Duuh, kena serangan asma lagi..


Narend kena serangan asma lagi. Dah kesekian kalinya dan hati saya masih saja berasa hancur lebur tiap kali melihat Narend sesak nafas begitu.Ya, karena saya tahu persis rasanya. Puluhan tahun saya juga rasakan derita yang sama setiap kali terkena serangan asma.

Minta ampun, bukan main menderitanya. Sungguh tidak berdaya rasanya. Ya bisa bayangin sendiri kan kalau tidak bisa bernafas. Menghirup udara bukan main beratnya. Beraktivitas tidak bisa, bergerak bagaimanapun rasanya salah. Bernapas yang seharusnya menjadi kegiatan penyambung hidup kerasa berat dan menyiksa saat serangan asma datang. Saya ingat, bertahun yang lalu saya sempat mewawancara seorang ahli paru dari RS Islam Surakarta, dr H Chrissiato EN SpP. Waktu itu dia menjelaskan bahwa asma dikategorikan sebagai penyakit pada saluran pernapasan yang terjadi akibat inflamasi pada saluran tersebut. Biasanya timbul karena hipersensitivitas pada zat tertentu. Orang awam menyebutnya alergi.

Pada banyak kasus, asma dan alergi terbukti memiliki kaitan yang sangat erat. Seseorang yang alergi pada zat tertentu, sebut saja dengan debu, tubuh bakal mengeluarkan reaksi berlebih saat yang bersangkutan terpapar debu. Salah satu reaksinya, boleh jadi berupa penyempitan saluran pernapasan, disertai sekresi lendir berlebih. Akibatnya, udara yang keluar masuk melalui saluran pernapasan pun semakin sedikit, dan penderita merasa napasnya sesak.

Namun, alergi diketahui bukan satu-satunya faktor pencetus serangan asma. Udara dingin, dan stres juga punya potensi memicu serangan asma. Mekanismenya nggak jauh beda dengan alergi, saat stres, tubuh pasien asma akan meresponnya dengan penyempitan saluran pernapasan.

Disebut faktor pencetus karena hingga kini dunia medis belum berhasil menyimpulkan apa penyebab asma sesungguhnya. Hanya, serangan asma diketahui baru muncul bila si pasien terpapar faktor pencetus seperti alergi, suhu dingin, infeksi saluran pernapasan semacam flu, aktivitas fisik berlebih dan stres.

Alhasil, tindakan pencegahan terhadap penyakit inipun jadi gampang-gampang susah. Tidak ada vaksin yang bisa diberikan untuk menghindarkan seseorang dari asma. Satu-satunya jalan menghindari serangan asma adalah dengan cara menghindari faktor pencetusnya. Para ahli menyebut ada beberapa faktor pencetus serangan asma, antara lain alergi, suhu dingin, udara kotor semacam polusi atau bau menyengat, stres, hingga aktivitas fisik berlebih.

Lebih unik lagi, pencetus serangan asma seringkali bersifat personal, artinya faktor pencetus asma tiap orang berbeda satu sama lain. Serangan asma yang dialami A misalnya, bisa saja terjadi lantaran paparan debu. Namun pada B, serangan justru terjadi lantaran mencium bau parfum yang menyengat, atau pada C serangan asma justru timbul bila ia terlalu banyak makan coklat dan udang. Pencetus asma tiap orang berbeda. Karena itu langkah teraman mencegah asma adalah dengan mengenali faktor pencetusnya. Kalau di kasus saya, pencetusnya lebih banyak karena stress dan udara dingin. Sementara kalau Narend, sepanjang pemantauan saya, dia bakal kena serangan (asma) kalau kena pilek. Bayangin tuh, penyakit sederhana yang normalnya bisa sembuh dalam waktu dua atau tiga hari, malah jadi momok buat Narend.
Paling sedih liat Narend kumat asmanya. Makanya, di rumah selalu sedia nebulizer dan obat asmanya.

Saat kecil, ibu saya bahkan melarang saya makan makanan instan seperti Chiki dan minuman bersoda. Kalau saya bandel, resikonya tanggung sendiri deh. Dan serangannya nggak nunggu dua atau tiga hari. Dalam hitungan jam setelah saya konsumsi langsung deh sesak.

Ada banyak cara untuk mengenali faktor pencetus asma. Buat orang macam saya, yang mulai mengalami serangan asma sejak kecil mungkin akan lebih mudah mengenalinya karena saya sudah cukup terbiasa. Tetapi, bila serangan asma baru gencar saat usia sudah cukup dewasa, penderita biasanya disarankan untuk menjalani tes alergi yang bisa dilakukan di rumah sakit. Ada beberapa cara untuk melakukan tes, cara pertama dengan membuat luka kecil, biasanya pada lengan, yang diberi beberapa zat alergen. Bagian tubuh yang diberi zat yang menimbulkan alergi biasanya akan berwarna kemerahan.

Metode tes alergi lainnya adalah dengan mengukur gelombang biotensor. Metode ini lebih disukai karena tak memerlukan sentuhan langsung antara tubuh dengan bahan alergen. Pengetesan hanya dilakukan dengan mendekatkan bahan alergen ke tubuh pasien, selanjutnya alat deteksi gelombang biotensor akan bereaksi bila bahan tersebut menyebabkan alergi pada pasien. Kalau pasien alergi pada zat tertentu, alat biotensor akan membuat gerakan vertikal yang cepat, namun bila tidak berpotensi menyebabkan reaksi alat akan bergerak horizontal. Hmmm, mungkin seperti seismograf gitu ya modelnya, tapi yang diukur sensitivitas alergi bukan kegempaan.

Selain karena alergi, asma juga bisa kambuh lantaran aktivitas fisik berlebih. Terlalu lelah bekerja, atau terlalu giat saat berolahraga bisa memicu serangan asma. Itu sebabnya, penderita asma kudu pandai-pandai mengatur aktivitas fisik agar tidak memicu kambuhnya asma. Olahraga kompetisi yang memancing emosi seperti sepakbola, basket atau bulutangkis tidak disarankan. Lebih baik pilih olahraga ritmik yang tak memancing emosi seperti senam, joging, yoga atau renang. Senam juga mending jangan pilih yang kardio deh. Pengalaman pribadi, saya pernah kena serangan asma waktu lagi senam lho. Nggak lucu banget, mau sehat malah bengek dan akhirnya cuma bisa mojok selonjoran, sambil minum dan berusaha atur nafas. Nelangsa.

Oia, emosi yang berlebih juga bisa bikin sesak lho. Terlalu sedih, terlalu senang, dan terutama marah bikin dada berasa ampek. Nah lho, begitu banget tuh hidup saya. Rutin berlatih meditasi, melatih mengontrol diri dan emosi dengan terus belajar membangkitkan kesadaran murni sangat membantu. Yah, paling nggak emosi kita nggak terlalu meluap deh. Kalau bahagia ya nggak berlebihan kalau sedih juga nggak kebablasan. Dan kudu dikurangi marah-marahnya.

Asma sendiri bukan penyakit menular, tetapi penyakit ini bersifat genetik atau diturunkan. Itulah makanya saya maklum banget kalau Narend juga divonis alergi dan asma. Karena dalam garis keturunan saya, baik dari ibu maupun dari bapak, semuanya punya riwayat asma dan alergi.

Gejala serangan asma cukup variatif, bergantung pada kadar sensitivitas. Pada serangan asma ringan, pasien biasanya hanya mengalami batuk tak berdahak. Pada serangan yang lebih berat, napas mulai terasa sesak. Rasanya seperti ada tali yang membelit dada dengan kencang sehingga paru-paru tak leluasa menggembung untuk mengumpulkan udara sebanyak-banyaknya. Bila makin berat, tiap tarikan napas akan disertai bunyi mengi, ngik..ngik atau bunyi grok-grok. Nah, bila serangan asma lebih berat lagi, kesadaran pasien bisa saja menurun lantaran pasokan oksigen ke otak berkurang. Terhambatnya pernapasan, mengakibatkan sirkulasi oksigen juga tidak lancar, sehingga kesadaran menurun. Selain itu, beberapa bagian tubuh juga bisa terasa pegal-pegal karena kekurangan pasokan oksigen. Ini serius, pada kasus saya, biasanya terasa pegal di punggung dan leher. Kadang malah terasa tegang dan kaku. Pada Narend, sepertinya pegal terasa di bagian panggul dan paha. Kesiaan lihatnya.

Asma juga cukup selektif memilih waktu kambuh. Dia biasanya memilih tengah malam hingga menjelang pagi sebagai waktu ideal untuk melakukan serangan. Nah, menurut dr Chris, hal ini bukannya tanpa alasan. Malam hari, saat suhu udara mencapai titik tertentu, hormon tubuh golongan kortikosteroid yang berfungsi mencegah peradangan akan menurun aktivitasnya. Akibatnya peradangan pada saluran pernapasan lebih mudah terjadi.

Lalu kalau ada serangan bagaimana menanganinya? Sekedar sharing saja, langkah sederhana yang biasa saya lakukan kalau terkena serangan asma adalah ;
1.  Berbaring setengah duduk dengan bagian belakang disangga bantal, atau apa saja supaya posisinya nggak terlalu rendah. Tidur telentang bikin penderita asma lebih susah bernafas, duduk biasa melelahkan.
2.  Beri balsam, atau minyak kayu putih dibagian leher belakang, punggung dan dada. Kadang itu membantu nafas sedikit lebih lega.
3.  Beri ruang yang longgar. Kalau lagi dikeramaian segera menyingkir. Tempat yang banyak orang bikin makin sesak.
4.  Kalau memang sudah punya obat sesak yang biasa dikonsumsi segera berikan. Ada banyak obat sesak di pasaran. Ada yang oral, suntik, inhaler dan nebulizer. Dua jenis yang terakhir biasanya punya efek lebih cepat karena langsung disemprotkan atau dihirup sehingga bekerja lebih cepat.
5.  Kalau sesak disebabkan penyakit lain seperti pilek, sembuhkan pileknya. Selama masih pilek, asma berpotensi besar untuk kambuh lagi.
6.  Langkah terakhir, bawa ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Kayaknya menderita banget ya kalau punya asma? Tapi nggak apa-apa kok, penderita asma toh masih tetap bisa beraktivitas normal seperti yang lain. Syaratnya ya tentu saja harus lebih pintar menjaga diri. Olahraga teratur, makan makanan sehat, menghindari makanan pencetus alergi dan rutin meditasi biar lebih terlatih mengendalikan emosi. Semoga bermanfaat.

Dan semoga semua makhluk berbahagia…..

Tidak ada komentar