu? Langkah pertama, ajukan komplain ke penjual. Penyelesaiannya bisa dengan diganti barang baru atau pengembalian uang (refund). Namun kalau ternyata penjual berbelit-belit atau tidak bersikap kooperatif, kita bisa melayangkan aduan ke beberapa lembaga perlindungan konsumen seperti,

  1. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
  2. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) 
  3. Pos layanan informasi dan pengaduan konsumen ( http://siswaspk.kemendag.go.id / Email : konsumen@kemendag.go.id / Whatsapp : 085311111010)

Asyik kan belanja online? Kalau kita membiasakan diri menjadi konsumen yang cerdas di era digital, belanja online sungguh sangat memudahkan hidup. Beberapa barang, malah bisa kita beli dengan mencicil. Sudah ada aplikasi finance yang memungkinkan kita berbelanja dengan mencicil tanpa menggunakan kartu kredit.

Jadi, jangan melulu anggap era digital sebagai momok, kitalah yang harus pandai beradaptasi dan cerdas memanfaatkan fasilitas-fasilitas digital yang tersedia ini. Oh iya, kalau ada yang punya tips menarik untuk ditambahkan, jangan ragu untuk meninggalkan sarannya di kolom komentar.

Semoga jadi tambah tahu ya.

10 komentar

  1. Makasih sharingnya, kalo belanja online kupake tipsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mak.jangan lupa prioritaskan beli produk lokal y 😊

      Hapus
  2. Berasa ketampol banget sama tips2nya. Nyatet nih sebelum mau belanja biar ga bablas, apalagi pas harbolnas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi ya....ini tips ala emak2 biar kantongnya ga kebobolan

      Hapus
  3. bener mb, sekarang jamannya udah canggih aja, tinggal duduk klak klik udah proses bayar aja dari HP. Dan gunakan rekening bersama. Soalnya dulusebelum jaman ada e-commerce, masih jaman pengiklan dari FB, nah ini sempet ketipu juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang aq nyaris nggak pernah belanja dr os di fb. Liat promonya sih di fb. Tp pas belanja lebih pilih ecommerce atau marketplace dg sistem rekber. Lebih berasa save

      Hapus
  4. makasih sharingnya, intinya hrs cerdas jangan sampai tertipu ya

    BalasHapus
  5. Saya juga pasti peduli dengan free ongkir ini mbak hehe. Mempelajari dulu tentang ongkirnya sebelum berbelanja, penting deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha ongkir tu kelihatan sepele tp penting y. Males bgt kalo ongkirnya hampir sama dg harga barangnya.

      Hapus