Buku-buku Terinspiratif versi Ibu Segala Tau

Waktu kecil, saya tidak punya banyak mainan. Hanya ada beberapa boneka, satu set mainan masak-masakan dan beberapa jenis mainan lain. Ibu saya memang bukan tipikal ibu yang senang membelikan mainan. Dalam setahun, belum tentu kami akan dibelikan mainan. Itu sebabnya, saya dan adik saya sangat berhati-hati menjaga semua mainan kami, karena kalau rusak berarti tidak ada gantinya.

Meski begitu, ibu bisa tiba-tiba menjadi sangat murah hati bila kami meminta dibelikan buku. Buku apa saja. Mau komik, buku cerita, buku ensiklopedi, buku apapun yang kami minta selalu beliau belikan.

“Banyak membaca membuat kita pintar, punya banyak pengetahuan. Berilmu, membuat hidup menjadi lebih mudah.” Begitu alasan ibu saat saya bertanya mengapa beliau begitu murah hati dengan buku, tapi pelit membelikan mainan.

Ibu memang sangat gemar membaca. Koleksi buku dan novelnya bertumpuk, sebagian diantaranya warisan dari kakek. Dan buku saya saat kecil pun tidak kalah banyak. Ada serial lima sekawan, trio detektif, hingga komik doraemon, serial Nina, komik Archie dan tentu saja majalah Bobo.

Saya tumbuh besar bersama timbunan buku-buku dan majalah. Saya tenggelam dalam imajinasi sebagai detektif cilik saat membaca lima sekawan dan trio detektif. Saya terhanyut dalam khayalan kehidupan remaja yang ceria seperti dalam cerita Lupus. Terkadang, saya juga membayangkan memiliki kisah percintaan yang romantis dan rumit seperti dalam novel Mira W.

Begitulah hidup saya, pemikiran saya bertumbuh sejalan dengan khayalan bersama buku-buku yang saya baca. Mungkin itu yang dimaksud Mak Sugi dalam tulisannya bahwa buku mempengaruhi pola pikir. Jadi, sebenarnya kalau saya harus membuat daftar buku-buku yang menginspirasi, daftarnya bisa akan sangat panjang. Mau bagaimana lagi? Wong, otak saya ini labil, mudah terpengaruh dengan isi buku yang saya baca. Hahahaha.

Kini, seiring bertambahnya usia, selera buku saya pun mulai bergeser. Novel-novel bernuansa romansa bukan lagi minat utama saya. Buku-buku tema spiritual timur dan novel berlatar sejarah nusantara membuat saya gandrung sekarang. Harus diakui buku-buku inilah yang kini menginspirasi saya, mempengaruhi sudut pandang saya dalam berbagai persoalan.

Mau tahu buku apa saja yang menginspirasi saya sekarang?

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 

Judul asli buku ini adalah Opening the Door of Your Heart, ditulis oleh seorang Biksu kelahiran London- Inggris, Ajahn Brahm. Buku ini, bisa dibilang sebagai buku pertama yang mengenalkan saya pada Dharma. Isinya adalah kisah-kisah penggalan hidup dan fabel buddhis. Melalui cerita-cerita ini, Ajahn Brahm menuntun kita untuk memahami ajaran pokok Buddha yaitu 4 Kasunyatan Mulia, atau yang dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia.

Uniknya, ia mengajarkan ajaran ini dengan sedikit modifikasi. Bila dalam Buddha, kita mengetahui urutannya sebagai berikut : penderitaan (Dukkha), sebab penderitaan (Dukkha Samudaya), hilangnya penderitaan (Dukkha Niroda), cara menghilangkan penderitaan melalui jalan berunsur delapan. Maka Ajahn Brahm mengajarkan dengan nuansa yang lebih optimis, yaitu: kebahagiaan, sebab kebahagiaan, hilangnya kebahagiaan dan sebab hilangnya kebahagiaan.

Buku ini, dengan caranya yang sederhana membuat saya merasa menemukan apa yang selama ini saya cari dalam hidup. Kebahagiaan!

Bukan sekedar kebahagiaan semu yang selama ini disebut atau dijanjikan orang. Tapi wujud kebahagiaan dalam arti sebenarnya. Kebahagiaan yang didapat setelah kita memahami bahwa sumber dari penderitaan kita adalah kemelekatan. Kisah-kisah dalam buku ini membuat kesadaran saya terbangun dari lelap. Menyadari betapa bodohnya saya yang selama ini membiarkan diri hidup dalam penderitaan. Persis seperti cacing dan kotoran kesayangannya itu. Ahhh, sungguh buku yang sangat mencerahkan.

Sabda Palon 

Sejak masih sekolah dulu, saya memang selalu tertarik dengan pelajaran sejarah. Tapi, kita semua sama-sama tahu lah ya, mengapa terkadang pelajaran sejarah di sekolah terasa begitu membosankan. Entah karena itu karena cara mengajar guru atau karena sejarah selalu identik dengan hapalan mengenai tanggal dan tahun kejadian.

Sabda Palon, mungkin novel sejarah kesekian yang saya baca. Tapi harus saya akui, baru novel ini lah yang membuat saya gandrung setengah mati dengan kisah sejarah kerajaan nusantara. Isinya sangat detail, penggambarannya realistis dan menarik. Penulis Sabdo Palon adalah Damar Shashangka yang ternyata juga piawai membaca lontar kuno . Isi novelnya bersumber dari kisah dalam lontar-lontar kuno tersebut.

Rangkaian Sabdo Palon terdiri dari lima buku, yaitu Kisah Nusantara yang Disembunyikan, Roh Nusantara dan Orang-orang Atas Angin, Geger Majapahit, Pudarnya Surya Majapahit dan Tonggak Bumi Jawa. Novel ini mengambil setting era-era akhir Majapahit, sebagai Negara Digdaya. Penulisnya menceritakan dengan apik sekali intrik-intrik politik melatar belakangi keruntuhan Majapahit.

Mengapa buku ini menginspirasi saya? Karena buku ini bercerita secara gamblang tentang sebab-sebab keruntuhan Majapahit. Kisah yang tidak pernah benar-benar saya ketahui saat dibangku sekolah dulu. Sabda Palon menjawab rasa penasaran saya tentang keruntuhan Nusantara sebagai bangsa.

Pun begitu, seperti judulnya: Sabda Palon! Tokoh yang dalam pemahaman orang Jawa dikenal sebagai pamomong Nusantara, menjanjikan kebangkitan kejayaan Nusantara setelah 500 tahun. Novel ini juga membangkitkan kebanggaan saya sebagai orang Indonesia, sebagai orang Jawa. Kalau dipikir-pikir lagi, buku ini pulalah yang memnumbuhkan ketertarikan saya dengan nilai-nilai leluhur yang telah lama ditinggalkan. Saya jadi tertarik untuk berkunjung ke candi-candi, mempelajari lebih banyak hal mengenai tradisi nenek moyang saya di masa lalu. Dan harus diakui bahwa nama anak saya pun terilhami dari novel ini.

Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit 

Bukan Kartini yang membangkitkan semangat feminism dalam hati saya. Bukan Margaret Tatcher, tokoh perempuan yang saya kagumi karena keahliannya berpolitik. Sosok perempuan hebat yang menginspirasi saya adalah Sang Ibu Suri, Gayatri Rajapatni.

Gayatri adalah anak bungsu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Ia merupakan ibu dari Tribhuwana Tunggadewi dan nenek dari raja terkenal Majapahit, Hayam Wuruk. Kiprah politiknya selama masa-masa awal pendirian Majapahit dipaparkan dalam buku ini.

Nama Gayatri nyaris tidak pernah disebut dalam pelajaran sejarah di sekolah, bahkan buku ini pun ditulis oleh seorang Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Earl Drake yang ‘penasaran’ dengan kisah-kisah dari era keemasan Nusantara. Melalui penelusuran sejarah, ia lantas menemukan sosok Gayatri dan dituliskan dalam buku ini. Gayatri membawa semangat dan cita-cita Raja Singhasari terakhir, Kertanegara yang berambisi untuk menyatukan Nusantara dari satu dwaja. Cita-cita yang tidak sempat terlaksana hingga akhir hayatnya.

Sebagai putri kesayangan Kertanegara, dan istri dari raja pertama Majapahit, Nararya Wijaya, Gayatri pun merasa berkewajiban meneruskan perjuangan itu, meski hanya dari balik layar. Membayangkan perjuangan seorang perempuan muda yang bertahan dan membangun aliansi politik diantara karut marut politik dimasa-masa awal Majapahit sungguh membuat saya kagum pada sosok ini. Hebat!

Siwa 

Harus saya bilang, novel Siwa karya Amish adalah novel terfavorit saya sepanjang masa. Trilogy Siwa terdiri dari Ksatria Wangsa Surya, Rahasia Kaum Naga, dan Sumpah Bayuputra. Kalau mau tahu novel ini bercerita tentang apa, silahkan mampir ke (Siwa : Ksatria Wangsa Surya) ya. Resensi novel pertama Siwa sudah saya tulis lengkap disana.

Mengapa novel ini berkesan? Itu karena novel ini bercerita tentang Sang Mahadewa dengan cara yang realistis. Sejujurnya, karya Amish ini sedikit banyak menggugah rasa penasaran saya. Apa jangan-jangan mitos-mitos dan kisah yang tertulis dalam berbagai kitab suci itu berawal dari sebuah kejadian nyata. Melalui kisah yang diturunkan selama beratus bahkan berjuta tahun, kisah-kisah kepahlawanan itu lantas menjadi hal yang dianggap sahih bahkan disucikan.

Gelap Terang Hidup Kartini 

Sejujurnya, dulu saya selalu mempertanyakan gelar kepahlawanan Kartini. Saya selalu penasaran, apa sih hal yang membuat Kartini begitu dipuja. Apa yang membuat Kartini hebat, sehingga namanya dijadikan simbol emansipasi Indonesia modern? Yang ia perbuat bukankah tidak lebih dari bertulis surat dengan orang Belanda? Kebetulan saja ia seorang putri Adipati, kebetulan pula ia punya akses untuk bersekolah dan berteman dengan orang-orang terpandang di Belanda.

Lalu sekitar setahun lalu, saya mendapat hadiah dari Tribun sebagai apresiasi atas tulisan saya (Menjadi Perempuan Indonesia & Emansipasi Setengah Hati). Hadiahnya berupa buku ‘Gelap Terang Hidup Kartini’. Setelah membaca buku ini, pendapat saya berubah. Sedikit banyak, saya bisa mengapresiasi Kartini dan mulai mengagumi keberanian dan pemikirannya.

Buku ini memang bukan kumpulan surat-surat Kartini. Buku ini berisi artikel liputan dan kisah-kisah dibalik pemikiran Kartini. Hal-hal yang tak banyak diceritakan atau luput dari perhatian orang saat sedang membicarakan Kartini. Seperti kisah tentang Sosrokartono, kakak lelaki Kartini yang sangat dia puja. Lelaki yang menginspirasi Kartini.

Lalu ada pula kisah tentang perjuangan adik-adik Kartini, yang kiprah mereka pun sebenarnya tidak bisa disepelekan. Saya jadi berkesimpulan, menghargai Kartini memang tidak bisa hanya dengan membaca surat-suratnya secara mentah. Kita perlu memahami konteks kehidupan Kartini saat itu. Kita perlu memahami kondisi yang ada disekitar Kartini untuk mengerti pergulatan batinnya. Dan kini, sebagai perempuan Indonesia, saya sangat bersyukur dengan keberanian Kartini saat itu. Kartini sungguh menginspirasi.


Daftar ini sebenarnya tidak lengkap, karena selain buku-buku diatas masih ada banyak buku lain yang menginspirasi saya. Membuat otak saya berpikir dan menghasilkan gelembung-gelembung pertanyaan. Itulah mengapa saya suka membaca.

Membaca membuat pemikiran saya bertumbuh. Dengan membaca saya jadi punya waktu mencerap informasi baru, menelaah informasi itu lalu membuat kesimpulan, meski seringkali berujung pada pertanyaan baru. Tapi saya rasa itu cara otak saya berkembang.

Nah, ada yang suka membaca? Kalau belum suka, mulailah membaca dari sekarang. Nanti jangan lupa berbagi info buku kerennya di sini ya.

Semoga jadi tambah tahu ya.

12 komentar

  1. Gayatri Rajapatni salah satu sosok perempuan yang saya kagumi juga. Deskripsi kecantikan & kecerdasannya membuat saya membayangkan betapa sempurnanya ia. BTW, bukunya Earl Drake bisa didapat di mana ya? Pernah lihat buku ini duluu,tapi lupa di mana ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu saya beli di gramed sih mak. Nggak tau deh sekarang masi ada nggak.

      Hapus
  2. Waah banyaaak. Dan aku belum baca semuanya hihi. Dulu tertarik banget sama yang buku Cacing pertama itu. Tapi sampe sekarang malah belum punya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya si masukin lebih banyak lagi. Tp takut yg baca bosen. 🤣🤣. Buku cacing itu asyik. Cara berceritanya asyik banget, lucu malah. Cacing yg ketiga itu aq dapet tanda tangannya Ajahn Brahm lho. Hihihi...pamer

      Hapus
  3. Buku Cacing itu salah tiga diantara buku-buku perpus sekolah yang laris manis...
    Suka kalimat : MEmbaca membuat pemikiran bertumbuh..
    Tumbuh menjadi bijaksana dan arif, ya Mak. Salam kenal dari Jombang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi sudah mampir mak.. Salam kenal jg 😊

      Hapus
  4. Penasaran sama buku Sabda Palon dan buku cacing itu, masukin list buku yang akan dibeli ah.

    BalasHapus
  5. Aku suka baca, tapi ngga suka yang berat-berat ��

    Keren ih Mak Wied bacaannya berbobot banget.. Nggak cuma fisik bukunya yang berat, tapi isinya juga..

    Aku pernah lihat cover buku cacing di atas itu, tapi aku nggak menyangka kalau ceritanya sedalam itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg berbobot bgt tu sebenarnya badanku mak 🤣🤣🤣. Itu bukunya santai kok. Cuma yg sabdo palon aja yg agak butuh konsentrasi karena tokohnya banyak. Tp asli, sepadan lah karena ceritanya asyik bgt. Banyak pengetahuan baru jdnya

      Hapus
  6. Ka dapet buku gayatri rajapatni dimana ka?

    BalasHapus