Saya tidak butuh babysitter

Belum lama ini, seorang rekan memposting status kritis tentang gaji babysitter di Indonesia yang dianggap terlalu rendah. Kurang sebanding dengan jobdesc nya yang seabrek. Konon. ini masih menurut status rekan saya, pekerjaan babysitter meliputi menyiapkan makan baby, menyuapi, menidurkan, memandikan, mencuci  setrika baju anak bahkan ikut berjaga saat si kecil sedang rewel di malam hari. boleh dibilang babysitter wajib standby 24 jam mengurus segala keperluan si kecil. Wooooooowwww...

Jujur, informasi tentang jobdesc. babysitter itu sungguh membuat saya terperangah. Pertanyaan yang pertama kali muncul di kepala saya adalah, Ibunya ngapain dong? Cuma nyusuin doang gitu? Wooow itu mah luar biasa banget. Saya ko jadi merasa seperti ibu rumah tangga yang hidup di masa 20 tahun yang lalu. Ya apa boleh buat, saya toh terlalu kere dan pelit untuk menggaji seorang babysitter yang standar gajinya berkisar diantara Rp1,5 juta hingga Rp 2 juta. Pun, saya juga tumbuh dengan doktrin ibu yang selalu bilang kalau pengasuh terbaik seorang anak adalah ibunya sendiri. Saya sendiri terlalu waswas kalau menyerahkan urusan si kecil kepada orang lain.

Yaah, saya maklumlah kalau ibu bekerja atau mengalami sakit berat meng-hire babysitter untuk membantu mengurus anaknya. Bagaimanapun mengurus anak memang bukan soal sederhana. Sangat menenangkan rasanya bila saat kita bekerja, kita yakin anak kita berada di tangan yang tepat dan seorang profesional. Ibu jadi bisa bekerja dengan tenang. Tapi kalau ibu rumah tangga yang tidak bekerja, haruskah menyewa seorang babysitter untuk mengurus anaknya?

Duh, kalau saya kok rasanya kurang sreg ya. Mending saya mempekerjakan asisten rumah tangga yang siap saya limpahi tugas beberes rumah, nyuci, setrika, bantu masak dan saya bisa punya lebih banyak waktu buat maen ama Narend, ngajak Narend jalan-jalan dan mengurus semua keperluan Narend.

Bukan apa-apa, anak kita tumbuh begitu cepat. Tidak lama lagi dia akan sibuk dengan dunianya sendiri dan melupakan kita. Makanya saya tidak mau membuang waktu. Mumpung dia masih kecil, masih senang dicium-cium, masih mau dipeluk-peluk, masih bisa disuruh-suruh. Hihihihihi....saya maksimalkan waktu dan perhatian saya untuk dia. Biarlah melewatkan beberapa kesenangan pribadi sedikit, asal moment berharga bersama si kecil bisa saya dapatkan.

Usia Narend sekarang sudah hampir 24 bulan, kadang saya tersenyum sendiri kalau mengingat proses tumbuh kembangnya. Misalnya saat dia belajar memanggil ibu. Mungkin banyak anak lain yang cerdas dan bisa segera melafalkan ibu, tapi Narend butuh proses, mulai dari cuma "bu..bu", lalu meningkat sedikit jadi "abu", lantas jadi "jibu" dan sekarang bisa lancar memanggil "ibu"...kalau lagi manja atau kesel malah manggilnya "ibooo". Hahahahahha

Lagipula, konon katanya pengasuhan anak memberi pengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak. Ini kata para ahli yang saya baca di beberapa artikel lho ya..soal benar atau tidaknya entahlah. Tapi saya memilih untuk percaya. Nah, kalau benar begitu, bukankah akan lebih baik bila sebagai ibu dan ayah (baca:orangtua), kita terjun langsung dalam pengasuhan anak semenjak dia masih bayi sekali. Saya merasakan sendiri, bagaimana anak meniru cara bicara, cara makan, dan kebiasaan-kebiasaan kita yang lain. Bagi saya pribadi, akan lebih baik kalau dia meniru dan mengikuti "aturan" yang saya terapkan bukan meniru kebiasaan babysitter.

Eh, tapi lain soal andai babysitter yang dimaksud adalah seorang profesional atau ahli selayaknya dokter ya. Saya membayangkan nih seorang babysitter adalah seorang ahli yang paham tentang psikologi anak, pengasuhan bayi, kesehatan bayi dan segala tetek bengek soal bayi. Nah kalau babysitternya seperti itu, kayaknya saya agak rela deh mempercayakan Narend ke babysitter sesekali. Sesekali aja, soalnya saya nggak bisa jauh-jauh dari Narend.

Tapi....kalau babysitter begitu, bayarannya juga harus yang pantas kan? Dengan keahlian yang mumpuni, atau misalnya berlisensi gitu (tukang pijat aja ada yang berlisensi kok, babysitter ada nggak?), ditambah lagi jobdesc segambreng dan kewajiban untuk standby selama 24 jam, tarifnya tentu harus sesuai. Rp1,5 juta hingga Rp 2 juta? Ah itu sih nggak sebanding....pantaslah kalau mereka menetapkan standar gaji yang lebih tinggi lagi.

Sayangnya, kebanyakan pengasuh di Indonesia, boro-boro ahli, pengetahuan dan level pendidikannya saja seadanya kok. Kalau begitu mah, mending kita aja yang ngurus sendiri. Ah, kadang saya bersyukur juga jadi ibu rumah tangga yang kere dan tidak mampu menyewa babysitter..




Tidak ada komentar